Dalam iklan makanan, minuman, maupun
suplemen pelangsing, saya sering mendapati testimoni konsumen yang menyatakan
bahwa mereka telah berhasil menurunkan berat badannya belasan bahkan puluhan
kilo. Diperkuat lagi dengan bukti foto mereka tengah menarik celana jeans
mereka yang tadinya super jumbo menjadi super duper kedodoran di pinggang.
Saya sering membatin, benarkah itu (saya
bukan penggemar bahasa batita yang sedang ngetren itu padahal momen ini saya
sungguh berkesempatan untuk mengatakan ciyyus,
miapah? Ya nggak? :D)? Benarkah seseorang bisa kehilangan berat sebanyak
itu dengan begitu mudahnya? Karena selama ini saya sering berusaha untuk
mengeliminasi beberapa kilo saja susahnya minta ampun. Padahal beberapa usaha
di antaranya bahkan menggunakan salah satu suplemen itu. Nah loh …
Kalau boleh dibilang keinginan,
sebenarnya apa yang ingin saya capai sangatlah sederhana, yaitu mengembalikan
timbangan berat kembali seperti ketika saya kuliah. Yang mana itu berarti
sekitar 5 kilo saja jauhnya. Ini bukan obsesi, saya berkeinginan juga tanpa pretensi
apapun, bahkan tidak atas tekanan atau paksaan pihak manapun (ya ampun, emang
mau bikin laporan pengaduan kali!), murni hanya sekadar ingin saja. Sungguh.
Dan sebenarnya saya tahu persis metode
dan teori diet yang sangat mungkin untuk dilakukan demi mencapai keinginan itu. Tapi
namanya juga teori, prakteknya itu lhooooo. Saya memikirkan jogging rutin 30
menit sekali sehari. Plus memperbanyak asupan sayur dan buah dalam pola makan
serta melenyapkan menu kudapan semacam donat, roti isi, black forest, brownies,
goreng-gorengan panas teman minum teh, dan segala macamnya, glek!. Juga menghilangkan
jadwal makan malam. Wuihhh, teori yang sangat perfecto. Jika disiplin, saya
yakin dalam sebulan target pasti tercapai. Masalahnya, prakteknya itu. Susah!
Hingga beberapa waktu lalu ketika
akhirnya saya mengenal soal raw juice. Saya terprovokasi oleh seorang sahabat
yang mulai menerapkan pola sehat ala raw juice. Dari banyak status facebooknya
saya jadi tahu kalau tiap pagi dan malam beliau memblender beberapa sayur dan
buah lalu mengonsumsinya. Saya terpancing. Bukan dalam rangka diet hingga
akhirnya saya ikut mempraktekkannya. Tapi lebih karena, harus saya akui, saya
jarang memasukkan menu sayur dan buah dalam pola diet saya sehari-hari. Jadi untuk
mengurangi rasa bersalah, saya berniat akan mulai mengalihkan menu sayur dan
buah melalui kebiasaan nge-raw juice ini. Saya pikir nantinya kalau sudah rutin
melakukannya, meski makan hanya pakai protein saja, kan jadinya nggak apa-apa,
iya kan? :D
i love strawberries ... ^_^ |
Juga karena faktor U, if u know what I
mean … hehehe. Saya ingin sehat terus sampai berapa pun usia saya nanti. Dan salah
satu usaha yang bisa saya lakukan untuk mencapainya adalah dengan menjaga pola
makan dengan baik. Setujuuuu??? J
Lucu ketika saya membuat raw juice
pertama saya. Dengan sok tahu saya menyiapkan beberapa lembar sawi hijau,
wortel, nanas, mangga, dan sedikit air. Saya kaget ketika menuang hasil
blenderan, lho kok jauh dari bayangan saya tentang jus. Yang ada malah
penampakannya seperti bubur. Whuaa, gimana nelennya?
my first raw juice :D |
Belakangan baru saya tahu bahwa raw
juice ya memang seperti itu. Cenderung kental dan seperti bubur. Namun justru disitulah
letak seninya. Bagaimana kita bisa menggabungkan beberapa macam buah dan sayur
dengan aneka tekstur dan juga rasa agar sesuai dengan apa yang kita kehendaki.
Oh iya, selain saya mulai menerapkan
tradisi nge-raw juice untuk diri sendiri, saya pun sekalian melibatkan
anak-anak. Agar jangan hanya saya yang menuai manfaatnya tapi mereka juga. Harus
saya akui sensasi rasa dari raw juice ini bukanlah seperti jika kita tengah
menikmati sepotong pepperoni pizza ataupun ayam goreng Kentucky atau bahkan
semangkuk salad buah. Dan saya tidak berusaha untuk menyembunyikan kenyataan
itu dari anak-anak. Mereka saya bebaskan untuk berekspresi sejelek mungkin
ketika menelan raw juice, yang penting masuk!
Saya bahkan membuat tagline sendiri
untuk anak-anak, yaitu ‘ada kejutan berbeda di setiap racikannya’.
Karena memang demikian. Segelas raw juice rasanya tak pernah sama, kombinasi
komposisi bahannya sungguh kaya!
Kembali ke soal teori diet yang sempat saya singgung di atas, saya tidak akan bilang
sekarang saya sudah berhasil mencapai target pribadi untuk menurunkan sedikit
berat badan, jangan kecewa jika kawan sempat berharap membaca demikian hehe. Tapi
sungguh, setiap saya selesai meminum segelas raw juice, biasanya saya akan
langsung kenyang. Misalnya saya minum pagi hari, maka sampai siang pun rasanya
perut kenyang terus. Apalagi kalau minumnya sore hari, rasanya sudah nggak
ingin makan apa-apa lagi. Well, silakan disimpulkan sendirilah andai saja saya bisa
berhasil mendisiplinkan diri untuk merutinkan kebiasaan nge-raw juice ini,
sebulaaaan saja.
Tapi ya begitulah, ini hanyalah teori
saja … J
kiwi-love, aren't they sweet? (foto by annisa) |
*Jika
kawan ikut tertarik untuk nge-raw juice-ria, please gugling dulu ya ke sumber-sumber
yang lebih berkompeten. Takutnya kawan berpantang dengan jenis buah atau
sayuran tertentu. Karena seperti kita ketahui beberapa buah/sayur bisa membuat
tekanan darah menurun, asam urat kumat atau lambung protes. Tulisan ini
sifatnya hanya sekadar sharing saja dari saya yang pemula. So, please keep
smart yaaa ^_^
**Saya
selalu penasaran, obat-obatan dan suplemen penurun berat badan itu jika
dikonsumsi terus menerus apakah akan mungkin membuat berat badan seseorang terus
susut … susut … susut … hingga akhirnya hilang? ;p