31.8.16

Janjiku Janji Pelaut

Janjiku janji pelaut. Kalau tidak salah saya dengar kalimat itu di salah satu serial Spongebob, diucapkan oleh mister Crab pas mau ngapain gitu, lupa, hihi. Yang jelas kalimat itu membekas. Meski jujur saja, saya enggak paham ada makna apa di baliknya. Yang pasti biasanya si penulis cerita Spongebob itu risetnya luar biasa. Nyaris semua hal yang dia sebut di filmnya itu ada nyatanya. Kadang saya geli sendiri ketika menemukannya. Contoh, duh apa ya? Lupa juga! Hahaha payah nih memori! Pas pengen nulis malah pas ga inget :p

Janjiku janji pelaut. Kamu kepikiran tidak apa makna kalimat tersebut? Kenapa janji dilekatkan kepada profesi pelaut? Saya awalnya tidak pernah kepikiran, hingga saya berteman dengan beberapa kawan yang suaminya pelaut. Saya sering merenungi kehidupan mereka, hubungan jarak jauh mereka. Aneh juga sih, mereka yang menjalani kenapa saya yang merenungi, sibukku deh! :v Tapi seriusan, kadang tidak perlu kita yang mengalami, pelajaran hidup boleh datang dari hasil renungan, kan? *uhuk*

Mbuh, yang kepikiran kok malah gambar ini ;p
Ambil gambar dari dailymail.co.uk

Kalau kamu punya pasangan seorang pelaut, maka sudah pasti hubungan kalian akan menjadi sebuah LDR, long distance relationship. Ya habis bagaimana, namanya pelaut kerjaannya ya di laut, mengarungi samudera tanpa ada kemungkinan bisa memboyong anak istri tinggal bersama. Ya, masak tinggal di kapal, kan? Hehehe. Jadi tidak ada pilihan selain LDR. Dan dari dengar-dengar cerita, LDR pelaut tidak sama dengan LDR yang lain, dalam arti keterbatasan komunikasi kadang menjadi salah satu menu yang harus dinikmati. Paham kan maksud saya? Enggak? Hadeeeh! :D

Begini, untuk LDR selain pelaut, kamu bisa tiap hari mengontak kekasih hatimu. Mau whatsapp, bbm, atau lainnya, itu memungkinkan. Tapi di lautan, hal itu tidak bisa karena sepertinya samudera memiliki blankspot di mana-mana. Bisa saja berhari-hari keluarga di darat harus putus komunikasi dengan sang pelaut. Yep, putus kontak berhari-hari! Wih, hebat ya yang sanggup menjalaninya?

Nah, kembali ke janjiku janji pelaut, di situlah saya merasa menemukan jawaban akan makna kalimat tersebut. Sekali seorang pelaut berjanji maka pasangan pelaut harus memiliki hati yang lapang seluas samudera untuk memegangnya. Untuk tidak berpikir yang bukan-bukan. Untuk saling menjaga. Saling setia. Bayangkan! Ketika berhari-hari tidak ada kontak seperti itu, kalau kamu, bisakah kira-kira tetap berpikir waras? Untuk terus percaya, percaya, dan percaya. Karena pada kenyataannya seorang pelaut biasanya akan selalu tahu jalan pulang, ke mana mereka harus kembali berlabuh. Janjiku janji pelaut.


30.8.16

Uang Panai', berapa sih standarnya?

Berbicara soal uang panai' sebagai sebuah adat, saya tidak berani, nda cukup referensi ta' kodong! Jadi yang akan saya tulis ini lebih ke soal filmnya saja, ya? Dan kalau ada sedikit komentar itu sekadar opini saja.

Masih lanjut membahas Uang Panai', film, yang sebelumnya saya tulis liputannya di sini, kali ini saya ingin merenungi cetusan kawan saya selepas kami menonton. Jangan sampe nanti uang panai'nya Risna dijadikan acuan, kurang lebih begitu kata teman saya. Wah, iya juga ya! Nanti yang nonton pada terinspirasi gimana, dong? Atau jangan-jangan justru sebaliknya? Maksud saya, bukan tak mungkin justru the movie makerlah yang menjadikan fakta lapangan sebagai referensi besaran uang panai' yang berlaku umum di masyarakat. Atau boleh jadi keduanya sama sekali tak berhubungan. Bisa saja yang disebut di film pure hanyalah fiktif.

Keluarga Risna menyebut angka 200 juta rupiah sebagai syarat Uang Panai'. Setelah melalui proses nego (nonton deh, seru!), akhirnya disepakati di angka 120 juta rupiah. Kalau kata Tumming dan Abu ketika menyebutkan kriteria; gadis sarjana, bekerja, haji pula, maaaatemija!

Poster ambil dari movie.co.id

Salut untuk anak muda seperti Ancha. Ia berusaha mengumpulkan Uang Panai'nya sendiri, tidak merengek pada ibu bapak. Dan seharusnya memang Uang Panai' itu seperti itu kan, ya, filosofinya? Hasil kerja keras calon pengantin sebagai isyarat keseriusannya melamar anak orang?

Kembali ke film, sebesar 120 juta rupiah itulah yang akan diperjuangkan Ancha demi Risna. Soal mau dijadikan acuan atau tidak, ya saya pikir itu pada akhirnya kembali kepada setiap masing-masing orang. Adat itu baik adanya, dimaksudkan untuk melindungi kaum perempuan, mencegah para pria untuk tidak main-main ketika berniat mengarungi bahtera pernikahan. Ketika agama justru memberi kemudahan dalam urusan pernikahan, kadang beberapa oknum malah memanfaatkannya dalam arti negatif. Bosan - ganti, ga suka - tinggalkan. Nah, kemungkinan disitulah adat mengambil perannya.

Dan uang panai' ini konon cukup efektif juga menjadi sarana penolakan secara halus ketika keluarga wanita tak berkenan terhadap sang calon. Sebutkan saja angka yang tinggi dan tak masuk akal, kelar hidup lo, man! :p

28.8.16

Uang Panai', Seasyik Nonton Upin Ipin?

Saya tadinya tidak berencana nonton film yang sejak beberapa bulan terakhir promosinya gencar hadir di beberapa lini masa media sosial saya ini. Saya pikir Uang Panai' itu masalahnya anak muda, film Indonesia, dan buat emak-emak rempong kayak saya urusan pergi ke bioskop itu tak semudah membalik jemuran basah haha. Mohon maaf, bukan kenapa-kenapa saya nyaris tidak pernah nonton film Indonesia yang tayang di bioskop. Beberapa alasannya adalah, pada dasarnya saya memang jarang nonton apalagi ke bioskop. Kalau sampai saya ke bioskop berarti pasti ada sesuatu. Kalau bukan ditraktir diajak, berarti ada film yang benar-benar menarik perhatian. Itu saja.

Tapi sore itu seorang sahabat mengabarkan bahwa dirinya lagi di Makassar dan ngajak ketemuan, so spontan saya cetuskan soal nonton Uang Panai' ini. Si dia oke, maka jadilah kami meluncur ke salah satu studio XXI pagi itu. Saya bilang sama sobatku ini, kita datangnya cepat saja soalnya konon antrian panjaaaaang. Dan ternyata bukan konon tetapi memang begitulah adanya. Bahkan pintu studio belum buka pun para calon penonton sudah membludak. Kami berdua jadinya geli sendiri, sadar umur di antara mereka para pemuda calon pelaku Uang Panai' dan segala problematikanya :D :D
Hayooo, ada pembagian uang panai' gratiskah?

Sebelum film dimulai saya bertanya-tanya ini kira-kira ceritanya akan seklise apa ya? Uang Panai', masalah apa sih yang akan timbul selain mahal dan bikin susah calon mempelai prianya? Lalu soal bahasa, kira-kira film ini akan disajikan dalam bahasa apa ya? Duh, kalau banyak istilah Bugis Makassar, matemija nda da kutau itu!

Hinggaa akhirnya setelah si Dolby berbisik "All around you" dan tayangan dimulai, suprise..... dialognya ternyata dalam bahasa sehari-hari Makassar dan lengkap dengan subtitle bahasa Indonesia! Wohoooo, hatiku tercuri dah! Gila, berani juga ini film! Buat saya yang sudah puluhan tahun berdomisili di Makassar tentu saja film ini jadinya sangat akrab. Seperti menonton kehidupan sehari-hari di kota Daeng ini. Dan asyiknya lagi para pemerannya benar-benar natural aktingnya, dialognya, lucu-lucuannya. Saya jadi penasaran seandainya kalian yang tidak pernah bersentuhan dengan budaya Makassar sebelumnya kemudian nonton film ini kira-kira komentar kalian akan seperti apa ya?

Soalnya saya langsung teringat sama ikon fenomenal Upin Ipin itu lho! Film yang latar budayanya, bahasanya, sama sekali asing buat saya tapi saya suka sekali nontonnya. Dan saking nyandunya nonton Upin Ipin --astaga inget umur woy!-- saya jadi merasa ikut pandai logat Malaysie pun. Nah, saya penasaran apakah Uang Panai ini bisa mendapat tempat seistimewa Upin Ipin di hati masyarakat Indonesia? Coba dooong, temen-temen di luar Makassar nonton dan testimoni :D

Kalau dari segi cerita, saya akui saja yah bahwa ceritanya sih klise, kisah cinta antara Ancha dan Risna, di mana keluarga Risna menetapkan nominal Uang Panai' yang cukup fantastis. Pontang-pantinglah Ancha berusaha untuk memenuhinya. Masih lebih heboh kisah nyata Risna yang batal nikah gara-gara uang panai lalu datang ke nikahan mantannya dan memeluknya itu loh hihi. Tapi cara menyuguhkannya yang kreatif, sudut pandang kamera yang unik, menjadikan film ini jadi sangat menarik. Apalagi dengan kehadiran Tumming dan Abu, wah mereka ini layak dapat award kalau menurut saya. Rasa-rasanya film Uang Panai' bisa-bisa hambar tanpa mereka!

Jadi, bagaimana teman-teman, tolong bantu jawab penasaran saya, apakah benar penilaian saya bahwa Uang Panai' ini seasyik serial Upin Ipin?