31.8.12

Antara Takdir dan Kesabaran

Bersabarlah seperti kau menanti seorang bayi mulai berjalan. Bila memang belum saatnya maka yang bisa kau lakukan hanyalah menunggu waktunya tiba sembari tetap melakukan segala hal terbaik yang kau bisa...


Tuhan menciptakan seluruh alam semesta ini padu dalam satu untaian kehidupan. Kalau boleh diumpamakan, seolah ada benang tak kasatmata yang kait-mengait saling terhubung satu sama lain. Antara peristiwa yang terjadi di ujung alam semesta yang satu dengan peristiwa yang terjadi di ujung alam semesta lain. Semuanya terkoneksi, tertunduk patuh pada ketentuanNya. Semua yang merasa sebagai ciptaan pada hakikatnya hanya bisa menunggu giliran. Kapan Ia menggerakkan untaian kehidupan itu, ke mana arahnya, sesungguhnya hanya Ia yang tahu. Olehnya itu bersabarlah. Bersabar dengan membayangkan seandainya kita memaksa menarik untaian keteraturan kehidupan sesuka hati maka dampak apa yang sekiranya terjadi? Tumbukan bahkan kehancuran apa yang akan ditemui? Olehnya itu, sekali lagi, bersabarlah. Tuhan yang mengatur seluruh konektivitas ini maka Ia pulalah yang paling tahu mana jalan terbaik atas apa yang kita mau. Jangan memaksa, atau malah semua kan porak poranda.


Motivasi Berwarna untuk marsudiyanto.net

30.8.12

Rambu-rambu Canda

sumber gambar tertera

Siapa yang tak kenal canda? Siapa yang tak pernah bercanda dalam hidupnya? Ada nggak ya kira-kira orang seperti itu? Sebab seseorang sekaliber pemuka agama saja kadang bercanda kok. Malah ketika penyampaian ceramah tidak dibumbui guyon segar terkadang akan membuat jemaah jadi ngantuk. Benar tak?

Bukan haram namanya bercanda itu, boleh saja. Hanya saja terkadang saya sering mendapati candaan yang menurut saya tak patut, atau setidaknya ketika saya mendengarnya atau membacanya melalui media sosial seseorang, bunyinya sangat mencengangkan. Alih-alih membuat saya tertawa justru membuat kening mengernyit dan hati bergumam, “Macam ini bercanda? Dimana lucunya?”

Kawan pernah mengalaminya? Paham dengan apa yang saya maksud?

Untuk memperjelas berikut akan saya coba untuk mengurai maksud saya dengan cara mengklasifikasikan tiga hal yang menurut saya tidak seharusnya dijadikan bahan candaan. Bukan kenapa-kenapa tapi memang tidak lucu, sekali lagi menurut saya, menjadikan hal-hal berikut ini sebagai bahan candaan. Kalaupun memang terasa lucu maka saya biasanya akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak ikut-ikutan tertawa…

  • Soal keyakinan

Tak jarang saya membaca atau bahkan mendengar candaan dalam hal ihwal keyakinan. Tak perlu saya sebut contohnya. Saya yakin kawan paham maksud saya. Saya kadang tak habis pikir kok bisa sih seseorang membuat lelucon tentang sesuatu yang terkait dengan keyakinannya. Astaga! Keyakinan ini loh! Sesuatu yang mengikatmu, menjadi nyawa dalam tiap embusan napasmu. Sesuatu yang kau yakini … dan kau menjadikannya candaan. Berusaha membuat orang menertawainya dan di ujung guyonmu kau mengatakan, “Serius amat sih nanggepinnya, santai dikit napa!” Haaah?! Jujur saja menghadapi kenyataan semacam ini seringnya saya hanya bisa melongo. Bingung, ini akal saya yang salah mencerna atau bagaimana?

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, tentu mereka akan menjawab : sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?” (At-Taubah ; 65)

  •  Soal kondisi fisik

Jamak terjadi dalam tayangan televisi, acara-acara lawak yang aneh bin ajaib. Betapa tidak, kadang yang dijadikan bahan lucu-lucuan adalah kondisi fisik seseorang yang diberi kekhususan oleh Yang Maha Mencipta. Tak perlu saya sebut juga contohnya. Saya yakin kawan paham maksud saya. Bahkan ketika yang bersangkutan ikut tertawa, menyatakan tidak keberatan dijadikan lelucon, namun siapa yang tahu jauh dalam hatinya seperti apa? Siapa yang tahu perjuangan untuk berdamai dengan keadaan dirinya itu seberat apa? Lagipula soal fisik itu adalah karunia. Bukankah kita tidak pernah diberi check list oleh Tuhan tentang item-item seperti apa saja yang kita inginkan dalam fisik kita? It’s a gift. Right? Kok bisa-bisanya seseorang membuat candaan mengenainya. Untuk kepentingan komersil pula…

  • Soal kedukaan, bencana

Saya masih ingat dengan jelas ketika negeri matahari terbit, Jepang, dilanda tsunami tahun 2011. Selain ungkapan turut berduka yang ramai diunggah para pengguna media sosial di seluruh dunia, kok adaaa aja oknum-oknum tertentu yang sempat-sempatnya membuat candaan berkenaan dengan bencana itu. Itu lho yang mengaitkannya dengan tak berdayanya para superhero idola anak-anak asal Jepang, semacam Ultraman, Sailormoon, Gogle V dan lainnya. Ya ampun, niatnya apa, menghibur lara?

Yah, semacam itulah. Bagaimana menurutmu?

(Ketika membuat tulisan, apapun judul dan kontennya, tak pernah sedetik pun tebersit rasa bahwa saya adalah seorang manusia yang sempurna, tiada bercela. Saya adalah manusia biasa, banyak dosa dan khilaf, sangat semprul-na malahan. Apapun yang saya kemukakan seringnya justru adalah sebagai bahan pengingat diri. Bila ada prinsip yang benar atas apa yang saya utarakan maka Alhamdulillah … jika masih ada yang salah, Insha Allah, I’m an open minded person. Jadi ,tinggal kritik saja J)

29.8.12

CarMall.com : Tak Perlu Malu Pilih-pilih Mobil Baru

Pada usia berapakah seseorang seharusnya sudah sanggup memiliki mobil pribadi? 20-an? 30-an? 40-an? Atau mungkin lebih muda dari itu, belasan tahun? Hmmmm, tidak juga. Seperti halnya ada orang yang bisa gonta-ganti mobil setiap kali ia bosan, ada pula orang yang seumur hidupnya tidak mendapat kesempatan untuk memiliki satu pun kendaraan beroda empat yang sanggup mendongkrak tingkat strata sosial seseorang di masyarakat ini. Mungkin kata-kata saya berikut akan terdengar klasik namun harus kita akui bahwa segalanya, pada akhirnya, terkait dengan soal takdir, bukan? Bukan berarti saya menyarankan duduk diam berharap tiba-tiba dapat rezeki nomplok sebuah mobil baru. Tidak. Meski hal semacam itu pada beberapa orang memang sungguh-sungguh terjadi. Coba saja tanyakan pada seorang kawan saya yang pernah mendapat hadiah undian sebuah mobil MPV keluaran terbaru. Wow! Baginya sungguh tak berlebihan kata pepatah, bak ketiban durian runtuh.

Bagi orang-orang yang berkelimpahan rezeki, membeli mobil baru tentu akan menjadi suatu hal yang teramat mudah, seserhana membalikkan telapak tangan, sesimpel mengedipkan mata. Namun tidak demikian bagi orang-orang yang anggarannya belum mencukupi. Saya misalnya. Akan tetapi meski anggaran belum cukup bukan berarti saya tidak berhasrat mengecek harga mobil baru. Apalagi saya tetap optimis bahwa pada suatu hari kesempatan itu akan tiba. Dan untuk mempersiapkan saat itu, sesekali saya melakukannya, maksud saya, mengecek harga mobil baru. Sehingga saya bisa mengambil ancang-ancang kira-kira masih berapa banyak dana yang harus saya kumpulkan. Yang selalu terjadi selama ini adalah ketika ada pameran di mall saya akan menyempatkan diri untuk singgah sejenak, sembari malu-malu untuk memberanikan diri minta brosur J. Yang menjadi persoalan adalah manakala mobil yang sedang saya taksir tidak kunjung hadir di pameran. Mana berani saya mengunjungi showroom untuk sekadar singgah menanyakan harga! Hingga akhirnya kerap terjadi saya hanya bisa melamunkan sang mobil baru idaman sambil membayangkan kira-kira berapa harga mobil tersebut.

Tapi itu dulu. Sejak saya tahu ada sebuah situs yang menyediakan secara lengkap daftar harga mobil baru, masalah saya itu akhirnya terpecahkan. Adalah CarMall.com yang menjadi solusinya. Saya tidak perlu kemana-mana, hanya perlu duduk di balik layar dan browsing segala macam hal yang terkait dengan mobil baru di CarMall.com. Mulai dari daftar harga mobil baru hingga reviewnya bisa dengan mudah saya akses di sana. Bahkan bukan hanya itu, CarMall.com juga memberikan info-info terkini dan juga tips-tips yang berkenaan dengan dunia otomotif. Lengkap! Selain itu dari segi tampilan situs CarMall.com ini terlihat begitu classy dengan pilihan warna yang elegan. Tidak lekas membuat mata menjadi lelah untuk mengubek-ubek aneka ragam info yang disediakan.

Perasaan malu ketika saya ingin menelaah mobil-mobil baru pun akhirnya sirna. Bahkan melalui situs CarMall.com ini bukan lagi sekadar mobil baru idaman yang bisa saya ulik habis-habisan informasinya namun juga mobil-mobil dengan merk dan spesifikasi lain. Bahkan hingga mobil super mewah sekalipun! Hanya butuh satu klik saja, informasi mengenai daftar harga mobil baru beserta spesifikasi dan juga reviewnya bisa saya peroleh. Tanpa perlu khawatir dihujami sorot mata ‘unprospectable costumer’ dari para petugas showroom. Sungguh sebuah solusi cara cari mobil baru praktis bagi saya.

Saya yakin keberadaan situs CarMall.com ini selain bermanfaat bagi semua kalangan, terkhusus bagi seorang ibu rumah tangga  seperti saya, juga akan sangat berguna bagi adik-adik yang masih berstatus pelajar. Siapa tahu ada di antara mereka yang telah memiliki rencana besar bagi masa depannya, yaitu memiliki mobil baru sendiri, bisa leluasa exploring harga mobil baru melalui situs ini. Jangankan adik-adik pelajar, sedangkan pada satu kesempatan bungsu saya yang berusia 6 tahun saja meminta saya mengecek harga mobil baru favoritnya yaitu Daihatsu Xenia, ketika ia tahu saya tengah asyik berselancar di CarMall.com J


Jadi, apakah kawan sudah mengunjungi CarMall.com? Coba deh dan mari kita berpacu agar suatu hari bisa mewujudkan impian memiliki mobil baru kita masing-masing J

25.8.12

Hati-Hati dengan Kerudung Paris


Kawan pernah naik angkutan umum dalam kota? Sadar tidak kalau angkutan kota itu memiliki banyak julukan? Hampir tiap daerah memiliki sebutan masing-masing. Sekadar contoh saja, di Makassar angkutan kota disebut pete-pete. Di Jayapura, taksi. Sementara di Ambon, otto. Bagaimana dengan di kotamu?

Kembali kepada judul, mungkin kawan sudah mulai bertanya-tanya apa hubungan kerudung paris dengan masalah julukan angkutan umum? Well, secara langsung tidak ada sebenarnya. Tapi berdasarkan pengamatan saya, ada. Ada karena ketika beberapa kali saya memanfaatkan jasa transportasi publik yang paling murah meriah dan sebutannya banyak ini, saya berkesimpulan bahwa seorang wanita muslim memang sudah selayaknya berhati-hati tatkala mereka menggunakan kerudung paris. Bagaimana bisa?

Berawal dari rasa bosan yang kerap kali melanda ketika saya menumpang angkutan umum yang jalannya acapkali lambat, suka ngetem dan ngerem mendadak (yang terkadang salah penumpangnya juga sih tidak memperhitungkan berapa lama jarak antara ancang-ancang pengereman pak sopir dengan titik akhir tujuan mereka). Ketika saya tak tahu lagi mau berbuat apa untuk mengisi waktu, maka terkadang saya memilih untuk mengamati para penumpang lain. Tidak terang-terangan tentu saja, bisa-bisa saya disemprot penumpang yang bersangkutan karena mengamati mereka. Nah, dari hasil pengamatan tersebut sering saya mendapati kenyataan bahwa gadis-gadis yang hendak berangkat bekerja, para mahasiswi yang hendak menuju ke kampus, ibu-ibu yang hendak pergi ke tujuan masing-masing, entah mereka sadar atau tidak, kerudungnya tembus pandang! Yap, gara-gara kerudung paris itu. Jadi dari sudut tertentu saya bisa melihat cara mereka merapikan rambutnya, ciput mungilnya, leher bahkan telinganya. Padahal seharusnya kan semua itu tidak boleh terlihat, bukankah mereka niatnya menutupi semua itu makanya mengenakan kerudung?

Coba kita analisa, kerudung paris, selain teksturnya lembut, kaya warna, harganya juga sangat terjangkau. Katakanlah dengan anggaran seratus ribu rupiah saja, kita bisa mendapatkan kerudung paris polos warna-warni ala rainbow cake. Tapi satu kelemahannya ya itu tadi. Tipis. Menerawang. Semriwing, Ehh? Saya pribadi untuk lebih berhati-hati, mencegah kejadian ada orang lain yang senang mengamati macam yang saya lakukan tadi, dan tentunya agar tetap syar’i, tiap kali menggunakan kerudung paris pasti mengenakan dalaman yang menutup seluruh rambut hingga kerah baju. Jadi ketika kerudung parisnya saya pakai semua yang harus tertutup sudah aman, he he he. Mudah-mudahan saja usaha yang saya lakukan itu berhasil menutupi apa yang seharusnya tak terlihat oleh umum.

Lambang-lambang ini terpampang pada salah satu angkot di Bandung.
Unik dan kreatif, makanya saya potret :D
Nah, jadi demikianlah hubungan antara angkutan umum dengan kerudung paris. Kawan sudah paham? Belum? Sama, saya juga bingung kok bisa-bisanya saya jadi ngomongin angkutan umum…

Tegur saya kalau saya salah ya, kawan. Yuk, sama-sama berbenah diri!

23.8.12

Ingin Awet Cantik Sampai Tua?


Saya ingin ketika saya tua nanti saya akan tetap cantik. Kawan blog jangan tertawa dulu. Bukan berarti saya merasa cantik. Atau bukan berarti saya merasa masih abege. Bukan… Hanya saja saya ingin seperti itulah yang akan terjadi kelak. Lagipula cantik itu nisbi, bukan?

Semua kepala memiliki mafhum khas untuk mendefinisikan arti cantik. Meski tak dapat dimungkiri bila sebagian orang saat ini mendeskripsikan makna cantik itu sebagai –p u t i h– . Tak percaya? Perhatikanlah beberapa fakta di sekeliling kita, misalnya saja tatkala seorang bayi perempuan lahir, kadang orang-orang di sekitarnya biasanya akan merasa lega dan bangga jika kulit si bayi putih. Atau fenomena krim pemutih wajah yang laku keras di kalangan kaum hawa. Krim pemutih merk A dengan formula ini, krim  pemutih merk Z dengan formula itu. Dengan rentang harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Bahkan terkadang saking terobsesinya seorang wanita untuk disebut cantik (baca : putih) mereka tak lagi peduli dengan komposisi yang terkandung dalam krim-krim tersebut. Yang penting sekali pakai wajah langsung kinclong sehingga mampu membuat posisinya dalam kehidupan sosial masyarakat menjadi lebih dihargai, lebih dipandang.

Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Maka sebenarnya adalah wajar jika saya sebagai makhluk ciptaanNya merasa indah, ---meski mungkin kebanyakan orang tidak sependapat dengan saya---. Tak mengapa. Adalah hal positif menyugesti diri dengan pemahaman yang baik, menerima diri sendiri dengan penuh kesyukuran, bukan? Maka tiada yang salah jikalau seseorang merasa dirinya indah, benar?

Sekali lagi cantik itu relatif. Bagi sebagian orang predikat cantik bisa juga diartikan sebagai koreksi atas segala sesuatu yang dikaruniakan padanya. Dengan cara apa? Make up. Alis yang bak semut beriring dikerik-kerik. Bulu mata yang lurus dikeriting. Yang keriting diluruskan (memangnya ada?). Kelopak mata diberi bayangan. Pipi dipaksa merona sepanjang waktu. Bibir dilukis tipis. Padahal setiap orang sejatinya sudah cantik secara alami. Tengok saja wajah seorang bayi. Pipinya yang montok berseri. Bibirnya yang lembab merekah. Matanya yang jernih berpijar. Begitu cantiknya. Lucu. Semua orang pasti sepakat, tak terbantahkan.

Namun seiring bergulirnya waktu memang tak dapat dinafikan bahwa wajah perlu sesuatu untuk tetap membuatnya semenggemaskan bayi. Namun bukan berarti kemudian kita bisa melakukannya sesuka hati untuk mencapainya. Saya pribadi, seperti yang sudah saya katakan, ingin ketika tua kelak bisa tetap cantik. Untuk bisa mewujudkan keinginan itu salah satu usaha yang saya lakukan adalah ketika saya membutuhkan kosmetik untuk merawat maupun mendekorasi wajah, saya akan mencari kosmetik yang halal. Mengapa halal? Ya karena itu adalah sebuah prinsip hidup yang penting. Bukan begitu? Halal berarti dekat dengan berkahNya, dan juga berkaitan erat dengan ketenangan hati. Sehingga saya tak perlu ragu manakala menyapukan bedak ke wajah, mengulas pipi dengan blush-on, memolesi bibir dengan lipstik, mengoleskan body lotion ke kulit. Bahkan ketika menyemprotkan wewangian (secukupnya saja agar baunya tak menguar ke udara sekitar, karena saya wanita) saya tak perlu lagi khawatir akan membuat ibadah saya menjadi tidak sah. Hmmmm, banyak juga rupanya aneka kosmetik yang saya kenakan, ya? Untung saja halal… Untung saja ada Wardah. 

Padahal sampai usia saya menginjak kepala 3, sebelumnya saya tak pernah fanatik dengan sebuah merk kosmetik apapun. Bahkan nyatanya saya termasuk orang yang ‘tak butuh’ kosmetik. Saya bisa saja, misalnya, bepergian ke pusat perbelanjaan tanpa bedak maupun lipstik. Sungguh percaya diri yang agak salah kaprah. Namun itu adalah masa lalu. Meskipun berbicara mengenai masa lalu saya jadi teringat bahwa sesekali terkadang timbul perasaan semacam penyesalan dalam hati mengapa ketika saya menikah dulu saya belum kenal dengan kosmetik yang memiliki jaminan halal ini. Karena tata rias pengantin sejatinya justru sangat penting untuk diperhatikan kehalalannya, ya kan? Jangan gara-gara hasrat ingin tampil secantik mungkin di hari bahagia malah kita mengabaikan syariat dan menerima apa saja yang dilakukan oleh penata rias demi tampil cantik maksimal sebagai ratu sehari. Ah, setidaknya waktu itu saya berhasil menolak pinta sang penata rias untuk mengotak-atik alis saya…

Namun apapun ceritanya masa itu sudah lewat. Sejak setahun yang lalu, akhirnya, dengan mantap saya memilih Wardah sebagai amunisi saya untuk merias wajah. Sebuah merk yang merepresentasikan produk kosmetik berkualitas milik anak bangsa dan yang terpenting dijamin halal! Semoga menjadi berkah untuk kita semua. J

18.8.12

Aku cinta Indonesia! Kamu?


Seperti yang pernah saya nyatakan dalam pembukaan tulisan saya tentang batik, saya katakan bahwa saya merasa beruntung terlahir di lingkup negeri indah penuh berkah melimpah bernama Indonesia. Bukan berarti saya antipati dengan negeri-negeri di belahan dunia yang lain, hanya saja … ah, entahlah, aku cinta saja dengan negeri ini… dengan segala ke-BHINEKA-annya tentu saja. Dari mulai keragaman suku bangsa, bahasa, kebudayaan dan lain sebagainya.

Manakala sebuah negeri pernah dijajah oleh negeri lain, biasanya ia akan memiliki hari merdeka. Pun demikian halnya dengan Indonesia ini. Adalah 17 Agustus, sebuah hari yang tampaknya akan selalu dikenang sepanjang negeri ini berdiri. Meski hingga detik ini sebagian orang akan mempertanyakan, “yakin sudah ‘merdeka’?”

Okey, cukup! Bukan itu yang ingin saya bahas. Saya membuat tulisan ini karena tiba-tiba saja saya terpikir, mengapa perayaan hari kemerdekaan Indonesia itu identik dengan perlombaan semacam lari karung, makan kerupuk, balap kelereng, sepakbola lelaki memakai rok, dan aneka permainan ‘aneh’ semacam itu? Aneh saya bilang karena terkadang orang dewasa pun bersedia melibatkan diri di dalamnya.

Saya bukan hendak mengkritik tradisi (hey, tradisikah ini?) karena sewaktu saya kecil saya sungguh menikmati perayaan seperti ini. Ramai-ramai di lapangan. Bersenang-senang. Karnaval. Hmmm … Namun semakin dewasa (untuk tidak menyebut tua) perasaan itu rupanya semakin sirna. Lagipula tradisi itu (sekali lagi saya mempertanyakan, tradisikah itu?) kian hari kian pudar. Apalagi ketika 17 Agustus bertepatan dengan bulan Ramadhan, seperti ketika pertama kali diproklamirkan. Sepertinya orang-orang lebih memilih memikirkan takjil ketimbang makan kelereng eh balap kerupuk eh? :D

Okey, cukup (lagi)! Saya bukan bermaksud mengkritik tradisi (lagi). Eh, tradisikah ini? Hanya saja, saya merasa ada sesuatu yang kurang pas. Kalau memang harus ada perayaan baiknya bagaimana sih? Apakah yang selama ini sering kita lakukan hingga menjadi sangat identik dengannya ini, sudah tepat? Bagaimana kalau begini : adakanlah lomba desain dan rancang teknologi pesawat terbang, jangan muluk-muluk dengan kriteria yang setara jumbo jet, setara CN-235 dan N-250 dululah. Dengan batas umur peserta antara 17 – 25 tahun, tidak lebih dari itu. Bukan apa, selain tujuannya ingin menguji dan mengasah para pemuda harapan bangsa, jangan sampai jika tak dibatasi usia nanti Pak Habibie turut serta! 

sumber gambar : blog unique
                                      
Atau mungkin adakanlah lomba rancang tata kota yang aman, nyaman, sejahtera, bebas macet, bebas banjir. Atau lomba tata negara yang bebas korupsi, adil dan makmur. Atau lomba strategi jitu pembebasan harta kekayaan alam Indonesia. Pasti akan sangat menarik, bukan? Apalagi jika hadiahnya fantastis, katakanlah memperebutkan uang sejumlah 7 miliyar (kenapa 7 M? Karena menurut nara sumber sebuah perbincangan di televisi swasta, perayaan kemerdekaan di istana alokasi dananya sekian, katanya lho ya, hehehe)! Wuuiihh kalau generasi muda ditantang seperti itu kira-kira akan membawa dampak positif tidak, ya, untuk kemajuan negeri ini?

Baiklah, sebelum saya menuai ucapan –huuuu-- dari kawan semua ijinkanlah saya ngaciiirrr sambil menjinjing bakiak. Satu, dua, satu, dua, kiri, kanan, kiri ……

Ah, aku cinta Indonesia! Kamu?

9.8.12

Idul Fitri dan Ke-baru-an


Sudah menjadi sebuah hal yang jamak diperbincangkan manakala hari raya telah kian mendekat ; tentang hakikat fitri. Bahwa kita semua akan kembali menuju fitrah, bersih kembali seperti selembar kertas putih. Kurang lebih seperti itulah ingatan yang melekat kuat dalam memori saya dari segala ceramah mengenai hari raya, akan hakikat fitri.

Lantas seperti apakah seharusnya kita memaknai hari raya? Kembali menjadi seumpama seorang manusia baru? Baru. B A R U.

Menarik bagi saya untuk menelusuri kembali bilah-bilah memori yang tersimpan dalam bilik otak, tentang makna –baru– terkait hari raya, pada masa kecil saya. Bagi saya ketika itu, baru, benar-benar bermakna harfiah sebagai sesuatu yang fresh from the store. Baju, sepatu, aksesoris, pokoknya dari ujung kepala hingga ujung kaki, semuanya baru. Yah, apa mau dikata, tradisi yang melingkupi saya ketika kecil memang adanya seperti itu. Dan saya kecil pun tentunya senang-senang saja turut terlibat di dalamnya.

Lalu bagaimana dengan kondisi sekarang ketika saya telah berada sekitar dua dekade dari masa kecil? Masihkah seperti itu? Jujur saja, saya tidak bisa mengatakan tidak. Pun tidak bisa seratus persen bilang iya. Namun hasrat memaknai –baru– bagi saya pribadi dan yang saya tularkan kepada kedua belahan jiwa saya, tidak sebesar dengan apa yang saya rasakan ketika saya kecil. Bukan lagi –baru– yang sekadar semacam itu lagi. Lebih kepada perayaan kemenangan. Yang berarti hal-hal –baru– semacam baju, alas kaki, aksesoris dan semacamnya sudah tidak menjadi hal yang mutlak untuk diada-adakan. Bukan karena tak sanggup, tapi kalau memang tak perlu ya tak usah.

Namun dengan adanya paradigma seperti itu bukan berarti saya tidak senang mengamati keramaian yang terjadi di sekitar saya. Saya masih tetap saja hang-out ke pusat perbelanjaan favorit meski saya tahu bahwa di sana penuh pengunjung. Saya suka merasakan euforianya. Menyaksikan orang-orang berbondong-bondong memenuhi pusat perbelanjaan, berburu apa saja yang mereka inginkan. Membuat antrian kasir mengular. Membuat musholla mall semakin penuh sesak. Membuat saya bergumam dalam hati, “Ini orang-orang pada ngapain sih di mall, rame amat!” padahal terlepas dari apapun tujuannya, saya sendiri ikut meramaikan di dalamnya. Haha..

Ada satu hal yang juga menarik tentang makna –baru– di hari raya ini. selain perlengkapan head to toe, saya mendengar selentingan bahwa sebagian orang menginginkan kata –baru– itu juga melingkupi perabot rumahnya. Awalnya saya kurang percaya namun ketika saya menyaksikan sendiri bahwa toko-toko meubel, toko perlengkapan rumah tangga juga penuh pengunjung dan barang-barangnya ludes secara signifikan diborong pembeli, wah saya baru yakin bahwa kabar tersebut rupanya memang benar adanya.

Hmmm, sungguh sangat afdhol rupanya –baru–nya J

Nah, kawan, bagaimana dengan hari rayamu? Bagaimanapun itu, saya harap semua orang berbahagia di hari raya dan yang terpenting semoga semua ibadah kita bernilai pahala di hadapanNya.