24.3.13

Manggis, Matoa, dan Rambutan Hitam


Ada banyak jenis, aneka ragam buah-buahan tropis dengan segala keistimewaannya. Tiga di antaranya, setidaknya dalam pandangan saya, ada yang memiliki sebuah persamaan ditinjau dari kulitnya. Apakah itu? Warnanya! Unik, eksotis.... hitam. Berikut ini dengan setulus hati,  saya persembahkan tiga jenis buah tropis berkulit hitam; manggis, matoa, dan rambutan hitam, khusus untuk kawan blogger semua :)

  • Manggis

Buah berkulit hitam ini, kalau boleh saya membuat perumpamaan, maka ia ibarat soal ujian yang lengkap dengan kunci jawaban. Iya, coba saja hitung ruas-ruas di bagian dasar buah lalu cocokkan dengan isi di dalamnya. Pasti benar! Saya bahkan belum pernah mendengar testimoni semisal, kunci jawaban manggis saya meleset, tidak sesuai dengan jumlah butir di balik cangkangnya...


Apapun itu, si tebak-tebak buah manggis ini, khasiatnya sangat dahsyat lho. Selain kandungan antioksidannya tinggi, ia juga berguna untuk memperbaiki fungsi pencernaan, salah satu buah-buahan yang baik membantu melancarkan b.a.b.

Dan yang pasti kulitnya hitam...

  • Matoa

22.3.13

YAMAHA Sembrani Merahku

Why YAMAHA?


Untuk urusan otomotif, jujur saja, saya adalah termasuk kelompok yang awam mengenainya. Ketika disuruh menilai kendaraan, kebanyakan saya akan melakukannya berdasarkan aspek estetis semata. Yang penting keren, nggak rewel, tangguh. Daann…tepat seperti itulah ketika sekitar lima tahun lalu saya memilih Yamaha MX untuk menjadi tunggangan saya sehari-hari. Untungnya, meski saya menentukan pilihan lebih karena alasan estetis, namun karena pilihan saya jatuh pada sebuah merek ternama, maka urusan kualitas sudah barang tentu tidak perlu diragukan lagi.

Selain nilai estetis, alasan saya ketika memilih Yamaha MX adalah gara-gara brand ambassadornya adalah salah satu pembalap motoGP. Kala itu, sekitar lima yang tahun lalu, pembalap berambut keriting berjuluk The Doctor yang identik dengan nomor 46 menjadi ikon Yamaha. Dan sepengamatan saya, di sirkuit motoGP, dialah sang bintang bersinar yang meraja nyaris di setiap trek dengan motor Yamaha-nya, meninggalkan semua lawan-lawannya. Persis seperti ungkapan, yang lain pasti ketinggalan!

Dua alasan kuat itulah yang pada akhirnya membuat saya memilih Yamaha MX. Meski kata orang motor tersebut terlalu macho buat saya. Tampilan bagian depan yang cukup berbeda dengan model motor bebek kebanyakan, garang! Ditambah lagi saya memilih velg yang model racing pula! Tapi saya tidak peduli. Meski saya perempuan, justru saya kurang suka jika tunggangan saya tampak feminin. Dan kehadiran Yamaha MX pada waktu itu sangat tepat untuk mewakili selera saya. 


Saya membayangkan, andai saja ketika itu sudah ngetren motor matic pilihan saya pasti akan jatuh pada Xeon RC. Selain ikonnya sama, yaitu pembalap motoGP, dari sisi tampilan, garangnya pun sama saya sukai seperti halnya Yamaha MX! Sama-sama keren! Bahkan untuk matic, teknologi motor injeksi yang diaplikasikan pada Xeon RC membuat motor ini selain keren dan cepat, juga canggih! Pokoknya semakin tak tertandingi!

Aku dan SEMBRANI MERAHku

Dalam dunia kaum adam, kendaraan seringkali dijuluki sebagai kekasih, belahan jiwa. Dirawat, disayang, dijaga sepenuh hati. Bahkan tak jarang pada akhirnya memunculkan kecemburuan dari pasangan sungguhannya. Bagaimana dengan kaum hawa? Haruskah saya ikut bersikap demikian? Hmmm, saya pikir tidak perlulah. Namun menganggap tunggangan saya sebagai sahabat setia, harus saya akui, saya memang melakukannya. Bagaimana tidak? Bersama motor inilah saya mencetak jejak roda di atas aspal. Mengarungi segenap penjuru kota, menantang panas, menembus hujan, melawan kemacetan. Hingga akhirnya saya pun menjuluki Yamaha MX milik saya ini dengan sebutan Sembrani Merah. Bersamanya seolah saya memiliki sayap dan terbang…..

Sebagai bentuk tanggung jawab saya pada Sembrani Merahku, minimal sebulan sekali saya akan membawanya mengunjungi dealer Yamaha untuk service. Demi kebaikan saya juga, sih. Saya tidak mau jika tiba-tiba saja Sembrani Merahku ngambek dan mogok di tengah perjalanan, kan? Selain itu, sesekali saya juga membawa kendaraan saya itu ke tempat pencucian motor agar bisa dibersihkan maksimal. Kalau ibarat wanita, ya, dibawa nyalon–lah istilahnya.

Pada Suatu Hari Bersama Sembrani Merahku

8.3.13

I Love You dalam Berbagai Bahasa Daerah Indonesia


Sejak belia, saya sudah terbiasa berkeliling Indonesia. Sebabnya adalah saya selalu ikut ayah saya yang sering dipindah-tugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Menjalani hidup yang berpindah-pindah, tentunya ada banyak hal positif yang berhasil melekati saya hingga saat ini. Salah satu di antaranya adalah, saya jadi tahu benar betapa luasnya negeri tercinta, sang zamrud khatulistiwa ini. Saya juga jadi tahu benar, betapa beranekaragamnya suku, adat, kebiasaan, dan ya, tentu saja, bahasa daerah di Indonesia.

aneka macam baju daerah sama halnya seperti beragamnya bahasa daerah indonesia
sumber gambar : http://dwiarinii.wordpress.com
Ada banyak bahasa daerah di Indonesia, itu sudah pasti. Sedangkan di satu wilayah saja ada beraneka ragam bahasa daerahnya. Saya ambil contoh, bahasa daerah di Sulawesi selatan, ada bahasa bugis, ada bahasa Makassar. Bahasa bugis itu sendiri pun masih terbagi-bagi lagi per wilayah. Bahasa bugis pangkep berbeda dengan bahasa bugis enrekang, misalnya. Setidaknya begitulah yang berhasil saya amati ketika sedang ada acara kumpul-kumpul keluarga. Yang seringkali hanya membuat saya merasa benar-benar terasing. Karena suasana ramai, namun saya nggak ngerti sama sekali apa yang sedang diperbincangkan (eh kok malah curcol).

Secara silsilah keluarga, saya sebenarnya adalah keturunan jawa tulen. Namun karena sejak belia, seperti yang sudah saya sebut di muka, saya selalu pindah-pindah domisili, akhirnya saya merasa predikat kejawaan saya sudah hilang. Coba saja ajak saya berbicara bahasa jawa, pasti saya akan bingung. Paling mengerti sepatah dua patah kalimat, selebihnya saya blank.

Demikian pula bahasa-bahasa daerah di mana saya pernah tinggal. Saya tidak pernah benar-benar menguasai bahasa dari satu daerah tertentu. Paling banter saya hanya tahu dialek setempat saja. Soal bahasa daerah aslinya paling tahu satu atau dua kata saja. Sayang sekali, ya! Padahal coba kalau saya paham, saya kan bisa mengklaim ‘menguasai empat bahasa’ selain bahasa Indonesia; bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa ambon, bahasa papua, hehehe.

Namun tidak benar-benar memahami satu bahasa daerah tertentu bukan berarti saya tidak memiliki simpanan kosa kata yang bisa saya bagikan. Saya punyalah. Nah, berikut ini ada satu kalimat yang ingin saya bahasakan dalam beberapa bahasa daerah. Disimak ya, semoga berguna J

I love you
Kulo tresno karo sampeyan
Urang bogoh ka maneh
Beta sayang se
Sa cinta ko

Well, bagaimana, keren, kan? Ada yang tahu arti kalimat-kalimat tadi plus berasal dari bahasa daerah mana? ^__^

“Postingan ini diikutsertakan dalam giveaway ‘Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway’”


4.3.13

Harga Daging Sapi Lokal Melonjak Naik

Cukup kaget ketika pekan lalu saya melakukan belbul (belanja bulanan) di salah satu pasar hyper dan mendapati harga daging sapi lokal melonjak naik. Sebelumnya, sekitar beberapa bulan lalu ketika terakhir kali saya membeli daging merah tersebut, sebelum kasus impor daging sapi menjadi benar-benar serius karena salah seorang petinggi parpol ditersangkakan, rasanya harganya tidak segila ini. Daging sapi cincang dengan kategori premium, yang biasanya paling mahal harganya berkisar 90ribuan perkilo, sekarang menembus 129ribu per kilo! Demikian juga dengan daging sapi bagian tenderloin, sekarang harganya mencapai 115ribu sekilonya! Wuiihhhh!



Ada apa ini? Kenapa bisa harga daging sapi lokal melonjak naik sedemikian drastis begini? Sungguh telah demikian bobroknyakah regulasi di negeri ini sehingga ketika impor daging yang kabarnya telah mulai dikurangi itu, yang notabene membuat AS langsung protes kepada WTO – noted that! –, langsung memengaruhi kondisi pasar? Seolah ingin menunjukkan pada kita bahwa ‘kita memang tak bisa hidup tanpa daging sapi impor, lihat saja harganya langsung melonjak, kan?’. Menyedihkan. Di pikiran saya yang naïf ini, menyedihkan adalah perasaan yang langsung menyeruak mendapati kenyataan ini. Ada apa ini? Ada apa gerangan?

1.3.13

The Artist : Sebuah Kesenyapan yang Memesona

Alasan apa yang biasanya membuat kawan-kawan menonton sebuah film di televisi? Jalan ceritanya, aktornya, soundtracknya, atau apa? Kalau saya pribadi bisa apa saja. Bahkan terkadang hanya karena kebetulan saja ada film yang tayang di televisi, saya berada di sana, kemudian tertarik dan menontonnya.

Seperti film ini sebagai contohnya... :)

Kawan menyukai film bis… eh senyap? Itu lho, film yang di dalamnya seluruh tokohnya tidak bersuara. Tidak? Yakin? Bagaimana dengan Mr. Bean? Film yang sepanjang pemutarannya tidak pernah kita mendengar si pemilik wajah lucu itu berbicara jelas kecuali gumam-gumam entah-apanya. Namun anehnya sepanjang waktu kita selalu memahami apa yang terjadi, bahkan tertawa terbahak nyaris di setiap detiknya. Eh, Mr. Bean terkategori film senyap, kan ya?


The Artist. Saya tergoda menyaksikannya gara-gara di keterangan tertulis sebagai salah satu pemenang Oscar. Andai tidak ada iming-iming Oscar, mungkin, mungkin lho ya, saya akan buru-buru mematikan saja televisi itu dan beranjak tidur. Bagaimana tidak, The Artist ini mengambil setting waktu sekitar tahun 1920-an, lengkap dengan tampilan gambarnya yang a la televisi jadul, no colour. Dan, yap, nggak ada suara selain alunan melodi sebagai latar belakang saja! Bayangkan!