31.1.12

Berani Coba? ^_^

Pada Rindu


Sungguh kurindu setengah mati
Pada sepasang mata tajam yang menatapku lekat
Pada sepasang jemari yang menggenggamku erat
Pada sepasang lengan yang mendekapku hangat


Sungguh kurindu setengah mati
Pada sepenuh hatimu untukku
Pada seluruh rasamu bagiku
Pada ketujuh rusuk cintamu buatku


Sungguh kurindu setengah mati
Pada sebisik lembut I love you
Pada sedesah merdu I miss you
Pada sebait syahdu I want you


Sungguh kurindu setengah mati,
Padamu…


Puisi ini diikutkan dalam ajang berani coba,
"Ungkapan Anti Biasa, Ungkapan dengan HTML"

Ayoo, sahabat pada ikutan juga bukan kontes kok ... yang penting berani coba. Dan asik lho ternyata, dapat ilmu baru ^_^

30.1.12

#cintasejati vs jodoh

Jujur saja, sebenarnya saya bukan seorang pakar dalam urusan cinta. Namun hal itu tidak menyurutkan hasrat saya untuk membuat tulisan tentang satu hal penuh misteri itu, c i n t a.  

Lalu mengapa harus judul itu sih? Mengapa cinta sejati saya lawankan dengan jodoh? Memang ada bedanya cinta sejati dengan jodoh? Ada, kalau menurut saya.

Cinta sejati adalah yang kita inginkan untuk selamanya dalam keabadian. Sementara jodoh kesannya lebih ke keduniaan, pernikahan. Seseorang yang menjadi pasangan nikah, pasti disebut jodoh. Tapi apakah jodoh selalu 100 % merupakan cinta sejati? Tidak, kan? Belum tentu. Coba saja buat survei tentang apakah semua orang yang merasa ketemu jodoh lalu menikah akan mengakuinya sebagai cinta sejati? Not everyone, baby …
Ada kok orang-orang yang menikah karena … harta
Ada juga kok orang-orang yang menikah karena … tahta
Ada bahkan orang-orang yang menikah tanpa … cinta
Mereka jodoh? Pasti tidak akan ada yang berani bilang tidak J

Sementara itu,
#cintasejati itu …
Bukan sekedar membuai, mengelus-elus, mengikuti semua keinginannya
Tapi #cintasejati itu…
Mengatakan kebenaran meski risikonya ditinggalkan
Menyampaikan yang sebenarnya meski risikonya dibenci
Karena tujuan #cintasejati adalah keabadian bukan sesaat


Contoh lagi, dalam sebuah pernikahan misalnya (tanpa bermaksud menyinggung siapapun... tapi kalau ada yang merasa dalam artian positif, ya, Alhamdulillah ;p) pasangan kita belum memakai pakaian muslimah seperti seharusnya. Kalau sekadar jodoh maka sampai kapanpun bisa saja kita tidak akan peduli, terserah deh yang penting pasangan kita senang. Tapi kalau cinta sejati maka apapun caranya pasti akan ditempuh agar si dia sadar dan mau nurut padaNya. Soalnya visinya jauh, keabadian…

Seperti itu lho maksud tulisan saya ini. Ketangkep nggak?
Nggak? Ya sudah nggak apa-apa, cuma sekadar in my humble opinion saja kok.
Could be wrong, could be right ^__^      

29.1.12

My Baby Has Grown Up

Pagi ini kaka Taris dan ade Fatih sedang sibuk menggambar dan mewarnai. Tiba-tiba saja ade Fatih nyeletuk ke kaka Taris,”Kaka, sembarang mo gambarnya nanti ummi bilang bagus ji!” Yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah apapun gambar yang mereka hasilkan pasti saya akan bilang bagus…

-_-“

Suer, manyun saya dengernya… ;p

Oalah… sampai sejauh ini saya memang masih selalu mengapresiasi karya-karya ade Fatih dengan kata ‘bagus’ atau kata-kata positif lainnya bagaimanapun bentuk karyanya. Maksud saya adalah untuk menyuntikkan semangat positif. Ternyata, siapa sangka my baby has grown up … sudah ‘dewasa’ ternyata pemikiranmu ya, Nak. Baiklah mulai saat ini siap-siaplah menerima kritik dan saran atas semua karya-karyamu.

:D

28.1.12

Diobral : Nyawa!

Mengulas kembali salah satu trending topic yang cukup menggegerkan belakangan ini, soal tabrakan maut dengan korban 9 nyawa melayang itu…
Ngeri, ya?
Masya Allah…
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun…
Semoga semua orang yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan baru untuk terus menjalani hidup tanpa mereka yang telah kembali padaNya…

***

Bergeser ke saat ini, kisi-kisi pasal hukuman yang akan dikenakan pada Afriani, the girl behind the wheel, sudah bocor diumbar dimana-mana. Apa sajakah itu?

Pasal 283 UU Lalu Lintas
Tentang mengemudikan kendaraan bermotor secara tidak wajar atau terganggu konsentrasinya ---> kurungan 3 bulan atau denda 750,000

Pasal 287 ayat 5
tentang pelanggaran aturan batas kecepatan tertinggi atau terendah dalam berkendara

Pasal 310 ayat 4
Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)

Pasal 127 Undang-Undang Narkotika
tentang penyalahgunaan narkotika ---> hukuman 1 – 4 tahun penjara

Nah, jadi kurang lebih kesimpulannya hukumannya adalah (berdasarkan Pasal 310 UU Lalin saja) penjara 6 tahun atau denda sebesar 12 juta rupiah.
Wawww … terbayang tidak perasaan keluarga para korban…?
Subhanallah…
Berarti satu nyawa ‘dihargai’ berapa?
8 bulan penjara
*glek!* (saya hamil aja 9 bulan baru melahirkan)
atau
1,333 juta rupiah
*glek!* (lebih mahal gadgetnya orang)

Jika demikian kenyataannya, masih akankah kita menganggap ‘kejam’ sebuah rule of God yang terabadikan dalam al-qur’an :

 "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu qishash atas orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Barangsiapa mendapat ma'af dari saudaranya, hendaklah yang mema'afkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik." [Al Baqarah:178]
"Dan Kami tetapkan atas mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada Qisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak Qisas, maka melepaskan hak itu jadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang zalim." [Al Maa-idah:45]

sumber gambar disini
Wallahu ‘alam.       

27.1.12

#kutipanhati


(Berteriak lantang, suara keras)

Ketika RAHASIA dimasukkan ke dalam menu wajib rumah tangga, maka bersiaplah, label ‘stranger’ akan melekat erat diantara keduanya…

(Berteriak pelan, suara parau)

Ketika RAHASIA dimasukkan ke dalam menu wajib rumah tangga, maka bersiaplah, kepercayaan tak akan pernah terbangun diantara keduanya…


(Berbisik lirih, suara hampir hilang)

Ketika RAHASIA dimasukkan ke dalam menu wajib rumah tangga, maka bersiaplah, keduanya tak akan pernah saling mengenal…


25.1.12

Bisnis Online : Lelang, Jual, Untung

Di dunia yang serba online dewasa ini hampir segala hal telah di-online-kan. Dari mulai jalinan pertemanan, sarana pendidikan/pelatihan misalnya sekolah blog, hingga jual-beli alias bisnis, semuanya memanfaatkan sarana online baik untuk sekadar promosi saja maupun keseluruhan pelaksanaannya. Pada kesempatan ini saya ingin mengupas sedikit mengenai bisnis online yang kini marak bak jamur di musim penghujan dengan cakupan bahasan tentang pengertian, studi-kasus dan beberapa tips ringan.

Pengertian Bisnis Online
Bisnis online secara sederhana dapat diartikan sebagai proses transaksi jual-beli dimana pihak penjual dan pihak pembeli tak perlu saling bertemu dan bertatap muka secara langsung. Semuanya dilakukan melalui media internet mulai dari proses penawaran produk hingga terjadi transaksi.

Sehingga salah satu keuntungan dari bisnis online ini adalah luasnya cakupan pasar yaitu meliputi seluruh wilayah di dunia yang dapat dijangkau internet atau bisa dikatakan seluas internet memandang. Adapun  keuntungan lainnya tentu saja adalah meminimalisir dana untuk kepentingan pengadaan/penyewaan tempat. Bisa diilustrasikan seperti ini, biaya sewa tempat satu bulan untuk space tenant berukuran 1 x 1 m di sebuah mal besar di bilangan Panakukkang, Makassar adalah sekitar 1,6 juta rupiah (itu adalah gambaran kisaran harga tahun lalu entah sekarang). Bandingkan dengan para pelaku bisnis online yang sangat memungkinkan bebas biaya sewa untuk showroom produknya, tentu bila mereka memilih media online gratis untuk ‘menggelar’ produknya seperti facebook, twitter maupun blog gratisan.

Studi-kasus : sebuah contoh nyata bisnis online
Untuk keperluan penulisan ini saya berkesempatan mewawancarai seorang pelaku bisnis online yang berbaik hati mau meluangkan waktu dan pengalamannya. Namanya Bapak Muhtar, beliau sebenarnya adalah seorang karyawan BUMN namun bisnis online juga dilakoninya sebagai usaha sampingannya. Berawal dari sekadar iseng mencari barang di internet, atau lebih tepatnya coba-coba mengikuti lelang di ebay, beliau berhasil mendapatkan barang untuk dijual kembali. Produk yang ditawarkannya adalah gadget Android high-end dengan teknologi CDMA yang mana pasarnya masih merupakan blue-ocean di Indonesia. Menggarap peluang ini, yang dilakukan secara online, Bapak Muhtar sanggup meraup omzet hingga puluhan juta rupiah dengan margin keuntungan sekitar 10 sampai 15 persen setiap bulannya. Fantastis, kan? Padahal yang dilakukannya ‘hanya’lah mencari produk di ebay, membelinya, kemudian memanfaatkan forum komunitas online untuk memasarkannya. Tanpa perlu mengganggu kesibukannya sebagai seorang karyawan beliau berhasil memperoleh penghasilan dobel berkat bisnis online. Seperti itulah kira-kira salah satu realitas bisnis online yang tentu saja diluar sana masih banyak contoh aneka jenis bisnis yang dilakukan secara online yang menghasilkan keuntungan lebih dahsyat.

Tips Bisnis Online
Akhirnya sebagai penutup tulisan ini saya akan mencoba merangkum tips ringan mengenai bisnis online baik dari sudut pandang penjual maupun pembeli. Dari sudut pandang penjual, tips ini Insya Allah akan berguna untuk menghindari kerugian baik berupa kehilangan modal maupun pelanggan. Sedangkan dari sudut pandang pembeli, untuk menghindari kekecewaan atas produk yang akan kita beli.

Tips untuk Penjual
  • Bila pasokan produk kita dapatkan dari pihak lain yang juga online, seperti contoh kasus pada Bapak Muhtar diatas yaitu melalui situs lelang ebay, maka pastikan sumber kita tersebut dapat dipercaya. Salah satu indikatornya adalah kita bisa mengecek umpan balik yang diberikan oleh para pembeli terdahulunya. Pastikan tidak ada komentar negatif tentang calon pemasok produk kita ini.
  • Ketika kita membuat penawaran produk, pastikan kita benar-benar mendeskripsikan produk dengan sedetail mungkin. Selain dilengkapi foto, spesifikasi produk, harga produk, dan ongkos kirim, yang terpenting adalah bila ada cacat pada barang maka kita tak boleh menyembunyikannya namun justru menginformasikannya kepada pelanggan dengan kompensasi mendapatkan diskon misalnya. Selain menghindarkan kekecewaan pelanggan juga dosa bila hal itu dilakukan!


Tips untuk Pembeli
  • Pastikan bahwa tempat kita membeli produk adalah situs/akun yang dapat dipercaya. Pelajari terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi.
  • Meskipun online tetaplah teliti sebelum membeli. Yakinkan dulu bahwa kita benar-benar memahami deskripsi dari produk yang akan kita beli, agar tidak kecewa kemudian.
  • Jangan tergiur oleh penawaran harga yang jauh di bawah standar, misalnya untuk produk gadget karena biasanya hal itu adalah penipuan.


Saya rasa demikianlah sedikit yang bisa saya kupas mengenai bisnis online. Salam sukses selalu dan selamat berbisnis online. J




24.1.12

Reportase : Pencakar Langit Makassar – bag.1


Hari Senin kemarin, 23 Januari 2012, saya bersama keluarga berkesempatan berkeliling kota Makassar. Saya bersemangat sekali mengingat sudah sekitar satu bulan terakhir ini ruang lingkup saya hanya di sekitar kompleks rumah saja. Maklumlah selain karena faktor cuaca yang cukup ekstrim sedang berlangsung di Makassar, pagi hari cuaca sangat cerah --- satu jam kemudian tiba-tiba hujan turun super lebat --- juga karena memang sikon kurang memungkinkan saya untuk menjelajah kota karena eyangnya anak-anak yang biasanya saya andalkan untuk menemani mereka sedang pulkam.
Well, back to topic … intinya, saya ingin berbagi sesuatu dari hasil jalan-jalan saya kemarin itu, boleh kan? J


Foto ini adalah foto dari gedung baru Telkomsel di jalan Pettarani, Makassar. Sejak pembangunannya gedung ini cukup menarik perhatian saya karena apa? Karena bentuk luarnya miring! Bikin saya pusing melihatnya, membayangkan orang-orang didalamnya apa nggak cape tuh beraktivitas sambil miring-miring? He he he, tentunya tidak kan ya? (Eh beneran … tidak, kan??? Saya belum sempat masuk kesana soalnya!)



Kemudian foto kedua ini, adalah foto dari salah satu bangunan di dalam kompleks Universitas Negeri Makassar, yang dulunya disebut IKIP. Masih di sekitar jalan Pettarani juga sekitar 200 m dari gedung Telkomsel tadi. Megah ya? Sepertinya inspirasinya adalah dari bentuk layar perahu phinisi. Masih dalam proses pembangunan saja sudah nampak begitu indah, bagaimana kalau sudah jadi ya? Waaawww …

Cukup menarik bagi saya pribadi untuk mengikuti perkembangan kota Anging Mamiri ini. Karena sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di kota ini, sekitar 15 tahun yang lalu, dibandingkan sekarang tentunya sudah terjadi banyak sekali perubahan. Dulu kota ini begitu datar, maksud saya tidak banyak gedung-gedung tinggi pencakar langit. Alih-alih dibangun memanjang ke atas, gedung-gedung justru dibangun melebar ke samping. Yang mana hal itu menurut saya adalah pertanda bagus, berarti lahan kosong untuk pembangunan di Makassar masih melimpah. Dan jujur saja kalau saya ditanya, saya lebih suka dengan gedung-gedung yang melebar ke samping daripada yang memanjang ke atas mencakar langit. Ngeri, paranoid … takut kalau-kalau ada oknum yang mengawal proses pembangunnya doyan makan semen!

Bersambung …
(kapan-kapan kalau saya keliling kota lagi dan mendapatkan foto-foto Pencakar Langit Makassar yang lain ya… ^_^)

Tertarik membaca reportase saya yang lain tentang Makassar?


21.1.12

Renungan : Berani Anggarkan Dana Berapa Untuk Ini???

Berjarak sekitar 5 km dari kantor bupati…
Berjarak sekitar 70 km dari ibukota negara…

sumber gambar disini

Foto dan berita tentang anak-anak sekolah yang tengah (hampir) bergelantungan meniti jembatan rusak di daerah Lebak ini sudah saya lihat dan dengar sejak beberapa hari lalu. Miris, sedih, melongo hampir tak percaya, campur aduk jadi satu rasanya dalam hati. Anak siapakah mereka? Bagaimana kalau (naudzubillah) jatuh?

Kemudian beberapa hari setelah itu, saya pikir, dalam sisa-sisa harapan dan keapatisan saya  terhadap para pengelola negeri ini, jembatan tersebut telah akan mulai diperbaiki. Minimal, di media saya akan menemui kembali berita tentang jembatan rusak ini dengan latar belakang reporter yang melaporkan berupa bulldozer atau tumpukan material untuk membangun jembatan. Dengan disertai laporan bahwa pemda hingga pempus dengan sigap akan segera membangun kembali jembatan tesebut. Namun betapa kagetnya saya karena berita yang saya temui justru bertajuk seperti ini, “Indiana Jones ala Lebak” yang artinya jembatan itu masih seperti itu dan anak-anak itu masih menyeberangi jembatan tersebut dengan segala resikonya. Alamak … Beritanya bahkan sudah disoroti oleh media asing!

*malu*
Bukan dalam artian pipi bersemu pink dan tertunduk sembari tersenyum bahagia, tapi malu serupa burung onta membenamkan muka ke tanah.
*malu*

Bayangkan kalau, berita itu sampai ke media asing HANYA dengan topik : Lihat, betapa dahsyat semangat anak-anak Indonesia untuk menuntut ilmu. Meski jalurnya menjadi ekstrim tapi tidak menyurutkan langkah mereka untuk meraih masa depan. Dengan diiringi reportase, saat berita ini diturunkan pemerintah Indonesia telah melakukan perbaikan signifikan terhadap jembatan Indiana Jones ini. Keren, kan?

Tapi apa coba? Tidak ada reportase yang menyebutkan pemerintah bertindak seperti itu … bahkan mungkin baru sekarang setelah beritanya terkenal ke luar negeri barulah pemerintah akan mulai turun tangan. Mungkin lho ya…

Duh aduh … ternyata lebih penting renovasi ruangan banggar, toilet dan istana ya dibandingkan nyawa yang masih bersemayam dalam semangat anak-anak kita di atas jembatan rusak ala Indiana Jones ini…

19.1.12

Sertifikasi Halal : Sebuah Opini


@KicauanRisa belum ber-SH hukumnya syubhat (samar) menurut fatwa MUI. Oleh karenanya harus diperiksa sampai jelas status hukum kehalalannya.” (balasan dari @halalcorner atas twit saya beberapa hari lalu)

Jeleder! Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong (ups lebay deh). Tapi sungguh rasanya saya jadi bagaimanaaa gitu yah membaca balasan twit tadi. Soalnya saya jadi ingat, saya kadang makan di warung nasi padang, beli sarapan nasi kuning di pinggir jalan, beli segala macam roti mulai dari yang tawar sampai aneka rasa di mana saja, jajan bakso, makan mie titi, lumpia, jalangkote, belum lagi kalau jalan di mal pengen nyoba donat merk inilah, seafood ala itulah, dkk, dll, dsb yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu soalnya membuat air liur saya banjir dan perut keroncongan  -_-“ (pssst, saya lagi in love sama emoticon yang satu itu hehehe). Yang mana semua yang saya sebutkan tadi hampir seluruhnya belum tentu ber-SH (sertifikat halal, red). Hanya berdasarkan kepercayaan saja, bahwa tak mungkin mereka tega mengkhianati saya dengan memasukkan unsur-unsur tak halal pada produk mereka. Nah lho … gimana dong??? Sedangkan menurut fatwa MUI hal itu termasuk perkara samar? Aihh… jadi saya makan apa dong?

Saking geregetannya saya lantas mencoba mencari beberapa informasi mengenai apa dan bagaimana sih faktanya soal SH ini? Dari beberapa situs yang berhasil saya cerna informasinya, diantaranya adalah : http://www.detikfood.com/read/2011/11/22/135036/1772895/1089/prosedur-sertifikasi-halal-air-kemasan
saya menyimpulkan untuk sementara bahwa SH adalah tanggung jawab MUI sebagai lembaga nirlaba yang berhak menerbitkannya. Agar suatu produk memperoleh SH maka ada prosedur yang harus ditempuh dan ada BIAYA yang harus dikeluarkan untuk kepentingan itu.

Hmmm … Saya membayangkan, memposisikan diri saya sebagai pedagang nasi campur di sebuah kios kecil. Apakah saya akan berminat untuk mendaftarkan produk saya untuk mendapatkan SH? Mana sempat!!! Sudah begitu harus bayar lagi. Ya ampuun …

Okey, memang pihak pemegang lisensi halal ini menjelaskan bahwa biaya yang diminta adalah semata-mata dalam rangka membiayai seluruh proses hingga SH ini terbit, misalnya untuk biaya audit dan laboratorium bukan untuk kepentingan kelompok apalagi pribadi. Hanya saja, dalam pikiran saya yang naïf ini, bukankah ini seharusnya menjadi  tanggung jawab pemerintah, yak? Saya (lagi-lagi) membayangkan dalam rangka menjamin rasa aman dan ketenangan warga negaranya atas kehalalan suatu produk maka pemerintahlah yang seharusnya proaktif terjun langsung ke lapangan menginspeksi segala jenis produk yang membutuhkan SH. (Bukankah mereka memang tugasnya seperti itu, menjamin keamanan dan ketentraman hidup warga negaranya? Termasuk soal SH juga dong, kan? Atau tidak begitu?) Jadi gambaran realnya adalah akan ada petugas-petugas SH bertebaran dimana-mana mengambil sampel kemudian mengujinya dan pada akhirnya produk yang diuji tinggal diberi stempel, halal or not? Gratis, sebagai bentuk pelayanan untuk rakyat. Wooow, keren ya kalau bisa seperti itu…

Bayangkan! Betapa damai dan tenteramnya hati ini bila saja khayalan saya itu bisa terwujud. Tak perlu lagi perasaan risau menghantui tatkala saya ingin menjajal sebuah produk makanan ataupun minuman bahkan bedak, lipstick, hand body lotion, krim muka, obat-obatan, sabun, sampo, odol …… ealahhh kok jadi panjang tah daftarnya?!!

#bila ada kesalahan dalam pemikiran saya pada tulisan ini maka hal itu semata adalah kedhoifan saya sebagai seorang manusia. Cmiiw.

Mau Baca Opini-opini Risa yang lain?
Yuk, Kita Tingkatkan Budaya Menulis dan Membaca Melalui Blogging

18.1.12

Terbang Menggapai Topi


Yihaaaa! Ayo lompat, terbang… kejar topinyaaaa!!!


Foto ini diambil pas liburan lebaran tahun kemarin. Lokasinya di pantai Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Entah bagaimana ceritanya kok bisa-bisanya saya senekat itu difoto. Mungkin terbawa euphoria semangat liburan plus keindahan pantai pasir putih Bira yang menghasilkan efek sukacita tiada tara. Atau mungkin saya saja yang (memang) norak. Malu eh sebenernya jadi konsumsi publik  #halah  -_-“ 




"Risa berpartisipasi dalam 'Saweran Kecebong 3 Warna' yang didalangi oleh Jeng Soes-Jeng Dewi-Jeng Nia, yang disponsori oleh Jeng AnggieDesa Boneka, dan Kios 108"

15.1.12

Tips Pengusir Kesedihan

Kawan blog ada yang sedang sedih? Jangan dong ah. Ayo senyum ….! Ngga bisa? Kalau begitu coba hadapkan wajah ke cermin, pandangi muka sedihnya, jelek kan? Makanya ayo tarik kedua sudut bibir …
and make one sweet smile
^_____^

Naaaah kan cakep kalau tersenyum. Ketimbang sedih tak karuan, membuat rambut cepat beruban (iyakah?), bikin wajah tumbuh kerutan mending yuk sama-sama belajar berusaha mengkonversi kesedihan menjadi keceriaan…

Bukan saya merasa profesor dalam hal ini sehingga berani-beraninya menuliskan tips untuk mengusir kesedihan, tapi hanya sekedar ingin berbagi pengalaman saja. Boleh toh?

  1. Kalau kamu sedang sedih karena kehilangan sesuatu, uang misalnya atau barang kesayangan atau bahkan pasangan mungkin. Tips dari saya adalah hindari memikirkan yang telah hilang. Lihat ke sekelilingmu, apa yang ada? Saldo yang masih duduk manis di tabungan, barang yang masih ada, anak-anak yang menakjubkan? Tatap dengan seksama, lalu syukurilah. Bahwa masih ada semua itu, yang hilang biarlah berlalu, yang ada harus dijaga. Siap tersenyum? J
  2. Kalau kamu bersedih karena tidak belum mempunyai sesuatu, rumah pribadi misalnya atau mobil mewah atau pasangan mungkin. Tips dari saya adalah santai saja, sabar… Semua manusia ada gilirannya. Toh tanpa itu semua apakah selama ini kita tak hidup dengan baik? Tidak kan? Jadi sabar, tapi bukan berarti berhenti berusaha… Asalkan jangan dibawa sedih ya. So, siap tersenyum?
  3. Kalau kamu sedang sedih bukan karena dua hal yang saya sebut di no 1 atau 2 tadi, cobalah untuk mengingat siapa saja, entah kerabat, sahabat atau sekedar kenalan yang memiliki ujian hidup yang luar biasa sulit namun mereka masih sanggup menatap dunia dengan senyuman. Masa kita ngga bisa? He he he…


Well, inti dari tips pengusir kesedihan dari saya sebenarnya adalah SYUKUR dan SABAR. Dengan syukur kita akan lebih bisa menghargai dan memaknai hidup. Sementara dengan sabar hati kita akan diperluas, extended, untuk sampai pada saatnya memetik buahnya.

So, tak perlu bersedih kan? Mendingan senyum … biar awet muda!
J
no more this face, key?!
sumber gambar klik disini

#Sumpah! Tulisan ini saya buat lebih sebagai pengingat untuk diri saya sendiri. Agar malu bila tiba-tiba terpuruk sedih dan tak tahu harus berbuat apa. Cheers, dear friends… ^v^

13.1.12

We Miss You, Coach!

Kami mengadopsinya ketika usianya sekitar satu atau dua bulan. Entah siapa orangtuanya, darimana asalnya dan bagaimana caranya sehingga ia bisa sampai di halaman depan rumah kami. Yang jelas suara meongannya terdengar hampir tiada henti sepanjang malam itu. Hingga akhirnya pagi hari ayahnya anak-anak memeriksa halaman dan menemukannya disana.

Tanpa acara bubur merah putih apalagi menyembelih kambing kami menamainya, Coach. Ehm, saya sebenarnya yang memilih nama itu. Penyebabnya adalah hasrat saya yang tak sampai, ingin punya tas merk Coach! Mulanya saya ragu hendak mengadopsinya karena ia berjenis kelamin betina, tapi warna bulunya, bentuk ekornya, tatapan matanya dan begitu penurutnya ia sejak ditemukan, tak pernah berontak, membuat luluh hati ini.

Coach kecil yang sangat menggemaskan akhirnya tumbuh menjadi kesayangan kami sekeluarga. Ia pun sepertinya tahu dan sangat menikmati segala kasih sayang kami. Saya merawatnya mulai dari memandikannya, sengaja membeli ikan khusus untuknya, pup and pee training, hingga membasuh keempat telapak kakinya dan mencebokinya sebelum ia masuk ke rumah. Hah??! Menceboki? Iya, menceboki, pake air dan sabun, biar wangi…

Sebagai kucing rumahan Coach terbilang cukup lincah meskipun (agak) gemuk. Mengejar segala yang bergerak, entah itu di dalam rumah maupun di halaman belakang. Tapi terbatas hanya disitu saja karena ia penakut. Itu saja kelemahannya. Ia penakut. Sekali waktu saya berniat mengajaknya, sekedar membeli ikan dari penjaja ikan keliling yang singgah di depan rumah. Wusshh, ia langsung lari ketakutan dan meloloskan diri dari gendongan saya, masuk ke dalam rumah.

Seperti itulah sebagian besar rutinitas kehidupan Coach, kucing kami ini. Sepertinya dia cukup bahagia. Hingga pada sekitar pertengahan tahun lalu ketika musim kemarau sedang ganas-ganasnya. Aliran ledeng di rumah kami benar-benar dalam kondisi yang memprihatinkan. Kami mengalami paceklik air. Akhirnya sempat selama beberapa hari kami mengungsi ke rumah orangtua. Tanpa membawa Coach, kucing kesayangan kami. Pikir kami ketika itu, rumah orangtua tak terlalu jauh jadi tiap hari kami bisa bolak-balik mengantarkan makanan kepadanya. Hari pertama dan kedua berjalan sesuai rencana hingga ketika kami kembali pulang pada hari ketiga, Coach tidak ada di rumah! Saya dan anak-anak mencarinya di sekitar rumah, di halaman belakang, di tumpukan genting yang  ada di pojokan halaman, di kolong mesin cuci, di dalam gerobak minuman teh saya yang terparkir di halaman depan, dimana-mana di hampir semua sudut halaman depan dan belakang, nihil! Coach benar-benar tak ada…

Perasaan cemas mulai melanda. Duh, kucing penakut itu lari kemana ya? Apa ia mengikuti teman-temannya yang beberapa waktu sebelumnya memang sering terlihat di dekatnya? Ahh, mungkin seperti itu, mungkin sebentar lagi ia pulang, pikir saya menghibur hati.

Satu hari berlalu, dua hari, tiga hari, seminggu! Coach masih tak nampak bulu dan ekornya. Anak-anak mulai bersedih dan tak henti bertanya kemana si Coach? Tentu saja saya tak tahu harus menjawab apa. Karena saya sendiri kuatir dan juga sedih. Apalagi berbagai pikiran buruk tak henti menghantui saya. Siapa tahu dia tersesat dan tak tahu jalan pulang. Lalu terbayang kucing itu mengkeret di pojokan atau di kolong selokan, mengeong-ngeong mencari kami, kelaparan, kedinginan kalau malam … hiks! Atau mungkin dia diserang oleh kucing-kucing itu lalu kalah dan …. mati, hu hu hu hu. Atau mungkin dia ditangkap oleh manusia jahat untuk dijadikan … bakso! (mengingat issu seperti ini pernah beredar di sekitar kompleks saya) :’’(

Oh, Coachy … kamu dimana???



#hingga cerita ini ditulis Coach belum juga kembali. Kami sudah mengikhlaskannya. Mudah-mudahan bukan sesuatu yang buruk yang terjadi padamu di luar sana, Coach. Maafkan kami … T_T

Ternyata yang namanya hewan peliharaan, meskipun ‘hanya’ kucing kampung, mereka juga punya ‘perasaan’. Bila hendak ditinggalkan cukup lama sebaiknya dititipkan atau dibawa sekalian untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan…




"Risa berpartisipasi dalam 'Saweran Kecebong 3 Warna' yang didalangi oleh Jeng Soes-Jeng Dewi-Jeng Nia, yang disponsori oleh Jeng Anggie, Desa Boneka, dan Kios 108"

10.1.12

JAYAPURA CITY : Kau Selalu di Hati

Bila saya harus bercerita tentang kota ini, ahhh … rasanya seperti ada setangkup haru dalam rindu yang penuh selaksa makna, persis seperti ungkapannya Kla Project dalam salah satu masterpiece-nya. Betapa tidak, mulai dari alasan yang membawa saya kesana hingga mengapa saya harus pergi dari sana, semuanya penuh dengan cerita yang sarat makna. Kalau boleh dikata disanalah terjadi klimaks atas seluruh perjalanan hidup saya dalam pencarian jati diri…

Ahh Jayapura … tapi sudahlah, enough is enough. Cukup sudah dengan segala memori biru dalam benak saya setiap kali mendengar nama kota ini disebut. Lebih baik saya bercerita tentangnya dari sisi lain saja. Yang jauh dari semua kenangan itu.

Berposisi di punggung Pulau Irian, sebuah pulau besar berbentuk nyaris seperti burung, demikianlah letak Jayapura ibukota provinsi Papua ini. Berjarak perjalanan udara kurang lebih 3 jam nonstop dari Makassar atau perjalanan laut hampir seminggu, kota ini benar-benar eksotis. Pemandangan perbukitan yang berpadu dengan lautan ke arah samudera, subhanallah indahnya. Sungguh, andai saja Jayapura ini tidak penuh dengan intrik politik baik dalam maupun luar negeri, kota elok yang identik dengan cendrawasih ini boleh dibilang sempurna.

Bila kita melakukan perjalanan kesana menggunakan pesawat maka pemandangan pertama yang akan disuguhkan kota cantik ini adalah hamparan Danau Sentani yang luas membentang. Jadi saran saya jika ini adalah perjalanan pertamamu, pastikan kawan-kawan mendapat window-seat di pesawat.


Menyusuri sepanjang jalan utama menuju pusat kota jayapura, tak henti-henti kita akan dicekoki dengan nuansa alami yang benar-benar menyegarkan pandangan mata. Nutrisi ampuh untuk segala jenis kepenatan yang jarang kita temukan di kota-kota besar lain. Danau, bukit, laut, bukit lagi, laut lagi, begitu seterusnya. Jarang kita temukan wilayah yang benar-benar datar disana sehingga tak perlu heran bila pemukiman penduduk pun lazim di daerah perbukitan dengan lingkungan yang ocean view, keren kan?! Dan (mungkin) dikarenakan lanskap yang berbukit-bukit inilah sehingga penamaan pembagian wilayah pemukiman di  kota Jayapura diistilahkan seperti tingkatan-tingkatan pada kapal laut, mulai dari dok I pusat kota hingga dok IX.

Dengan kondisi yang seperti ini, setiap hari walau hanya sekedar naik taksi (sebutan untuk angkutan umum disana) dengan rute : rumah – pusat kota – rumah saja sudah serasa rekreasi. Saya sering melakukan itu. Oh ya satu hal yang berbeda dari taksi ini dengan angkutan umum yang beroperasi di wilayah lain di Indonesia, disana penumpangnya diangkut tidak dengan posisi duduk berhadapan tetapi tempat duduk asli bawaan mobil jenis carry minibus yang menghadap ke depan. Ada juga biskota yang menempuh rute sedikit lebih panjang yaitu Jayapura – Entrop – Abepura. Kalau kawan sedang di Jayapura cobalah naiki biskota ini bila benar-benar ingin merasakan sensasi menyatu dengan penduduk lokal. Rugi kalau tidak coba, he he he.

Kota Jayapura dari Menara TVRI

Jayapura dan musim
Satu hal yang khas dan cukup berbeda dibandingkan wilayah lain di Indonesia adalah soal musim. Jika pada umumnya wilayah di Indonesia mengalami dua musim yaitu penghujan dan kemarau, Jayapura tidak mengalami itu. Tidak ada musim tertentu disana. Cuacanya suka-suka. Kadang seminggu penuh bermandikan limpahan cahaya matahari seminggu kemudian seluruh kota dicurahi tetesan air langit. Begitu terus berulang. Dan saya sangat menyukai cuaca selang-seling seperti ini. Belum sempat mengeluh akan panasnya cuaca, hujan sudah menari-nari turun. Belum sempat stress akibat jemuran tak kering, matahari sudah tertawa-tawa di langit sana.

Jayapura dan malaria

Kalau hanya boleh menyebut satu hal yang menjadi momok paling menakutkan di Jayapura saya yakin sebagian besar orang akan memilih : m a l a r i a. Bukan OPM, lha wong OPM saja takut sama malaria, ha ha ha. Sungguh, kota Jayapura sangat identik dengan malaria. Bukan menakuti tapi memang kenyataannya seperti itu. Jadi wajar saja jika di hampir seluruh apotik menyediakan jasa cek darah untuk kasus malaria. Semua yang tinggal disana akrab dengannya. Tapi akrab bukan berarti lantas harus merasakannya. Buktinya selama saya disana Alhamdulillah tidak pernah kena malaria. Teman-teman seperantauan saya juga tidak. Jadi semuanya sebenarnya tergantung pada masing-masing kita untuk menjaga kondisi fisik agar selalu prima. So, jangan mau ditakut-takuti orang dengan malarianya Jayapura ya.

9.1.12

Kisah Anjing Kecil Berbulu Coklat : sebentuk toleransi sederhana :)

Pandangan anjing kecil berbulu coklat itu tertuju ke arahku ketika aku lewat di depan rumahnya. Tidak ada gonggongan galak justru tatapan memelas dari kedua matanya.

Sudah sejak sebelum tanggal 25 Desember tahun lalu anjing kecil berbulu coklat ini ditinggal mudik oleh majikannya. Saat itu saya pikir mereka pasti pergi tak lama karena meninggalkan peliharaannya sendirian di rumah. Hari berganti, seminggu pun berlalu. Tadinya saya selalu melihat anjing kecil berbulu coklat ini berbaring diam-diam saja di halaman depan rumah itu, tapi beberapa hari belakangan saya tak melihatnya. Padahal lampu depan rumah itu masih selalu menyala dan sepanjang hari saya tak melihat penghuninya sudah kembali dari kampung atau pun ada keluarga lain yang datang ke rumah itu. Lalu kemana anjingnya? Apa lompat pagar?

Lalu keesokan harinya anjing kecil berbulu coklat itu ada lagi. Oh ternyata dia menyusup melalui pagar samping ke halaman belakang rumah itu. Saya jadi terpikir, dia makan apa selama seminggu ini? Majikannya bagaimana sih pulang kampung lama kok meninggalkan anjingnya seperti ini? Apa di halaman rumah itu sudah disiapkan persediaan makanan anjing, yang berbentuk biskuit mungkin? Bisa tahan lama kan? Ah, tapi ini kan anjing. Memangnya dia bisa mengerti istilah persediaan? Lalu karena iba, saya coba melemparkan secuil telur ceplok melalui pagar rumah itu. Woow, sekali hap langsung habis ditelan si anjing. Waduh, ternyata anjing ini kelaparan. Besoknya saya lemparkan sepotong ikan mentah padanya. Awalnya ikan itu hanya dijilat-jilati saja sebelum akhirnya si anjing menghabiskannya. Baru saya sadari, dalam hati si anjing mungkin berkata, “You pikir I kucing?!” Ha ha ha.

Tahun baru berlalu. Saya masih belum melihat para penghuni rumah ini kembali. Duh, bagaimana nasibnya anjing kecil berbulu coklat ini ya? Sampai kapan sih orang-orang ini pulang? Maka jadinya hari itu (4 Januari 2012) sekali lagi saya memberi sebutir telur ceplok dan sepotong bolu kukus. Dan ya ampun, kali ini saya mendekat ke pagar, si anjing kecil berbulu coklat ini melonjak-lonjak girang. Tidak tahu dia kalau saya paling takut anjing. Untung sedikit bekal tips dari Cesar Milan Sang Pembisik Anjing sudah saya kantongi dengan mantap jadi sedikit banyak saya tahulah bagaimana caranya menghadapi anjing (padahal dia terkurung di balik pagar makanya saya berani tuh! Hehe). Duh, anjing kecil … semoga majikanmu segera pulang deh!

Note : Alhamdulillah sore harinya sang majikan kembali dari mudik. Gonggongan si anjing kecil berbulu coklat pun kembali terdengar setelah selama lebih dari seminggu ini suaranya nyaris tak pernah terdengar. Hanya sekali, ketika saya dengan pede-nya mengambil kamera dan memotretnya. Mungkin dia tak suka difoto :D

ini dia lakon utama postingan saya kali ini ;p
Makassar, 4 Januari 2012   

'Menggugat' Keadilan Tuhan


Dua ekor kelinci membawa sepotong roti. Berat yang kanan, digigit. Berat yang kiri, digigit. Lama-lama rotinya habis. Dua ekor kelinci menangis…

klik disini untuk sumber foto

What???
‘Menggugat’ keadilan Tuhan? Berani memangnya? Saya tidak.
Tapi kalau keadilan manusia? Yaaa bagaimana ya? Karena sepertinya memang tempatnya ketidakadilan, kan? 
Jadi mikir, sebenarnya keadilan itu seperti apa sih?

Apakah diibaratkan dengan membagi dua sama besar sebutir apel? Lalu masing-masing diberikan kepada anak-anak kita. Tapi kan si kakak badan3nya lebih besar dari si adik. Jadi keadilannya dimana?

Atau mungkin diibaratkan dengan memberikan selembar uang 50 ribuan kepada masing-masing anak-anak kita. Tapi kan si kakak kebutuhannya lebih banyak dari si adik. Jadi keadilannya dimana?

Atau mungkin diibaratkan dengan membelikan dua buah mainan untuk anak-anak kita yang sama persis? Memangnya anak kembar? Memangnya minat dan kesukaannya sama? Jadi keadilannya dimana?

Saya yakin diantara kawan blog yang sudah menjadi mommies dan daddies akan segera menjawab bahwa keadilan diantara anak-anak tentunya bukan semata berdasarkan jumlah seperti disebutkan diatas. Tentunya harus diberikan pengertian kepada anak-anak tentang konsep keadilan agar mereka tidak salah paham dan berpikiran bahwa orangtuanya pilih kasih. Iya kan?

Nah, saya kira demikian juga dengan yang terjadi dalam universitas kehidupan ini. Kadang kita mendapati orang-orang yang jujur, shalih, baik, amanah, dermawan dan 1001 sifat baik yang melekat padanya, namun jika melihat kehidupannya selalu mendapat ujian berupa kesulitan.
Dibandingkan dengan orang-orang yang bejat, korup, pembohong, pengkhianat, penipu dan sejuta sifat buruk yang melekat padanya, namun jika melihat kehidupannya selalu happy, penuh kesenangan dan lurus-lurus saja.

Atau kadang kita mendapati kenyataan, seseorang berusaha sekuat tenaga, bekerja keras peras keringat banting tulang seperti kata alm. KH Zainuddin MZ, namun penghasilannya minim.
Dibandingkan dengan kenyataan seseorang yang hanya sedikit bekerja namun penghasilannya berlimpah, keberuntungannya meruah.

Apakah lantas kita akan menuduh bahwa Tuhan tak adil?
Tentu saja tidak, bukan? Naudzubillah.
Hanya DIA-lah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Maaf, hanya coretan hati yang sedang gundah…