Oh my... saya jadi bengong. Bu, kau bercanda, kan? Anakmu jatuh, menangis, sekesal apa pun dirimu tapi masak kau tinggal sih? Itu kalimat dalam batin saya saja, lho. Saya tidak memiliki cukup keberanian untuk berlari menuju mereka dan ikut campur. Belum habis keterkejutan saya, dari jarak sekitar tiga rumah, seorang gadis cilik berlari menyongsong si anak lelaki yang terjatuh tadi. Serta merta si gadis cilik memeluk lalu tampak mengucapkan kata-kata hiburan untuk menenangkan. Kemudian ia dengan sedikit susah payah membopong si anak lelaki yang dugaan kuat saya adalah adiknya itu, sembari tak lupa satu tangannya membawa sendal sang adik.
Mari abaikan sikap sang ibu yang mungkin saat itu tengah diburu waktu akibat tugasnya menyiapkan makanan belum selesai, atau mungkin dia tengah punya persoalan lain, atau mungkin dia hanya lelah...
Abaikan juga sikap saya yang hanya bisa tercekat dari kejauhan...
Saya terharu dengan sikap sang kakak. How sweet,loving, and caring she is. Lantas saya teringat kepada dua bocah saya di rumah.
Salah satu yang sangat ingin saya tanamkan kepada anak-anak saya adalah rasa saling menyayangi, saling peduli, saling empati di antara mereka. Kini, nanti, selamanya. Betapa kuat keinginan saya agar keduanya selamanya akan selalu saling menjaga, di manapun mereka kelak, Jangan sampai, naudzubillahi min dzalik, mereka saling melupakan, saling berebutan, atau hal lain yang tak patut. Apalagi hubungan kakak-adik, ketika mencapai usia dewasa, ketika pertumbuhan fisik mencapai batas maksimal, sepertinya umur bukan lagi menjadi acuan, ya?
Belum lagi faktor kehidupan, kita tak pernah tahu takdir siapa akan bagaimana? Siapa yang akan lebih dulu dititipi kesuksesan, misalnya. Sungguh besar harapan saya bahwa mereka akan selamanya saling mendukung demi kebaikan bersama.
Yah, begitulah :)
Bagaimana dengan hubungan teman-teman blogger bersama kakak/adiknya? Kalau berkenan sharing dong...