10.12.16

Gita Cinta Dari SMA : Kisah Cinta Klasik Galih dan Ratna (Review Novel)

Siapa tak kenal Galih dan Ratna? Dua sejoli yang menjadi tokoh utama sebuah novel bertajuk Gita Cinta Dari SMA. Novel legendaris karya Eddy D. Iskandar yang gaungnya sudah tak asing bagi generasi remaja tahun 90-an.

Jujur saja, meski tokoh Galih dan Ratna tak asing bagi saya, tapi cerita sebenarnya tentang mereka berdua baru benar-benar saya pahami sekarang, ketika novel Gita Cinta Dari SMA tersebut dirilis ulang. Secara penampakan novel ini tipis, sangat memungkinkan untuk dilalap dalam waktu sejam saja. Gaya penulisan yang dipakai pun sederhana, namun diksinya cukup kuat.
Sunyi itu kadang-kadang mengerikan.
Sepi itu kadang-kadang melelapkan.
 

Saya menemukan beberapa kosa kata yang cukup membuat tergelitik seperti istilah 'perempuan bau bensin' (halaman 10). Pada masa itu cewek matre sepertinya identik dengan perempuan bensin. Munculnya ungkapan ini seiring dengan tokoh Galih yang adalah seorang anak SMA yang naik sepeda ke sekolahnya. Ketika Ratna minta dibonceng pulang, Galih selalu menolak dengan alasan takut membuat Ratna malu. Nah, disinilah Ratna menyebut bahwa dirinya bukan perempuan bensin. Kalau dibawa ke zaman sekarang perempuan bensin sepertinya akan diupgrade menjadi perempuan pertamax?

6.12.16

Tips Mahir Berenang Secara Otodidak Bagi Pemula

Tips Mahir Berenang Secara Otodidak Bagi Pemula

Berenang adalah salah satu jenis olahraga. Berbeda dengan olahraga yang dilakukan di darat, maka berenang dilakukan di dalam media air. Secara keseluruhan semua anggota badan bergerak di dalam air. All body in the water.

Selain soal medianya, berenang pada dasarnya sama saja dengan olahraga lainnya. Sama dari segi runutan aktivitas, pemanasan - inti - pendinginan. Sama dari segi bahwa kita harus tetap mengutamakan keselamatan, mengingat yang kita sasar adalah untuk tujuan kesehatan. Lain lagi jika tujuannya adalah untuk membina karir, tentu itu adalah pembahasan berbeda.

Beberapa perenang seringkali melupakan kesamaan olahraga air ini dengan olahraga lain. Misalnya saja, gara-gara medianya air, perenang lupa bernapas di sepanjang gerakan. Akibatnya terjadilah ngos-ngosan sepanjang jalan. Bisa dibayangkan jika kita berlari di lintasan sambil menahan napas, seperti itulah sebenarnya analogi berenang tanpa bernapas. Pasti melelahkan. Padahal inti dari olahraga adalah olah gerak dan olah napas. Hanya dengan harmonisasi keduanya, olahraga apapun yang kita lakukan akan memperoleh manfaat maksimal.

Jika ini adalah pertama kali Anda ingin menjajal olahraga renang, secara otodidak, beberapa gerakan dasar berikut ini mungkin bisa membantu. Meski tentu saja, yang paling baik tetaplah mencari pelatih yang profesional.

3.12.16

Jika Tugasmu Hanyalah Menyampaikan Lalu Perubahan Itu Tugas Siapa?

Pernah tidak Anda menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan harapan orang lain itu mau berubah? Katakanlah orang yang Anda sayangi adalah seorang perokok lalu Anda menyampaikan padanya tentang bahaya rokok. Bahwa rokok itu berpotensi menggerogoti kesehatan, menyakiti diri sendiri, mencemari lingkungan dan sebagainya dan sebagainya. Anda berharap, memohon dengan sangat, berlinang air mata, hingga berdarah-darah rasanya hati Anda berharap dia mau mendengarkan dan berubah. Tapi tidak. Tak seinci pun dia mengabulkan. Tetap bergeming dengan pilihannya.

30.11.16

Tombol SAVE pada FACEBOOK, Apa Saja Kegunaannya?

Beberapa waktu belakangan, sebelum ramai orang saling unfollow hingga unfriend bahkan saling block, facebook seolah menjadi media sosial tempat postingan resep ramai sekali dibagikan. Dalam sehari beapa akun bisa nge-share postingan resep yang sama di timeline. Sampai takjub saya dibuatnya. Takjub sama yang bikin postingannya dishare banyak orang maksudnya. Padahal tak jarang kalau kita jeli membaca, beberapa postingan resep yang dibagikan itu asal saja. Bukan sekadar asal dari segi komposisi dan teknik, ada juga yang asal comot sumber aslinya. Yang penting viral. Tapi mendinganlah kalau yang dishare secara viral itu hanyalah resep yang sifatnya hoax (soalnya kadang ada hoax-hoax sensitif misalnya yang menyinggung SARA atau politik, yang, duh, ujungnya bikin musuhan orang-orang yang tidak saling kenal. Bayangin, kenal aja belum eh udah musuhan!). Paling efek hoax-nya hanya berlaku personal kepada si pencoba. Itu pun kalau resep yang dibagikan tersebut dicoba loh ya. Kadang kan ada tuh orang yang gemar membagikan postingan resep tanpa sekali pun mencoba. Saya itu loh maksudnya hahahaaa. Soalnya jujur saja, kadang saya ikut membagikan postingan resep hanya karena gambarnya bagus dan menarik, kenyang lihat gambar saja. *malu*

Nah, belakangan ini tren membagikan postingan resep agaknya mulai mereda. Sebagai gantin

26.11.16

Kopi Enak di Kantor Regus Makassar

Saya bukan pecinta kopi. Cuma suka wanginya saja. Jadi kalau ada yang bilang, eh di suatu tempat kopinya enak loh, indera pengecap saya langsung terbayang cappucino sachetan dan membatin enak mana sama itu? Acuan saya cuma kopi semacam itu soalnya. Itu juga kalau boleh dianggap kopi hehe. Hingga sore tadi di acara kopdar komunitas IIDN Makassar, saya memberanikan diri memilih kopi sebagai minuman saya. Gara-gara penasaran karena katanya ada Kopi Enak di Kantor Regus Makassar tempat kopdar kami diadakan.

Sambil berlangsung bincang interaktif plus dishooting sama wartawan dari NET, saya tuanglah itu kopi ke dalam cangkir. Warnanya hitam pekat, pertanda kopi keras ini, menurut saya. Wanginya juga harum, pertanda kopi asli ini --> kalau itu menurut televisi karena katanya kalau dicampur sianida jadi ada bau-bau almondnya gitu. Sebelum balik ke kursi, saya sempatkan ambil satu bungkus gula yang tersedia, just in case saya ga kuat minum kopi pahit.

27.10.16

Jangan Iri Dengan Hasil Panen Orang Lain, Memangnya Apa yang Sudah Kau Tanam?

Mungkin pernah tebersit di dalam hati, di saat menyaksikan orang lain memperoleh sesuatu, bukannya ikut senang tapi malah sakit rasanya.


Sebagai penulis, ketika melihat penulis lain berbagi rasa syukur akibat karya-karyanya diakui, misalnya. Maka alih-alih iri, tanyakanlah pada diri sendiri, memangnya apa yang sudah kau tulis? Karya apa yang sudah kau usahakan untuk dapat diakui juga? Tidak ada? Ya, jangan iri. Kalau pun ada, ya tetap jangan iri. Semua orang memiliki jalan rezekinya masing-masing. Tidak akan salah alamat. Maka turut berbahagialah. Doakan agar industri bacaan tetap berkesinambungan, sehingga semua penulis akan senantiasa ada lowongan. Karena naskah akan selamanya diperlukan. Jadi para penulis sebaiknya selalu bergandengan tangan, seiring sejalan. Eh, kok jadi berima xixixi.

24.10.16

Indonesia Sang Mutiara Khatulistiwa



Seringkali, ketika membincang mengenai perjuangan mengalahkan rasa sakit dan membungkusnya dengan kesabaran, kita akan menyebut filosofi kerang mutiara. Tidak berlebihan rasanya analogi tersebut, karena pada kenyataannya proses lahirnya sebutir mutiara memang mewakili kerja keras, kegigihan, sampai akhirnya tiba pada hasil akhir yang bukan hanya berharga namun juga indah.



Saya mengenal mutiara pertama kalinya sejak remaja, sekitar tahun 1990-an. Saat itu saya bersama orang tua menetap di  kota Ambon. Ibu saya, akibat dikompori oleh teman-teman dharma wanitanya, ikut-ikutan tertarik menjadi pearl hunter. Menurut cerita beliau, waktu itu ia membeli mutiara langsung ke rumah-rumah penduduk. Jadi dari kabar yang berembus dari mulut ke mulut bahwa di sini dan di sana ada yang jual mutiara, ibu saya bergerilya mencari mutiara yang disukainya.

23.9.16

Oh, Ternyata Tidak Semua Buku Terbit Itu Melalui Proses Penyuntingan?

Saya sebenarnya bukan tipe pembaca buku yang bawel. Menyadari ada sebagian diri saya yang menyandang profesi penulis, uhuk, pemula, saya sangat mengapresiasi rekan seprofesi atas karya-karya yang mereka hasilkan. Selain itu takut kualat juga kalau saya terlalu membaweli tulisan orang lain :D

Pun ketika ada sebuah buku terbit kemudian masih terdapat typo, saya berusaha memaklumi. Kebayang tugas seorang editor, berapa banyak naskah yang harus ia tangani, pasti puyeng. Jadi kalau ada satu atau dua typo, okelah.

Tapi ketika saya membaca karya seorang penulis bernama besar dengan penerbit yang juga besar, melakukan begitu banyak typo di dalam buku terbitnya, saya kok rasanya jadi ingin bawel, ya? Itu kenapa kok bisa gitu? Editornya siapa, masak tidak menyadarinya? Lantas saya membuka halaman identitas buku untuk mencari tahu, dan mendapati fakta yang cukup mencengangkan. Ternyata tidak ada nama editor, penyunting, pemeriksa aksara, atau apa pun istilahnya yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Saya kaget. Oh, ternyata tidak semua buku terbit itu melalui proses penyuntingan, ya? Saya baru tahu.

Sebagai penulis yang beberapa kali terlibat dengan proses editorial, saya ya sedikit cemburu kan jadinya ;p. Eh, tapi enggak juga, ding, karena sejauh ini editor saya baik-baik semua dan sangat mendukung naskah saya. Tapi maaf beribu maaf, saya jadi tidak bisa berhenti bertanya-tanya, apakah mungkin karena nama besar makanya tidak perlu lagi melalui proses editing? Atau mungkin proses itu tidak dituliskan di identitas buku saja? Untuk menjawab tanya hati saya sendiri, saya sampai membongkar isi rak buku untuk membacai halaman-halaman identitas buku koleksi saya. Berbagai pengarang, berbagai penerbit.

Dari hasil bongkar-bongkar, saya mendapati bahwa nama sebesar Dee pun karyanya masih melalui proses sunting. Alih-alih puas, saya malah kian penasaran, apakah sebenarnya proses editing itu pilihan yang entah berpulang kepada siapa, penulis atau penerbit? Ya, tidak mengapa sih jika naskahnya tepercaya seratus persen tidak akan ada salahnya. Hanya saja ketika ternyata ada, dan di beberapa bagian cukup fatal, saya pikir ke depannya seharusnya proses penyuntingan ini tidak dilewati, sebesar apa pun nama penulis atau penerbitnya. Demi ketenteraman penikmat buku seperti saya, yang ada satu aja typo suka bikin dahi berkerut. Apalagi salah tokoh, kan bingung jadinya, ini sebenarnya saya lagi baca buku seri ke berapanya? Gitu, hehehe. Ya, penulis juga pasti pernah siwer lah dengan naskahnya sendiri, kan, kan? Toh bahkan JK Rowling pun punya editor.

Eh, iya, kan, JK Rowling punya editor? :D

31.8.16

Janjiku Janji Pelaut

Janjiku janji pelaut. Kalau tidak salah saya dengar kalimat itu di salah satu serial Spongebob, diucapkan oleh mister Crab pas mau ngapain gitu, lupa, hihi. Yang jelas kalimat itu membekas. Meski jujur saja, saya enggak paham ada makna apa di baliknya. Yang pasti biasanya si penulis cerita Spongebob itu risetnya luar biasa. Nyaris semua hal yang dia sebut di filmnya itu ada nyatanya. Kadang saya geli sendiri ketika menemukannya. Contoh, duh apa ya? Lupa juga! Hahaha payah nih memori! Pas pengen nulis malah pas ga inget :p

Janjiku janji pelaut. Kamu kepikiran tidak apa makna kalimat tersebut? Kenapa janji dilekatkan kepada profesi pelaut? Saya awalnya tidak pernah kepikiran, hingga saya berteman dengan beberapa kawan yang suaminya pelaut. Saya sering merenungi kehidupan mereka, hubungan jarak jauh mereka. Aneh juga sih, mereka yang menjalani kenapa saya yang merenungi, sibukku deh! :v Tapi seriusan, kadang tidak perlu kita yang mengalami, pelajaran hidup boleh datang dari hasil renungan, kan? *uhuk*

Mbuh, yang kepikiran kok malah gambar ini ;p
Ambil gambar dari dailymail.co.uk

Kalau kamu punya pasangan seorang pelaut, maka sudah pasti hubungan kalian akan menjadi sebuah LDR, long distance relationship. Ya habis bagaimana, namanya pelaut kerjaannya ya di laut, mengarungi samudera tanpa ada kemungkinan bisa memboyong anak istri tinggal bersama. Ya, masak tinggal di kapal, kan? Hehehe. Jadi tidak ada pilihan selain LDR. Dan dari dengar-dengar cerita, LDR pelaut tidak sama dengan LDR yang lain, dalam arti keterbatasan komunikasi kadang menjadi salah satu menu yang harus dinikmati. Paham kan maksud saya? Enggak? Hadeeeh! :D

Begini, untuk LDR selain pelaut, kamu bisa tiap hari mengontak kekasih hatimu. Mau whatsapp, bbm, atau lainnya, itu memungkinkan. Tapi di lautan, hal itu tidak bisa karena sepertinya samudera memiliki blankspot di mana-mana. Bisa saja berhari-hari keluarga di darat harus putus komunikasi dengan sang pelaut. Yep, putus kontak berhari-hari! Wih, hebat ya yang sanggup menjalaninya?

Nah, kembali ke janjiku janji pelaut, di situlah saya merasa menemukan jawaban akan makna kalimat tersebut. Sekali seorang pelaut berjanji maka pasangan pelaut harus memiliki hati yang lapang seluas samudera untuk memegangnya. Untuk tidak berpikir yang bukan-bukan. Untuk saling menjaga. Saling setia. Bayangkan! Ketika berhari-hari tidak ada kontak seperti itu, kalau kamu, bisakah kira-kira tetap berpikir waras? Untuk terus percaya, percaya, dan percaya. Karena pada kenyataannya seorang pelaut biasanya akan selalu tahu jalan pulang, ke mana mereka harus kembali berlabuh. Janjiku janji pelaut.


30.8.16

Uang Panai', berapa sih standarnya?

Berbicara soal uang panai' sebagai sebuah adat, saya tidak berani, nda cukup referensi ta' kodong! Jadi yang akan saya tulis ini lebih ke soal filmnya saja, ya? Dan kalau ada sedikit komentar itu sekadar opini saja.

Masih lanjut membahas Uang Panai', film, yang sebelumnya saya tulis liputannya di sini, kali ini saya ingin merenungi cetusan kawan saya selepas kami menonton. Jangan sampe nanti uang panai'nya Risna dijadikan acuan, kurang lebih begitu kata teman saya. Wah, iya juga ya! Nanti yang nonton pada terinspirasi gimana, dong? Atau jangan-jangan justru sebaliknya? Maksud saya, bukan tak mungkin justru the movie makerlah yang menjadikan fakta lapangan sebagai referensi besaran uang panai' yang berlaku umum di masyarakat. Atau boleh jadi keduanya sama sekali tak berhubungan. Bisa saja yang disebut di film pure hanyalah fiktif.

Keluarga Risna menyebut angka 200 juta rupiah sebagai syarat Uang Panai'. Setelah melalui proses nego (nonton deh, seru!), akhirnya disepakati di angka 120 juta rupiah. Kalau kata Tumming dan Abu ketika menyebutkan kriteria; gadis sarjana, bekerja, haji pula, maaaatemija!

Poster ambil dari movie.co.id

Salut untuk anak muda seperti Ancha. Ia berusaha mengumpulkan Uang Panai'nya sendiri, tidak merengek pada ibu bapak. Dan seharusnya memang Uang Panai' itu seperti itu kan, ya, filosofinya? Hasil kerja keras calon pengantin sebagai isyarat keseriusannya melamar anak orang?

Kembali ke film, sebesar 120 juta rupiah itulah yang akan diperjuangkan Ancha demi Risna. Soal mau dijadikan acuan atau tidak, ya saya pikir itu pada akhirnya kembali kepada setiap masing-masing orang. Adat itu baik adanya, dimaksudkan untuk melindungi kaum perempuan, mencegah para pria untuk tidak main-main ketika berniat mengarungi bahtera pernikahan. Ketika agama justru memberi kemudahan dalam urusan pernikahan, kadang beberapa oknum malah memanfaatkannya dalam arti negatif. Bosan - ganti, ga suka - tinggalkan. Nah, kemungkinan disitulah adat mengambil perannya.

Dan uang panai' ini konon cukup efektif juga menjadi sarana penolakan secara halus ketika keluarga wanita tak berkenan terhadap sang calon. Sebutkan saja angka yang tinggi dan tak masuk akal, kelar hidup lo, man! :p

28.8.16

Uang Panai', Seasyik Nonton Upin Ipin?

Saya tadinya tidak berencana nonton film yang sejak beberapa bulan terakhir promosinya gencar hadir di beberapa lini masa media sosial saya ini. Saya pikir Uang Panai' itu masalahnya anak muda, film Indonesia, dan buat emak-emak rempong kayak saya urusan pergi ke bioskop itu tak semudah membalik jemuran basah haha. Mohon maaf, bukan kenapa-kenapa saya nyaris tidak pernah nonton film Indonesia yang tayang di bioskop. Beberapa alasannya adalah, pada dasarnya saya memang jarang nonton apalagi ke bioskop. Kalau sampai saya ke bioskop berarti pasti ada sesuatu. Kalau bukan ditraktir diajak, berarti ada film yang benar-benar menarik perhatian. Itu saja.

Tapi sore itu seorang sahabat mengabarkan bahwa dirinya lagi di Makassar dan ngajak ketemuan, so spontan saya cetuskan soal nonton Uang Panai' ini. Si dia oke, maka jadilah kami meluncur ke salah satu studio XXI pagi itu. Saya bilang sama sobatku ini, kita datangnya cepat saja soalnya konon antrian panjaaaaang. Dan ternyata bukan konon tetapi memang begitulah adanya. Bahkan pintu studio belum buka pun para calon penonton sudah membludak. Kami berdua jadinya geli sendiri, sadar umur di antara mereka para pemuda calon pelaku Uang Panai' dan segala problematikanya :D :D
Hayooo, ada pembagian uang panai' gratiskah?

Sebelum film dimulai saya bertanya-tanya ini kira-kira ceritanya akan seklise apa ya? Uang Panai', masalah apa sih yang akan timbul selain mahal dan bikin susah calon mempelai prianya? Lalu soal bahasa, kira-kira film ini akan disajikan dalam bahasa apa ya? Duh, kalau banyak istilah Bugis Makassar, matemija nda da kutau itu!

Hinggaa akhirnya setelah si Dolby berbisik "All around you" dan tayangan dimulai, suprise..... dialognya ternyata dalam bahasa sehari-hari Makassar dan lengkap dengan subtitle bahasa Indonesia! Wohoooo, hatiku tercuri dah! Gila, berani juga ini film! Buat saya yang sudah puluhan tahun berdomisili di Makassar tentu saja film ini jadinya sangat akrab. Seperti menonton kehidupan sehari-hari di kota Daeng ini. Dan asyiknya lagi para pemerannya benar-benar natural aktingnya, dialognya, lucu-lucuannya. Saya jadi penasaran seandainya kalian yang tidak pernah bersentuhan dengan budaya Makassar sebelumnya kemudian nonton film ini kira-kira komentar kalian akan seperti apa ya?

Soalnya saya langsung teringat sama ikon fenomenal Upin Ipin itu lho! Film yang latar budayanya, bahasanya, sama sekali asing buat saya tapi saya suka sekali nontonnya. Dan saking nyandunya nonton Upin Ipin --astaga inget umur woy!-- saya jadi merasa ikut pandai logat Malaysie pun. Nah, saya penasaran apakah Uang Panai ini bisa mendapat tempat seistimewa Upin Ipin di hati masyarakat Indonesia? Coba dooong, temen-temen di luar Makassar nonton dan testimoni :D

Kalau dari segi cerita, saya akui saja yah bahwa ceritanya sih klise, kisah cinta antara Ancha dan Risna, di mana keluarga Risna menetapkan nominal Uang Panai' yang cukup fantastis. Pontang-pantinglah Ancha berusaha untuk memenuhinya. Masih lebih heboh kisah nyata Risna yang batal nikah gara-gara uang panai lalu datang ke nikahan mantannya dan memeluknya itu loh hihi. Tapi cara menyuguhkannya yang kreatif, sudut pandang kamera yang unik, menjadikan film ini jadi sangat menarik. Apalagi dengan kehadiran Tumming dan Abu, wah mereka ini layak dapat award kalau menurut saya. Rasa-rasanya film Uang Panai' bisa-bisa hambar tanpa mereka!

Jadi, bagaimana teman-teman, tolong bantu jawab penasaran saya, apakah benar penilaian saya bahwa Uang Panai' ini seasyik serial Upin Ipin?