2.12.11

Nama Simbah

Pada suatu pagi entah atas alasan apa bapak saya yang datang berkunjung ke kontrakan saya tiba-tiba bertanya, “Ris, kamu tahu ndak namanya simbah-simbahmu?” Gelagapan saya menjawab, “Aduh siapa ya, saya lupa Pak!” sambil tak terkira malunya saya dan sangat tak enak hati merasa menjadi seorang cucu yang tak tahu diri. “Lho, piye tho moso’ mbah nya sendiri ndak tahu namanya,” kata bapak lagi, pasti kecewa. “Iya e, Pak,” kata saya mati kutu. Baru terasa ternyata saya jauuuuh sekali dengan keluarga besar orangtua saya. Bukan bermaksud mau ngeles atau membela diri, tapi kenyataannya saya memang jauh dari keluarga besar orangtua saya karena orangtua saya adalah perantau.
Bapak saya yang kelahiran Cilacap menikah dengan mama saya yang kelahiran Madura. Saya sendiri lahir di Magelang. Ketika saya berusia sekitar 5 tahun, bapak saya pindah tugas ke Bandung. Nah, masa kecil saya di Bandung ini membuat saya jauh dari keluarga besar orangtua. Bertemu dengan simbah putri dan simbah kakung baik dari bapak ataupun mama paling hanya satu tahun sekali, kalau diajak mudik ketika liburan sekolah. Itupun hanya sehari dua hari. Jadi ya begitulah, seperti orang asing … Dan orangtua saya (sependek ingatan saya) juga jarang bercerita tentang mereka ditambah saya sendiri juga jarang bertanya-tanya secara detil tentang keluarga besar.
Kemudian setelah dari Bandung bapak saya berkelana semakin ke timur Indonesia menyinggahi Ambon hingga akhirnya pensiun di Makassar, tentunya kami selalu diboyongnya kemana-mana. Sejak terpisah pulau dengan keluarga besar hampir dikata tak pernah saya diajak pulang kampung. Tak pernah pula ada obrolan intens tentang keluarga besar nun jauh disana. Pun sekedar untuk membahas dan memastikan ingatan saya akan nama-nama mereka. Sekali lagi saya pun tak pernah bertanya dan lebih serius mengingat. Klop sudah. Lalu akhirnya saya menikah, beranak pinak, tak pernah juga menyeberang pulau untuk mengunjungi kampung halaman. Maka semakin jauhlah dari keluarga besar pihak orangtua saya. Almost completely stranger.
Soal nama-nama mereka, sebenarnya bukan saya sama sekali tidak tahu, tapi sialnya saya susah sekali mengingatnya (mengingat sejarahnya seperti cerita saya diatas). Dan siapa sangka tiba-tiba bapak saya menanyakannya pagi itu. Padahal tiga dari mereka sudah tiada. (al faatihah). Dan saya pun tidak akan menyangkal jika ada yang menilai saya bukanlah cucu yang baik karena kenyataannya saya benar-benar merasa keterlaluan sebagai seorang cucu. Maafkan saya simbah karena melupakan nama-nama kalian. Insya Allah saya akan mengambil hikmahnya dengan memastikan anak-anak saya mengenal baik eyang-eyang dan nenek-kakek mereka, meskipun mungkin suatu saat nanti bisa saja kami tinggal berjauhan J
***
Terlepas dari rasa kecewanya padaku, pasti, bapak saya melanjutkan percakapan dengan memberitahukan nama-nama simbahku. “Kalau simbah dari bapak, namanya Syamsuwardjo dan Sakinah. Kalau dari mama namanya Abdul Manan dan Siti Hasanah.” Diam-diam saya simpan di note di handphone nama-nama berharga itu. Takut lupa lagi. Sekalian saya buat catatan ini agar adik-adik saya pun bisa membacanya karena kemungkinan besar mereka pun lupa :))

2 komentar:

  1. kalo suka nulis diblog... saya saranin join di komunitas Blogger pengguna Acc FB di http://www.facebook.com/groups/bloofers/ bakal seru deh...

    BalasHapus
  2. kebetulan saya sudah bergabung kemarin, mas. cuman belum banyak berkata-kata jadinya kelewat mungkin ya hehehe. salam kenal, mas. makasih udah berkunjung kemari, jangan bosan mampir ya ^_^

    BalasHapus