31.12.11

Last Day of 2011

Tulisan ini saya buat untuk memenuhi obsesi pribadi semata agar di blog saya terekam penanggalan di hari terakhir tahun 2011, tenggat waktu sebelum tahun 2012 dimulai.

Sekitar pertengahan bulan lalu saya mulai meluncurkan blog saya di samudera per-blog-an. Memecah ombak di pantainya saya mulai bertemu dengan para sahabat baru melalui jaringan blog of friendship, bloof. Lebih jauh lagi saya mencoba untuk menyelami samudera blog, saya langsung dihadapkan dengan tebing kokoh teknik SEO yang sangat menarik hati. Saya berusaha mendobraknya namun sepertinya tebing SEO itu terlalu tangguh untuk blogger pemula nan gaptek macam saya ini. Saya pun memutuskan untuk menyusurinya saja, mengagumi kekokohannya dan melewatinya.
            Terapung mengikuti gelombang, saya terseret arus ke tengah samudera blog, terperangkap jerat keindahannya. Persahabatan, ilmu, sharing pengalaman dan segala rupa semua ada disana, di samudera blog yang luas dan dalam. Tiada yang tak ada disana, saya benar-benar merasa kecil. Meski berteriak berulang kali suara saya masih selalu tak terdengar, terkalahkan oleh penghuni samudera blog yang telah lebih dulu malang melintang disana.
Terkadang rasanya ingin kembali saja ke daratan dan berjalan menyusuri rimba. Namun sama saja rimba blog pun tak jauh beda dengan samudera blog. Komplit, semua ada disana. Semua harus survive dengan caranya masing-masing.
Pada akhirnya sampai detik ini saya mengalir saja mengikuti riak-riak gelombangnya. Aneka tulisan yang sanggup saya hadirkan, aneka kontes yang sanggup saya ikuti, sahabat-sahabat baru yang sanggup saya pegang, akan semakin menyemarakkan hidupku. Memberiku banyak kesempatan untuk belajar menulis, menajamkan pikiran dan kreatifitas. Ah, senangnya…

30.12.11

Di bawah Kepak Sayap Sang Burung Besi

 Entah disadari atau tidak, disengaja atau tidak, ternyata salah satu momen yang sering saya abadikan ketika menumpangi pesawat adalah memotret pemandangan di bawah kepak sayap sang burung besi. Berikut adalah momen-momen terbaiknya…



Foto ini dalam arsip memori netbook saya tertanggal 07/01/2003. Saya sendiri sudah lupa di atas udara mana foto ini diambil apakah Bali atau Jayapura? Yang  pasti horizon antara langit dan bumi begitu memukau bagi saya untuk diabadikan…


Serasa lost in the middle of nowhere. Gumpalan awan putih yang sempurna mengasingkan sang burung besi ini dari tempatnya berasal, mengambang di angkasa seolah mencari celah untuk kembali… (2003)


Salah satu momen terbaik yang berhasil saya dapatkan ketika terbang di atas udara Timika. Tadinya saya tak ingin bermain dengan kamera, hanya ingin menikmati penerbangan ketika tiba-tiba di bawah kepak sayapnya saya menyaksikan pemandangan yang tak biasa ini. Saya berasumsi bahwa yang tergeletak di bawah sana, daratan penuh lumpur yang aneh seluas sebuah kota, kosong tanpa tanda-tanda kehidupan, adalah hasil tailing si gunung emas yang terkenal itu… Entahlah mudah-mudahan saya yang salah menyimpulkan. (2003)


Saya membayangkan beginikah cara orang membuat peta? ^_^ (2005)


Lihatlah laut dibawah sana! Saking jernihnya dari udarapun masih bisa terlihat dasarnya! Indahnya… (2005)


Lautan pasir diatas udara Jeddah… (18/06/2010 – my brother’s picture)

29.12.11

Musim Langsat Tlah Tiba

"Daeng berapa langsatnya?"
"Sepuluh ribu 3 kilo!"
"Manis ji?"
"Iye, manis ji. Coba ma ki'!"
Kira-kira demikianlah dialog yang akan terjadi ketika kita menyambangi penjual buah langsat di sekitar kota Makassar.

Sekitar akhir tahun seperti ini seperti biasanya musim langsat mulai melanda kota Makassar. Perhatikan saja di tepi-tepi jalan di hampir sepanjang jalanan utama kota, mobil-mobil bak terbuka bahkan truk! siap sedia menggelar dagangannya, yaitu langsat. Kawan tahu kan apa itu langsat? Tidak tahu? Waduh, baiklah kalau begitu sejenak saya gambarkan apa itu langsat…

sepiring langsat sisa semalam
Nah, sudah tahu kan! Langsat, salah satu jenis buah yang bentuknya kecil, bulat oval. Warna kulit buahnya  krem kekuningan dan bergetah. Bergerombol seperti anggur. Daging buahnya berwarna bening dengan biji di masing-masing bulir(?)nya. Satu butir buah langsat bisa berisi sekitar empat sampai lima bulir daging buah. Rasanya? Biasanya manis segar tapi kadang ada juga yang kecut bahkan ada juga yang kecut sekali ,juga pahit, tergantung… pada amalnya he he he, kidding ^_*.
Jika deskripsi saya diatas sepertinya masih belum bisa membantu kawan mengenali buah langsat, coba bayangkan buah duku! Sudah? Nah, bisa dibilang buah duku itu persis penampakannya seperti buah langsat ini. Sama-sama kecil, bulat oval, kekuningan. Hanya daging buah duku agak kenyal, cenderung lebih manis, dan getahnya lebih sedikit. Itu saja.
Kalau duku identik dengan kota Palembang untuk menunjukkan kualitas seperti halnya jeruk dengan kota Pontianak, talas dengan kota Bogor, kalau langsat? Saya sendiri tak tahu, Makassar mungkin? Ada yang tahu pasti?
Nah, setelah berputar-putar sedikit dengan penjelasan diatas sebenarnya yang ingin saya soroti adalah cara sang penjual mematok harga. Jika kita perhatikan papan harga di lapak-lapak mobile (saya sebut mobile karena kebanyakan menggunakan mobil) di tepi jalan itu maka biasanya akan kita temui tulisan seperti ini : LANSAT Rp. 10,000 / 3 kilo. Murah meriah kan? Apa yang salah? Tidak ada sih, hanya saja setiap kali saya iseng menimbang ulang langsat-langsat itu di rumah dengan  timbangan tepung, seringnya beratnya tidak sesuai kesepakatan yang ditawarkan penjual. Sungguh, bukan soal sekke (pelit, red) atau uangnya, tapi bagaimana ya? Kecewa saja rasanya dan jadi teringat salah satu ayat dalam Al-Muthafiffin. Sempat terbersit pernyataan dalam hati, mengapa para penjual itu tidak menulis papan harga seperti ini saja : Langsat Rp.10,000 / kantong. Lebih aman kan? He he he…

28.12.11

Spongebob Squarepants : Bukan Cerita Anak?

Are you ready kids? (ay ay captain)
I can’t hear you! (ay ay captain)

Kawan suka nonton Spongebob Squarepants (SS)? Saya suka. Suka sekali. Menurut saya SS adalah salah satu karya brilian yang pernah diciptakan oleh manusia, #halah! Tapi serius, SS memang sangat menghibur, lucunya segar!
Nah, kawan biasanya nonton SS dengan siapa? Anak? Keponakan? Or else? Kalau saya biasanya nonton SS bareng anak-anak, si sulung Taris yang berusia 10 tahun dan adiknya yang berusia 5,5 tahun. Ada fenomena menarik setiap kali saya nonton SS bareng anak-anak ini. Pada banyak adegan, saya sering terpingkal geli gara-gara ulah SS dan teman-temannya sedangkan sulung saya terpingkalnya hanya sesekali, sementara adiknya??? Hampir tak pernah tertawa sepanjang cerita! Hmmmmm, mengapa ya?
Saya menduga humor yang diangkat dalam cerita SS adalah humor tingkat tinggi, humor dewasa, makanya anak-anak justru jarang tertawa kalau menonton SS. Sedangkan sulung saya yang usianya 10 tahun saja kadang tak mengerti kelucuannya apalagi anak TK macam adiknya. Lantas mengapa anak saya senang sekali menonton SS ya kalau memang dia tidak mengerti? Jika saya mencoba memindahkan chanel televisi pasti dia menolak. Apa semata karena tokoh-tokohnya yang atraktif? Tampil dengan warna-warni yang eye-catch banget, dibarengi gerakan-gerakan yang menarik, musik dan suara yang apik? Hanya karena itu?
Saya mencoba membandingkan dengan serial anak yang lain, yang memang secara materi benar-benar peruntukannya khusus untuk anak dan secara visual pun sangat menarik seperti Dora the Explorer dan Barney (halooo, serial Indonesia mannaaa?). Nah, kalau yang ini anak saya mengerti, kalau lucu ya tertawa kalau aktifitasnya menarik ya dipraktekkan habis-habisan.
Kembali ke soal SS, kira-kira ada efeknya tidak ya kalau anak-anak seumuran TK sering menontonnya? Karena pada saat ini sih sepertinya tidak terlihat efek apa-apa. Tapi otak anak-anak itu kan kuat sekali daya rekamnya. Aduh, saya jadi khawatir. Bagaimana ya, ada yang bisa menjelaskan?

Vetsin, vitsin, pecin, mecin … whatever!

“Saya minta yang paling enak!” bentak seorang lelaki berpenampilan sangar sembari menggebrak meja. Setting lokasinya di sebuah warung makan ketika si lelaki itu sedang memesan makanan. Ada yang masih ingat dengan iklan itu??? Ha ha ha.

Intinya adalah MSG, monosodium glutamat. Si kecil bening yang rasanya mengguncang dunia. Dengan modal beberapa ratus perak (rupiah maksudnya) mampu menggurihkan sepanci masakan, apapun judulnya. Iya kan, mommies?

Memang sih masih kontroversi dampak negatif dari MSG ini. Saking kontroversinya bahkan saya dan suami saya pun beda pendapat soal ini. Kalau saya berada di kubu anti-MSG, suami saya berada di kubu yang berkata, “Ah, mana bukti ilmiahnya kalau MSG itu berbahaya. Wong bahan dasarnya tebu kok sama seperti gula.” Dan saya pun mati kutu tak tahu mau menyanggah apa, he he he.

Kalau untuk saya pribadi MSG bisa cukup dahsyat efeknya. Kepala saya terkadang jadi sakit setelah mengkonsumsi makanan yang ber-MSG tinggi. Beberapa tahun lalu efek ini benar-benar sangat mengganggu. Saya harus berbaring dan kadang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit untuk menghilangkan efek sakit kepalanya. Mungkinkah ini yang disebut sindrom restoran china akibat MSG ini? Entahlah. Yang pasti gara-gara MSG saya jadi banyak menelan obat berbahan kimia. Beruntung sekarang ini sudah ada yang namanya habatussauda oil, jadi jika kebetulan saya terkena sindrom ini jadinya tidak terlalu merasa berdosa lagi karena penawarnya alami *melet*.
 
Yang jelas setelah sekarang saya menjadi ibu rumahtangga saya berusaha untuk tidak tergantung dengan pesona MSG. Bukan berarti lantas tiap hari saya harus memasak menu daging terus. Ada kok cara sederhana untuk memperoleh citarasa gurih yang meat-like seperti si MSG ini. Yaitu campurkan sedikit gula pasir dalam masakan mommies, dengan komposisi yang tepat masakan akan tetap yummy rasanya. Tanyakan saja ke ibu saya. Beliau hampir seumur karirnya menjadi koki rumahtangga kalau masak tak pernah menggunakan MSG termasuk kaldu bubuk instant lho ya! Dan hebatnya masakannya … hmmmm jangan tanya, dijamin sedap tiada duanya! Saya saja tak bisa menyaingi … *malu*

So? Ahh, pada akhirnya pilihan akan kembali pada masing-masing. Tapi kalau kata adik saya, Annisa si calon drg itu, “Usahakan jika memasak di rumah tak usahlah pakai MSG, cukup sudah ketika diluar kita mengkonsumsi jajanan yang hampir seluruhnya berMSG, kalau di rumah makan makanan sehatlah.”  *kedip mata*

Yeah apapun pilihanmu, satu hal yang pasti adalah jagalah kesehatan selalu dimanapun berada. Karena kesehatan adalah nikmat yang kadang sering diremehkan, baru terasa ketika tubuh sudah sakit. Naudzubillah, jangan sampai deh! Okey ….. ^_^

25.12.11

Bunga

Bila tak pernah kau beriku bunga selama hidupku 
Kelak bila ku pergi
Usah kau taburiku dengan bunga
Tiada guna
Ku takkan bisa lagi menghirup harumnya
Ku takkan bisa lagi menyentuh kelopaknya
Ku takkan bisa lagi merasakan cinta dibaliknya

                                                             Makassar, 25 Desember 2011 

3 senjata utama saya dalam memelihara daya tahan tubuh

Saya bukan seorang dokter, perawat, terapis atau praktisi kesehatan jenis lainnya. Tetapi saya punya sedikit tips tentang memelihara daya tahan tubuh agar tak mudah sakit. Tips ini adalah semacam kesimpulan berdasarkan pengalaman pribadi setelah mencoba aneka cara yang sering disebutkan dokter, perawat, terapis atau praktisi kesehatan jenis lainnya. Berikut ini akan saya beberkan 3 senjata utama saya dalam memelihara daya tahan tubuh. Semoga bermanfaat…

1.         Madu asli
Minumlah secara rutin satu hingga tiga sendok makan madu asli. Kata orang madu hutan lebih baik lagi. Caranya seduh madu tersebut dengan air sejuk dengan waktu minum sehabis sholat shubuh atau beberapa saat sebelum sarapan pagi. Selain saya rutinkan bagi diri saya sendiri, saya juga membiasakan anak-anak saya melakukan ini agar daya tahan tubuh mereka meningkat.

2.      Habatussauda oil
Sediakanlah kapsul habatussauda yang isinya berbentuk minyak agar mudah dicerna. Saya tidak (belum) merutinkan meminum herba ini tapi persediaan selalu ada di rumah. Biasanya bila kepala saya terasa agak berat saya akan mengkonsumsi 2 butir kapsul ini. Atau ketika saya hendak menghadiri undangan makan atau pada saat hari raya dimana menu daging menjadi pilihan utama maka sebelumnya saya akan mengkonsumsi kapsul habbats oil ini. Entah apakah kolesterol saya di ambang batas tinggi sehingga suka pusing atau karena hidangan besar seperti itu biasanya cenderung menggunakan MSG dalam jumlah banyak, yang mana efeknya akan sama bagi saya, membuat pusing kepala. Dengan mengkonsumsi salah satu dari 3 senjata utama saya dalam memelihara daya tahan tubuh, yaitu habatussauda oil masalah saya bisa teratasi. (I know, however I should do some general check-up ^.^)

3.      Teh Rosella
Saya sering mengalami masalah pencernaan yaitu metabolisme sangat lambat. Buang air besar tak bisa setiap hari. Nah, teh rosella ini solusinya. Benar-benar efektif dan sepertinya selain melancarkan juga memperbaiki kali ya? Soalnya sekarang metabolisme pencernaan saya menjadi lebih baik. Caranya adalah seduhlah dua sendok teh teh rosella (he he he sendok teh ketemu teh) dengan air panas. Biarkan selama kurang lebih 5 menit. Angkat kelopak-kelopak teh rosella lalu beri sedikit gula kecuali jika kamu suka rasa asamnya. Bagi penderita maag cari info lebih lanjut ya jangan sampai teh rosella ini terlarang buat kalian karena sekali lagi rasanya aseeemmm ^_^

Demikian 3 senjata utama saya dalam memelihara daya tahan tubuh. Tidak ada maksud apa-apa selain sekedar berbagi pengalaman saja. Semoga kita semua selalu diberi nikmat kesehatan olehNYA. Salam.

23.12.11

Hari Ibu : Belajar Semangat dari Mbak Arin

Pagi-pagi mbak Arin sudah sibuk melayani para pelanggan kecilnya
“Rin, saya ambil fotonya ya,” pinta saya pada mbak Arin pagi ini.
“Buat apa, Mbak?” tanyanya bingung mendengar permintaan saya.
“Mau saya buatkan kisah,” kata saya tersenyum penuh makna.
Mbak Arin, demikian namanya. Seorang dara manis kelahiran Makassar. Seorang wanita muda dengan semangat juang tinggi. Saat ini beliau mengelola dua buah outlet di salah satu kantin sekolah swasta di kawasan Telkomas, Makassar. Saya tahu persis persaingan ketat yang berlangsung di kantin tersebut karena saya sendiri pernah masuk disana. Dan pada akhirnya menyerah, keluar dari sana. Tapi tidak demikian dengan mbak Arin. Beliau sampai sekarang tetap bertahan dengan segala inovasi kreatifnya agar para pelanggan kecilnya tetap setia padanya. Seperti yang tampak pada potret yang berhasil saya abadikan, outletnya penuh sesak dengan aneka macam jualan mbak Arin. Dari mulai es teh aneka rasa, crepes, martabak mini hingga aneka mie instan.

Ada satu hal yang menarik ketika saya bertanya mengapa beliau seperti tak habis-habis semangatnya berkiprah di kantin sekolah itu. Jawaban sederhananya membuat saya kagum, “Biar bisa bantu cicil motornya mamakku.”

Sungguh saya salut padanya. Masih muda, energik dan tak kenal menyerah. Semoga sukses selalu untukmu, Mbak Arin!

(potret ini diikutsertakan dalam Kontes Perempuan dan Aktifitas yang diselenggarakan oleh Ibu Fauzan dan Mama Olive)

22.12.11

Selamat Hari Ibu bag.2

Menyambung postingan saya sebelumnya, Selamat Hari Ibu, ada sedikit lanjutan cerita bersama mama saya ketika sore harinya kami mengobrol via telepon.
Mama : “Ris, tadi pagi kan kamu sms hari ibu itu ya, nah siangnya Dewi (my sister in law) sama Jaki (adik saya) juga nelpon bilang selamat hari ibu. Memangnya hari ibu itu apa sih, piye ceritane?”
Saya  : (melongo lalu terbahak) “Ha ha ha, iya Ma lagi tren.”
He he he ternyata ketulusan ibu tak perlu diperingati hari khusus, ibu-ibu jadul sudah membuktikannya. Happy Mommy’s Day ^_^

Selamat Hari Ibu

SELAMAT HARI IBU. Tema yang paling ngetop hari ini di hampir semua media sosial. Saya sendiri ikut-ikutan latah sampai-sampai salah menulis status di akun facebook saya, he he he. Saya lupa cara menangkap layar jadi saya copy saja page url-nya ^_^ http://www.facebook.com/profile.php?id=100000415078514Saya sebut ikut-ikutan latah karena secara pribadi terus terang saya kurang memiliki ikatan emosional dengan hari ibu-hari ibu-an seperti ini. Bukannya skeptis, hanya saja selalu terlintas tanya di hati mengapa sih ada hari ibu segala? Perlukah? Toh tak ada bedanya juga rasanya berdasarkan pengalaman satu dekade saya menjadi ibu ;p. Bagi saya dengan atau tanpa hari ibu tidak akan menggeser kemuliaan posisi ibu. Justru takutnya ada hari ibu malah akan menjadi bumerang. Nanti anak-anak mengira hanya ada waktu satu hari untuk mengistimewakan ibu. Ah, konyol.. mana ada anak seperti itu ya? ;p
Tapi meskipun saya mengaku bukan fans fanatik dari peringatan hari ibu ini, mau tidak mau saya harus mengakui bahwa tren hari ibu sangat familiar untuk anak-anak jaman sekarang. Entah apa yang ada di pikiran mereka tapi contohnya saja anak-anak saya, pagi ini mereka memberikan kejutan hari ibu untukku. Ketika saya sedang mengepel teras depan rumah, mereka diam-diam menempelkan kartu-kartu ucapan selamat hari ibu buatan mereka sendiri di pintu kulkas. Tentu saja saya kaget, terharu malah, hampir saja menangis. Kapan mereka membuatnya kok bisa saya tidak tahu? Ternyata kecil-kecil anak-anak saya sudah pandai melakukan persekongkolan yang sangat manis.


***
Ibu saya pagi ini saya kirimi SMS ucapan selamat hari ibu. Ehhh beliau malah tertawa terbahak-bahak. Saya jadi malu, bukan era ibu saya ternyata tren hari ibu ini hi hi hi. 

20.12.11

DIAM!

“Astaga Icha, kalo saya jadi ko errggh mengamuk ma!”
“Ck ck ck, bisamu itu diam-diam saja dikasih begitu di’!”
Pernah dilontari pernyataan seperti itu ketika seorang teman mengetahui sikapmu atas sebuah peristiwa yang menimpamu? Saya sering. Biasanya tanggapan saya hanya tersenyum saja. Habis mau bilang apa?
Nanti ketika saya sendirian lalu memikirkan kembali pernyataan orang lain atas sikap diam! yang menurut hampir semua orang tidak tepat untuk dilakukan, baru saya termenung. Lalu mendesah, menarik nafas berat dan panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Seolah menikmati ‘ketololan’ yang telah saya lakukan. Karena diam! saja ketika kesewenangan menimpa saya, ketika ketidakadilan terjadi pada saya, ketika orang lain memperlakukan saya dengan tidak semestinya.
Mungkin benar bahwa saya terlalu naïf. Tidak salah bila dikatakan bahwa saya lemah. Karena pada banyak kesempatan ketika saya dihadapkan pada peristiwa yang kata sebagian orang bila terjadi pada mereka maka mereka akan bertindak, saya lebih memilih diam!. Pasrah. Menerima begitu saja.
Saya teringat pada sebuah doa :
hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashiir …        
Cukuplah Allah SWT sebagai penolong dan sebaik-baik pelindung. Mungkin saya terlalu fatal memaknai harapan atas seuntai doa tadi. Tapi salahkah saya untuk memilih diam dengan filosofi : biar Tuhan saja yang balas? Saya membayangkan pada satu kesempatan dimana bila dari sisi manapun ditinjau, saya berhak untuk mencaci maki orang, saya sangat pantas untuk meledak marah, tapi saya memilih tidak melakukannya. Mengapa? Karena bagi saya, adakah gunanya kalau saya marah? Akankah peristiwanya menjadi  berbeda kalau saya mencaci? Saya jadi teringat dengan salah satu kisah di serial CSI yang menceritakan tentang seseorang yang membalas sakit hati akibat selalu dihina, dipermalukan, dengan cara membunuh. Sebagai penonton tanpa sadar saya digiring untuk berpendapat bahwa the bad guy-nya adalah orang yang pada akhirnya membunuh padahal dari awal cerita jelas-jelas dialah sang korban. Nah, saya tidak ingin menjadi orang yang seperti itu. Biarlah Tuhan yang balas, saya santai saja, toh hidup ini pada hakikatnya bukan milik kita. Gitu aja kok repot …

^____^

19.12.11

The power of broken heart

Kuucapkan selamat
Merebut seluruh hatinya
Menguasai seluruh cintanya
Mengenggam seluruh perhatiannya
Mengambil alih seluruh kasih sayangnya
Hey, gadis…
Hati-hati dengan agresimu
Perhatikan segala ambisimu
Teliti semua keangkuhanmu
Ada hakim di langit
Yang tak bisa ditipu
Dibalik kedok lugumu
foto hasil temuan di google (like always)

MKS19/12/11

Harta Itu Berat

Harta itu berat. Berat bagi pemiliknya. Berat bagi penjaganya. Tak percaya? Saya  baru saja mengalaminya sehingga cukup mengerti rasanya.
Mama saya hendak pulang kampung. Beliau meminta saya tinggal disana pagi sampai sore hari dengan tujuan menjaga rumah dan segala isinya, bergantian dengan adik saya di malam hari. Agak repot jadinya, saya berpikir bagaimana dengan urusan sehari-hari di kontrakan saya?
Percaya kan kalau harta itu berat? *senyum*
Kuatir hilang dan segala macamnya…
Somehow, saya jadi bersyukur belum diamanahi harta sebanyak orangtua saya. Saya jadi malu padaNya karena kadang merasa sedih belum bisa punya ini itu. Tanpa saya sadari ternyata nikmat saya saat ini melimpah dalam bentuk lain. Kebebasan. Bebas dari rasa kuatir ketika keluar meninggalkan kontrakan dengan segala yang ada didalamnya. Andaikan misalnya perhiasan emas saya banyak bagaimanapun pasti saya akan selalu kuatir jika keluar rumah. Alhamdulillah hari ini bertemu dengan satu lagi jalan syukur ^_^

18.12.11

Kisah SMP : Dari barat hingga timur Indonesia

Menguntai kembali manik-manik kenangan saya ketika SMP, banyak yang telah terlupa dalam ingatan tentang rentang waktu 3 tahun itu tapi bukan berarti tak ada lagi memori yang tersisa. Bila manik-maniknya tak cukup diuntai menjadi kalung jadi gelang pun cukup. Sama-sama indah bukan?
Menghabiskan dua tahun pertama bangku sekolah menengah pertama di SMPN 14 Bandung. Lucky me, bisa tembus di salah satu sekolah favorit di Bandung dengan modal NEM yang hampir pas dengan batas bawah yang memungkinkan diterima. Senangnya luarrr biasa.
Masuk di sekolah cukup bergengsi di kota besar bagi seorang anak lugu dan sederhana seperti saya menghasilkan kata kuper. Penyendiri, tak banyak bergaul (aha! Pantas anak saya Fatih sekarang juga begitu, faktor keturunan?). Di kelas satu, hanya beberapa orang teman yang masih saya ingat dengan baik, namanya Neni dan Pia. Berbeda kelas membuat kami jadi sulit berinteraksi paling hanya waktu istirahat saja. Itu pun kalau tidak disibukkan oleh tugas dari guru.
ini sekolahan saya sekarang ckckck!
Kuper, tidak pula aktif di organisasi apapun, lebih suka menghabiskan waktu kosong untuk melalap novel-novel karya Enid Blyton. Mmmmhhh… benar-benar favorit saya waktu itu. Apalagi di perpustakaan sekolah koleksinya cukup lengkap mulai dari Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Jack dan kawan-kawan bersama Kiki si burung kakatua, Malory Towers, sampai Trio Detektif-nya Alfred Hitchcock. Harus mengantri dan berebut untuk mendapatkannya. Jadi aktifitas saya di sekolah lebih banyak seputar itu. Tiba di sekolah biasanya langsung ke perpustakaan. Di kelas serius belajar. Istirahat cari jajanan, hunting novel lagi. Pulang. Sudah. 
Naik ke kelas dua, saya dipertemukan dengan teman-teman baru, perempuan, yang rupanya banyak diantara mereka adalah fans berat NKOTB. The phenomenal, New Kids On The Block. Dari situ tuh saya mulai kenal dunia abege yang sebenarnya. Ikut-ikutan suka lihat-lihat cowok-cowok penyanyi yang ganteng-ganteng itu. Kalau jaman sekarang seperti SMASH, Speed dan sejenisnya itu mungkin ya, ha ha. Oh iya ada satu hal yang juga saya ingat, sewaktu kelas dua itu sedang menjadi trend bagi kami mengedarkan buku biodata agar diisi oleh teman-teman. Cara pengisiannya harus keren, unik dan menarik bukan sekedar mengisi nama, alamat dan tanda tangan saja. Dihiasi, diwarnai, ditempeli aneka pernak pernik jadinya benar-benar cantik. Saya menyesal tidak bisa menyelamatkan kenangan itu gara-gara buku biodata saya itu dipinjam seorang teman lalu dia dengan tega menghilangkannya :(

Menulis Untuk Apa?

Tiba-tiba saya gamang dengan tujuan saya menulis di blog. Untuk apa sih repot-repot membuat postingan yang belum tentu juga dibaca orang? Sementara jika tujuannya materi, ah masa sih serendah itu tujuan saya menulis? Sementara sejauh ini saya menulis lebih ke arah sebagai terapi untuk mengisi banyak kekosongan dalam relung-relung hati saya. Dimana bila saya menulis saya bisa terhanyut dan waktu berlalu hingga saya bisa sukses melalui hari tanpa gundah.
Lalu apa? Saya benar-benar bingung. Mungkin seperti ini namanya obstacle, salah satu rintangan yang harus dihadapi seorang penulis ya? Atau hanya saya saja?
foto hasil gugling hingga terdampar di blog.adikcilak.com
Kadang ketika saya membaca blog-blog sahabat dengan segudang prestasi mereka, rasanya minder. Terbersit tanya, kira-kira apakah mereka pernah mengalami hal serupa dengan yang saya rasakan sekarang?
Saya jadi ingin bertanya kepada kawan-kawan semua, kalian blogging tujuannya apa? Menulis untuk apa? Apa yang kalian cari? Please, tell me…
Karena sementara ini saya hanya ingin mengalir saja. Hanya sekedar ingin mengasah kemampuan saya dalam menuangkan ide, opini, pengalaman dan apa saja kedalam suatu bentuk tulisan. Hanya sekedar ingin kembali mengasah otak yang terasa kian tumpul terkikis keterlenaan hidup. Hingga suatu hari pada akhirnya saya akan menemukan muara saya? Dan tak perlu lagi saya bertanya seperti hari ini? Entahlah. Mungkin …

17.12.11

Sukses adalah...

Apa pendapat kawan soal kesuksesan? Mobil mewah? Rumah megah nan indah? Karir menanjak? Usaha lancar? Buku best seller? Atau mungkin suami kaya? Hmmmm… Atau sukses adalah proses (apaaa coba)?

*hela nafas*

sumber foto dari mbah google
Sukses itu adalah ketika saya sedih saya sanggup tersenyum.

Sukses itu adalah ketika dementor(i) tiba-tiba menyergap saya di pagi hari, siangnya saya sudah pulih.

Sukses itu adalah bila saya bisa melalui satu hari tanpa memikirkan betapa sepinya hati ini (lebay deh).


Aiihhhh… sukses… sukses…
Sederhana tapi rumit. Simple but complicated, sophisticated malah. Seperti hari ini, galauuuuu sekali rasanya. Tiba-tiba ingin sekali rasanya menangis sewaktu pentas seni Fatih. Tiba-tiba seperti baru sadar …saya sendirian… kesepian di tengah keramaian, tersisih diantara hiruk pikuk ibu-bapak-anak dengan segala kesibukannya, terasing diantara hingar bingar irama musik pengiring gerak langkah tarian. Saya sendirian. Rasanya hati hampa, pikiran tak fokus berkelana menembus batas tembok gedung Balai Perindustrian tempat pentas seni berlangsung. Entah kemana…
Bingung. Tak punya tempat untuk meluapkan emosi jiwa, rasanya tergoda sekali untuk nyampah di facebook. Ah tapi malu, baru juga kemarin bikin tulisan soal galauers. Tahan diri… Konsentrasi… Alihkan pikiran, lakukan apa saja yang bisa membuat tenang…  *atur nafas*
Alhamdulillah sore hari saya SUKSES. Berhasil melalui sisa hari ini tanpa nyampah tak terkendali di facebook. Berhasil terhibur oleh permainan sulap si Fatih yang benar-benar brilian. Dan akhirnya terhapus oleh siraman secangkir teh hangat lalu menuliskan ini.

SUKSES! Bye bye galau.
____________________
(i) Dementor : sebutan untuk semacam makhluk yang bisa menghisap kebahagiaan dalam cerita Harry Potter he he he

16.12.11

"Facebook membuat banyak orang lebih bahagia…


… demikian hasil sebuah penelitian …," kata pembaca naskah di salah satu acara tivi swasta yang sempat saya tonton kemarin. Saya mendukung, setuju dengan hasil penelitian itu. Bukan hanya karena pengalaman pribadi tapi juga berdasarkan pengamatan pribadi.

Facebook bagi para galauers. Dengan mencoba berempati saya memposisikan diri di tempat para pegiat galau, galauers (halah!). Terkadang orang-orang yang sedang mempunyai masalah pribadi dari tingkat ringan hingga berat, tiba-tiba butuh pelampiasan beban pikiran tanpa kenal waktu. Kadang pagi buta, tengah malam, siang waktu rehat dan lain-lain. Di luar dari kacamata agama (ada Tuhan yang tak pernah tidur) secara manusiawi galauers butuh tempat untuk mencurahkan isi hatinya. Nah siapa yang selalu standby 24 jam dan selalu tanpa emosi negatif menanyakan, “what’s on your mind?” YEP! Facebook! ^_^ Saya pribadi mengalaminya. Namun Alhamdulillah sekarang sudah jauh lebih berkurang ;p. Dan mungkin bagi rekan-rekan galauers bisa segera menyusul karena percaya deh meski ada efek melegakan yang membuat plong, berkicau sembarangan di facebook lebih sering tiada gunanya! Lebih baik kita adukan masalah kita padaNya lalu berikhtiar mencari jalan keluar terbaik. Ehem… :))
Facebook bagi para pengusaha. Berita yang menggembirakan bagi para pengusaha adalah mereka bisa leluasa menggelar usahanya di lapak facebook, free of charge. Alih-alih menyewa tempat usaha, membayar untuk keperluan iklan, facebook mampu mengeliminasi semua faktor itu untuk menghemat modal usaha. Betapa membahagiakannya kenyataan ini bagi para pengusaha, kecil maupun besar. Tinggal buat akun lalu upload foto-foto dagangan, menyebarkannya … whalaaa costumer berdatangan he he he. Hanya saja sebaiknya ketika kita mempunyai akun usaha di facebook, rancanglah sistem pemasaran yang sopan sehingga menyenangkan teman-teman kita, jangan malah membuat mereka sebal dengan aktifitas kita.
Facebook bagi para pencari ilmu. Melalui fasilitas grup di facebook, kita bisa menuntut ilmu secara ‘cuma-cuma’. Tinggal pilih minat kita di bidang apa maka mintalah untuk bergabung di grup-grup belajar yang banyak dibuat oleh orang-orang yang mau berbaik hati membagi ilmunya. Contohnya saja grup belajar menjadi penulis, pebisnis, ilmu agama dan lain-lain. Bagi banyak orang adanya grup-grup seperti ini sangat membantu karena kita bisa menyerap ilmu apa saja dari siapa saja tanpa perlu kemana-mana…

foto hasil gugling dapat dari bahtiar.net

Demikian opini pribadi singkat saya atas hasil penelitian tersebut. Just imho so cmiiw ^__^

(sepertinya postingan ini lebih cocok mengisi note di akun facebook ya? Ahh tapi blog saya butuh nutrisi he he he)

15.12.11

Anak Dijual???


Pada suatu siang di sekolah, saya sedang menunggu anak-anak pulang sambil mengobrol bersama beberapa orang kawan. Setelah beberapa saat sulung saya, perempuan, akhirnya keluar dari kelas dan menghampiri saya. Ketika sudah dekat tiba-tiba salah satu kawan saya berkata, “Ini anakmu? Persis banget ya mukanya sama kamu! Matanya, hidungnya, pipinya,” serunya takjub. “Kata orang harus dijual lho!!”

Dijual. Yap, d-i-j-u-a-l! Tentunya dengan tanda petik. Saya tahu persis apa maksudnya. Sudah sejak 10 tahun lalu sejak sulung saya lahir, beberapa orang ‘menyarankan’ agar saya melakukan hal tersebut. Apalagi keluarga besar saya dari pihak suami. Ketika pertama kali melihat sulung saya, mengamati wajahnya dan akhirnya menyimpulkan bahwa anak perempuan saya itu sangat mirip dengan saya, mereka langsung menyuruh saya menjualnya.

Cerita berlanjut ketika saya mempunyai anak kedua, laki-laki. Kali ini kata orang sangat mirip dengan ayahnya. Lagi-lagi harus dijual! Pernah pada suatu kesempatan seorang tante dari kampung tiba-tiba menyodorkan selembar uang dua puluh ribuan ke tangan saya. “Ini untuk apa?” spontan saya bertanya dalam kebingungan. “Anakmu saya beli. Soalnya mirip sekali abinya!”

*hela nafas*

Entah tradisi ini sebenarnya berasal dari mana. Atau sebenarnya sama sekali bukan tradisi melainkan mitos yang isinya adalah jika seorang anak perempuan secara fisik mirip ibunya atau jika seorang anak laki-laki secara fisik mirip ayahnya, maka hal tersebut akan mengantar kepada ketidakberuntungan. Astaghfirullah. Naudzubillah. Sebaliknya katanya yang membawa hoki itu adalah jika seorang anak perempuan secara fisik mirip ayahnya dan seorang anak laki-laki secara fisik mirip ibunya. Masya Allah.

Entah siapa yang memulai. Entah kesimpulannya diambil berdasarkan apa. Yang jelas saya khawatir mempercayai hal-hal seperti itu bisa menjerumuskan kita kepada syirik. Memangnya kenapa kalau anak perempuan mirip ibunya dan anak laki-laki mirip ayahnya? Bukankah itu bagus, daripada mirip tetangga?

Lagipula sungguh terlalu jika menghubung-hubungkan fisik anak-anak kita dengan keberuntungan dan ketakberuntungan hidup kita. Jangan sampai kita dipandang sombong olehNya karena berani menilai sesuatu yang di luar kekuasaan kita seenak pemikiran kita sendiri bukan berdasarkan ajaranNya.

Beranikah kita mendobrak mitos ini? Sekuat apakah kita untuk tetap istiqomah jika pada suatu titik takdir kita berlaku seolah mitos ini memang terbukti benar?

**********

Abang, Hani dan Kakak

Adalah kebiasaan saya setiap anak-anak pulang sekolah selalu menanyakan apa saja kegiatan mereka seharian di sekolah tadi. Seperti beberapa waktu lalu, salah satu cerita anak lelaki saya tentang ketika dia belajar menulis.
“Ummi, tadi saya disuruh nulis nama-nama keluargaku.”
“Oh iya? Terus Fatih tulis apa?”
“Ya saya tulis : nama saya abang (maksudnya di bagian nama ayah), nama saya hani (maksudnya di bagian nama ibu), nama saya kakak (maksudnya di bagian nama saudara). Begitu…”


Saya hanya bisa bengong mendengar penjelasan anak saya. What?! Aduh naaakk itu sih bukan NAMA tapi panggilan akrab. Saya memanggil suami “abang”. Suami memanggil saya ~honey~ (ehm!). Dan si sulung kami panggil ~kakak~. Ya ampun…. Padahal pada kesempatan lain sebelum peristiwa ini terjadi anak saya sudah pernah bertanya begini, “Ummi kenapa Ummi panggil abi ‘abang’?” Dan pada waktu itu saya sudah berusaha menjelaskan bahwa yang boleh panggil ‘abang’ hanya saya saja, anak-anak tidak boleh.
Hmmm ternyata dia masih belum paham juga rupanya.
Kawan-kawan ada yang pernah mengalami? Anak-anak kadang senang meniru cara kita memanggil pasangan kita. Mengapa ya? Padahal saya kurang suka memanggil suami dengan cara anak-anak memanggil beliau, kalau memang itu cara aman agar mereka tak mencoba-coba meniru (ah tapi rasanya tidak juga karena anak saya pernah bertanya, “kenapa eyang kakung panggil eyang putri ‘mama’?). Rasanya aneh saja menurut saya… Tapi untunglah cara saya dan suami saling memanggil cukup sopan karena pernah pada suatu kesempatan saya menyaksikan keponakan saya berteriak memanggil ibunya dengan namanya! Hihihi … ada-ada saja ulah anak-anak. Mungkin dikiranya ini di luar negeri, di Barat sana, yang kalau saya amati (melalui film-film) lazim saja memanggil orangtua dengan namanya. J

14.12.11

Bantimurung Objek Wisata Terbaik di Sulawesi Selatan

Saya hanya punya waktu satu hari menjelang deadline untuk membuat tulisan tentang Bantimurung Objek Wisata Terbaik di Sulawesi Selatan ini. Kebetulan saya berjalan-jalan blog malam hari lalu menemukan postingan di blog sahabat mengenai lomba ini yang diadakan oleh Komunitas Blogger Maros tentang "Bantimurung Objek Wisata Terbaik di Sulawesi Selatan".

Ahh, kalau soal Bantimurung saya harus coba-coba ikut nih, begitu kira-kira pemikiran saya. Betapa tidak, sudah sejak SMA saya kenal dengan objek wisata yang satu ini. Itu berarti kira-kira 17 tahun yang lalu. Yang berarti sekitar tahun-tahun pertama saya menginjakkan kaki di kota Anging Mamiri ini. Sungguh! Selain terbaik, Bantimurung juga adalah objek wisata yang paling terkenal yang akan disebutkan sebagai rekomendasi bila kita adalah seorang pendatang baru dan menanyakan tempat wisata. Saya tahu karena saya sendiri mengalaminya.

gerbang menuju Bantimurung objek wisata terbaik di Sulawesi Selatan
Saya masih ingat ketika pertama kali mengunjungi Bantimurung ini. Kupu-kupu dan air terjun adalah kata kuncinya. Kata orang itulah yang menjadi ciri khas objek wisata di Sulawesi Selatan ini.

13.12.11

Menjejak Serui Menyesap Keindahan Tersembunyi

Berjarak sejauh perjalanan kapal laut sehari semalam dari Jayapura, disanalah letaknya Pulau Serui. Sebuah pulau kecil yang masih asri, agak terpencil tapi bukan berarti tertinggal.
Bertiga bersama Taris dan abinya mengunjungi kakek-nenek/orangtua kami, demikian ceritanya saya bisa sampai ke pulau kecil ini. Mumpung saat itu sedang berdomisili di Jayapura maka kesempatan liburan kami manfaatkan untuk berkunjung kesana. Sebelumnya tak terbayang bagaimanakah Serui ini apalagi perjalanan kesana ditempuh dengan kapal laut, yang mana saya sedikit trauma dengannya. Trauma kenyamanan maksudnya. Saya masih terbayang anak-anak kecoak, tempat tidur kelas ekonomi, toilet dan tempat makan yang *maaf* jorok, yang saya temui ketika pertama kali melakukan perjalanan dengan kapal laut, dulu waktu jaman kuliahan. Meskipun perjalanan ke Serui ini menggunakan fasilitas kelas 1 bukan ekonomi namun tetap saja pengalaman pertama itu masih terus membayangi.

Pemandangan para pengantar penumpang dari atas kapal di pelabuhan Jayapura
Alhamdulillah 22 jam perjalanan laut terlewati. Kapal laut merapat dengan selamat di pelabuhan Serui. Meski masih oleng akibat dibuai ombak sepanjang perjalanan tapi semangat liburan harus tetap berlanjut. Tak sabar rasanya untuk menjelajah pulau kecil ini.
Pantai, sebagai pecinta pesonanya, tentu saja hal itulah yang menjadi fokus buruan saya selama liburan. Ada pantai Pertamina yang sangat nyaman untuk berenang. Paduan antara kelandaian pantainya dengan batu-batu oval yang nyaman sekali terasa di kaki dan air yang jernih tentu saja, membuat rasanya tak ingin mentas ketika sudah nyebur disana. Dan jangan lupa, sunset! Luar biasa indahnya … Subhanalloh!

Pada suatu sore di Serui...