30.3.12

Sebaris Tanda Cinta : Visit Anging Mammiri 2012


Pariwisata adalah sebuah topik yang selalu menggairahkan untuk dibicarakan. Pembahasannya tak pernah jauh dari kisaran kata kunci berupa liburan, plesir ke tempat-tempat yang indah, eksotis, penuh sejarah maupun kebudayaan. Terlebih lagi di tengah hiruk pikuk rutinitas sehari-hari yang padat, pariwisata menjadi semacam oase yang menyejukkan, bak sebuah janji manis di penghujung segala kepenatan. Menjadi suatu kebutuhan yang direncanakan dan dinantikan jauh-jauh hari sebelumnya.

Dengan paradigma seperti itu tentunya tak dapat dielakkan lagi bahwa pariwisata erat kaitannya dengan budget atau anggaran. Setiap orang pasti menyiapkan anggaran khusus untuk keperluan pariwisata. Di sinilah kemudian pembahasan mengenai pariwisata menjadi semakin menarik. Karena ada satu peluang untuk menghasilkan keuntungan yang besar atas sektor yang satu ini.

Pariwisata sesungguhnya memiliki cakupan pembahasan yang sangat luas. Namun bila kita mencoba merunut benang merah dari sektor ini, rasanya selalu faktor itu-itu saja yang akan kita temui untuk melejitkan sebuah potensi pariwisata. Menurut pendapat saya pribadi, ada tiga faktor utama yang akan mendukung sebuah potensi pariwisata menjadi demikian maju yaitu pencitraan, promosi, serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

Pencitraan
Membangun citra bahwa sebuah daerah layak menjadi objek pariwisata adalah sangat penting. Tak dapat dipungkiri bahwa tidak semua tempat yang mengaku memiliki potensi pariwisata benar-benar memiliki potensi tersebut. Bisa jadi potensi pariwisata di sebuah tempat tertentu sebenarnya lebih minim dibandingkan tempat lain, namun boleh jadi karena pencitraan yang lebih kuat menjadikannya lebih terkenal. Sulawesi Selatan sebagai sebuah daerah yang memang kaya akan potensi pariwisata sudah selayaknya memaksimalkan pencitraannya di mata para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Ditambah lagi posisi strategisnya sebagai gerbang utama menuju wilayah Indonesia bagian timur, menjadikan propinsi ini banyak dikunjungi masyarakat dari arah manapun. Dengan pencitraan maksimal terhadap pariwisata Sulawesi Selatan tentunya akan menarik para pengunjung yang tadinya mungkin tidak berniat melancong menjadi tertarik untuk mengeksplorasi dan menikmati tawaran wisata di propinsi ini.

Potensi pariwisata yang unik, khas dan jarang ditemukan di tempat lain dimana pun biasanya akan semakin mendukung pencitraan sebuah objek wisata. Dan potensi itu dimiliki oleh Sulawesi Selatan.

sumber foto disini
Untuk potensi wisata budaya, sebut saja Tana Toraja. Daerah ini boleh dikatakan sebagai ikon nomor satu pariwisata di Sulawesi Selatan yang namanya telah terkenal hingga ke mancanegara. Tempat ini seringkali menjadi tujuan favorit para pelancong ketika menginjakkan kaki di Sulawesi Selatan. Suku Toraja yang mempertahankan  gaya hidup Austronesia dan segala tradisinya masih terpelihara dengan baik di sana. Mulai rumah adat hingga prosesi pemakaman yang khas Tana Toraja menjadi penarik para wisatawan untuk berkunjung dan menyaksikan langsung. 

mentari lindap di ufuk senja tanjung bira
Kemudian potensi wisata bahari, sebutlah salah satu ikon paling tenar yaitu Tanjung Bira dengan keindahan sunset, sunrise dan hamparan pasir putih sehalus tepung, semanis gula bubuk, yang terbentang seluas mata memandang. 
sumber foto disini
Ada pula yang tak kalah menarik dan paling mudah dijangkau adalah potensi wisata kota dengan ikon utama, anjungan Pantai Losari. Hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang yang melancong ke Sulawesi Selatan tak akan melewatkan kesempatan untuk mengunjunginya bahkan untuk sekadar berfoto diantara tulisan raksasa ‘Pantai Losari’ yang memang takkan ditemukan di tempat lain. Khas.  

sumber foto disini
Atau potensi wisata sejarah, baik di dalam kota propinsi maupun kabupaten. Dengan adanya benteng Jum Pandang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Fort Rotterdam sebagai sebuah peninggalan sejarah pada masa kerajaan Gowa. Sebuah benteng yang kaya akan filosofi mulai dari bentuknya yang mengikuti bentuk penyu, yang mampu hidup baik di darat maupun di air, merepresentasikan kejayaan kerajaan Gowa mencakupi lingkup daratan dan lautan. 

Pun potensi wisata lingkungan, hal itu juga tersedia di Sulawesi Selatan. Salah satu contohnya adalah Bantimurung, yang telah terkenal sebagai kingdom of butterfly sejak lama.



Dengan begitu lengkapnya jenis pariwisata yang dapat dipilih, bila dicitrakan dengan optimal dan komprehensif tentunya akan menuai hasil yang maksimal.

Promosi
Dalam urusan strategi pemasaran, promosi biasanya menempati porsi cukup besar baik dari segi biaya maupun keseriusan penggarapan. Demikian pula seharusnya yang diterapkan jika kita ingin sektor pariwisata berkembang pesat, meningkatkan promosi. Bagaimana mungkin potensi besar yang dimiliki Sulawesi Selatan bisa dikenal luas jika promosinya tidak digencarkan? Apalagi dengan adanya paket lengkap pariwisata seperti yang telah saya sebutkan di atas, maka tinggal diramu dan dikemas dalam sebuah promosi yang intens, serius dan tanpa tendensi apapun selain dalam rangka melejitkan pariwisata semata.

Tidak perlu muluk-muluk, saya membayangkan sebuah website yang menarik, dikelola dengan sungguh-sungguh, dan interaktif, bukan hanya sekedar website ‘mati’. Atau sebuah akun khusus di jejaring sosial terkemuka seperti facebook dan twitter yang di masa kekinian sangat efektif dalam menjaring massa. Tentunya juga yang segenap hati dikelola secara elegan bukan hanya sekadar untuk dikatakan ada. Atau dapat pula sejalan dengan tren maraknya buku-buku perjalanan wisata ala backpacker. Mengapa tidak jika kemudian diterbitkan buku semacam itu dengan tajuk Backpacker : One Stop Journey to South Sulawesi, misalnya.

Dan sebagai satu kesatuan potensi pariwisata yang membawa nama Sulawesi Selatan, akan sangat baik jika masing-masing daerah dengan segala potensi pariwisatanya tidak terlibat dalam persaingan yang tak sehat. Dalam artian setiap wilayah dan semua potensinya masing-masing, saling mendukung secara positif bukan hanya sekadar sibuk menonjolkan daerahnya saja. Alangkah indahnya jika dalam sebuah paket promosi, katakanlah wisata lingkungan misalnya, potensi-potensi yang ada dari semua daerah sama ditonjolkan. Bantimurung dengan kerajaan kupu-kupunya, Soppeng dengan kelelawarnya --Indonesia’s gotham city--, Malino dengan hutan pinusnya, juga Wajo dengan peternakan ulat sutranya. Juga ketika menyebut wisata budaya, Tana Toraja, dapat dipadu dengan daerah lain agar sekaligus mengangkat popularitas budaya yang lain misalnya Bulukumba dengan pembuatan perahu phinisi-nya.

 Dengan adanya promosi yang saling mendukung seperti itu tentunya akan semakin efektif mengenalkan semua potensi pariwisata yang ada di seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Dukungan sarana dan prasarana yang memadai
Hal lain yang cukup krusial yang harus diperhatikan ketika ingin menjaring wisatawan sebanyak mungkin agar mau melancong ke tempat yang kita rekomendasikan adalah sarana dan prasarana. Sebagai contoh, bayangkanlah jika kita di posisi sebagai wisatawan yang tertarik mengunjungi Tanjung Bira. Ketika kita mencari tahu bagaimana cara menuju ke sana, bagaimana kondisi di sepanjang perjalanan, fasilitas akomodasi, penginapan dan sebagainya, sedikit banyak tentu akan mempengaruhi keputusan jadi atau tidaknya kita mengunjungi tempat tersebut. Seindah apapun tempat yang akan dituju jika dibarengi dengan informasi mengenai sulitnya transportasi menuju ke lokasi atau tidak memadainya kondisi jalan yang harus ditempuh atau akomodasi yang kurang layak maka bukan mustahil para pelancong akan urung niatnya untuk berkunjung.

Ketika pencitraan telah dimaksimalkan, promosi juga telah digencarkan namun sarana dan prasarana tidak mendukung maka hal itu tetap akan menjadi batu sandungan dalam melejitkan potensi pariwisata apapun.

Bila memang ada keinginan untuk melejitkan potensi pariwisata Sulawesi Selatan maka tentunya dibutuhkan suatu keseriusan dan kerja sama antara semua pihak yang terkait secara sinergis dan berkesinambungan. Jadi marilah kita bahu membahu, bersatu padu untuk melejitkan potensi pariwisata yang ada di provinsi Sulawesi Selatan ini.

Sumber bacaan :




Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Konten Blog Bertema : "Strategi Pengembangan dan Promosi Wisata Sulawesi Selatan"

28.3.12

Mahasiswa : Agent of Change

Berbicara mengenai i-d-e-a-l-i-s-m-e mahasiswa adalah suatu hal yang sangat menarik. Pertama, mengapa mahasiswa identik dengan idealisme? Menurut pendapat pribadi saya salah satunya adalah karena mereka berada dalam masa transisi, antara meninggalkan masa remaja menuju dewasa, antara masa ketergantungan menuju kemandirian. Antara masa tak bertuan menuju sebuah bendera tertentu, apapun judulnya entah itu bendera perusahaan maupun bendera yang berbau-bau politik. Mahasiswa = netral = ideal.

Maka tak heran, mahasiswa biasanya cenderung akan bereaksi keras ketika mereka melihat kesewenang-wenangan. Ya, karena jiwa mereka yang netral dan ideal itu sehingga masih bisa dengan jujur melihat fakta-fakta yang terjadi yang melingkupi mereka baik dalam skala kecil maupun global. Terlebih lagi zaman sekarang yang serba canggih dimana seluruh informasi dunia berada dalam genggaman, membuat para mahasiswa menjadi semakin pintar, cerdas dan tak akan bisa dengan mudah dibohongi.

Juga ketika menyikapi rencana penaikan harga bbm oleh penguasa. Mereka menggagas unjuk rasa di seantero negeri untuk memprotes rencana itu. Jiwa-jiwa ideal mereka menggeliat, gerah dengan kebijakan yang dianggapnya tak mendukung rakyat kecil. Jujur saja, saya pribadi sangat respek dengan pemikiran mereka, dengan keberanian mereka menyuarakan nurani rakyat. Karena kalau dipikir secara jujur, apa untungnya bagi mereka, para mahasiswa ini melakukan unjuk rasa? Menentang sesuatu yang secara fakta sebenarnya belum secara langsung bersinggungan dengan kehidupan mereka? Bukankah mau bbm naik ataupun turun sebagian dari adik-adik mahasiswa toh masih hidup dari orangtua mereka. Tapi mengapa mereka dengan tulus mau bersuara? Bahkan hingga sukarela mengambil segala resiko bersinggungan dengan aparat?

Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak, memang dalam pelaksanaannya banyak insiden yang terjadi yang mencoreng niat baik para mahasiswa ini. Misalnya seperti unjuk rasa salah target (saya menyaksikan di televisi beberapa mahasiswa yang menyerbu sebuah gerai makanan cepat saji lalu pasang aksi sok jago di sana) atau merusak fasilitas umum dan aksi-aksi salah sasaran lain. Tapi saya yakin, lebih banyak yang tidak seperti itu, hanya saja kurang digembar-gemborkan oleh media seperti misalnya aksi mereka yang dilakukan di pelataran salah satu kantor BUMN. Setelah selesai menuntaskan hajatnya mereka berlalu dengan damai kok! Atau yang sempat tertangkap kamera, mahasiswa malah sholat berjamaah dengan aparat. So sweet, kan? Jadi menurut saya kalau masalah-masalah seperti itu sepertinya benar-benar hanyalah soal teknis semata yang perlu semakin dibenahi agar melahirkan aksi-aksi yang benar-benar simpatik. Dan biarkanlah aparat berwenang melakukan tugasnya bila memang terjadi tindakan yang termasuk kriminal, tanpa pandang bulu!

unjuk rasa tertib di pelataran Telkom Pettarani, Makassar
Dan tentunya peer bagi para aparat adalah bagaimana cara mengawal mereka dan memahami mereka. Jangan marah jika mereka unjuk rasa dengan suara lantang dan keras, dibantu toa pula. Bukankah memang harus begitu, masak iya demo bisik-bisik? Biarkan saja mereka berteriak sampai serak…


Suasana lengang sepanjang Pettarani akibat blokir jalan.
Eh, gedung miring di seberang itu pernah saya bahas disini, lho :)
Melalui aksi-aksi semacam ini justru disitulah menjadi salah satu ajang dibuktikannya kesolidan dan kekompakan para mahasiswa, proses mereka belajar memimpin dan dipimpin, satu komando atau malah terpancing dan mengikuti emosi dan ego pribadi. Sebuah proses pembelajaran dalam kehidupan nyata kelak yang akan mereka jalani. Karena bila kelak di bahu mereka telah tersandang predikat tertentu semisal anggota dewan, akan menjadi cobaan yang sangat berat untuk membuat suara mereka tidak tenggelam diredam dinding kekuasaan. Atau jika suatu saat kelak mereka telah menjadi ibu rumah tangga seperti saya, maka waktu akan tersita untuk mengantar-jemput anak bersekolah tak sempat lagi bersuara lantang…

Lalu bagaimana dengan kemacetan dan blokir jalan yang seringkali harus mengiringi setiap aksi unjuk rasa? Bukankah itu mengganggu dan justru merugikan masyarakat yang katanya dibela? Iya benar, untuk hari itu saja! Coba bayangkan jika penguasa mau dengan jujur menerapkan prinsip demokratis yang katanya suara terbanyak yang berlaku tentunya seharusnya tuntutan mereka yang menjadi keputusan, bukan? Tapi entahlah … saya sendiri kurang memahami prinsip penguasa jadi kecil kemungkinan tuntutan mereka akan dipenuhi. Jangankan dipenuhi didengarkan saja mungkin tidak! Jadi ya masih mending merekalah, para mahasiswa itu, yang ‘menyusahkan’ rakyat hanya sehari dua hari saja dengan kemacetan dan blokir jalan, daripada .................? (isi sendiri kosongnya)

Tidak semua hal perlu diunjukrasakan namun terkadang unjuk rasa memang perlu.
Think positive, act positive.
Curahan hati seorang ibu rumah tangga, mantan mahasiswa biasa.

27.3.12

Citizen report : Demo BBM!

Awalnya saya tak acuh dengan aneka bunyi kendaraan bermotor yang melintas di jalanan depan rumah. Saya pikir seperti biasa adalah hal yang wajar sesekali mendengar kendaraan, motor maupun mobil lewat di depan rumah. Tapi lama kelamaan semakin sore intensitas kendaraan yang lalu lalang di depan rumah kok semakin banyak ya?
Butuh sekian detik ketika akhirnya saya menyadari, ring a bell, bahwa lalu lalang kendaraan-kendaraan itu, di depan rumah sore ini adalah sesuatu yang terkait dengan peristiwa yang terjadi hari ini. Aha! Pasti gara-gara demo bbm itu!
Buru-buru saya meraih jilbab dan kerudung saya, memakainya dan berlari meninggalkan kursor di netbook saya berkedip-kedip sendiri. Android yang sedang dalam kondisi battery-charging pun saya sambar dalam sekejap. Kamera on! Saya berdiri di depan rumah dan cekrek … cekrek … dapat gambarnya. Yes! Citizen report! J
Puas rasanya meskipun hanya bisa melaporkan sedikit kejadian dari peristiwa akbar hari ini, demo memprotes kenaikan harga bbm, yang memang benar-benar debatable. Maklumlah urusannya masuk dalam lingkup politik gombal eh global. Dengan alasan begini dan begitu versi si ini versi si itu. Bahkan semalam di salah satu televisi swasta saya sempat mengikuti talkshow yang dinarasumberi oleh Opa Kwiek dan Om Anggita serta satu lagi saya lupa namanya Mr Rubi-something gitu.
Saya ingin menyoroti pendapat seorang narsum yang menyatakan setuju naiknya harga bbm dengan salah satu alasannya adalah kalau bbm murah maka masyarakat akan tuman, keenakan mengkonsumsi bensin, malas berpikir untuk memanfaatkan sumber energy baru semisal panas bumi yang melimpah di negeri ini atau tenaga surya dan sumber bioenergy lainnya. Well, jujur saja saya sedikit terhenyak. Hmmm, benar juga sih, cukup masuk akal argumentasinya. Berhasil membuat saya memikirkannya seharian ini. Namun sepertinya tetap saja ada yang mengganjal bagi saya, apa iya sih bakalan begitu? Apa iya jika 1 April mendatang bbm jadi naik lantas sumber-sumber energy non minyak itu akan segera berkembang? Ah, saya kok tidak yakin ya. Sepertinya beda wilayah pembahasan antara harga bbm dengan digalakkannya pemanfaatan sumber-sumber energy non minyak. Kalau memang ada niat serius untuk mengembangkan sumber energy non minyak, tidak bisakah dilakukan tanpa menaikkan harga bbm? Tinggal diseriusi saja kok. Saya pikir negeri ini kaya raya … ah, tidak, tidak … saya yakin negeri ini memang kaya raya kok! Asal mau mandiri saja …
Ehm, ehm … kembali ke citizen report. Saya geregetan, jiwa investigasi saya terusik karena hari ini ada peristiwa besar dan saya hanya bisa menyaksikannya melalui layar kaca. Inginnya sih menyaksikan langsung tapi di pihak netral, semisal press misalnya *hihi ngimpi* lalu melaporkannya. Eehh, siapa sangka ternyata sore ini saya memperoleh kesempatan itu.
Teralihkannya lalu lintas melalui kompleks tempat saya tinggal, Telkomas sepertinya akibat ada yang memblokir akses jalan utama menuju Daya. Nah, kompleks saya ini kebetulan tembus ke sana dari arah belakang dan relatif aman. Makanya lalu lintas menjadi mendadak padat di sekitar sini. 


Asal jangan demo nya masuk kompleks aja ya, adek-adek mahasiswa, nanti saingan sama demo panci serbaguna dong J
Kepada adek-adek mahasiswa,
Saya tidak menyalahkan kalian yang hari ini mengunjukkan sebuah rasa kepada penguasa
Hanya satu pesan saya, jangan rusuh, jangan mengijinkan penyusup mengacau dan jangan menjarah.  Apa kata mamak-mamak kalian nanti? -_-
Jangan melawan aparat karena siapa yang tahu dalam hati terdalam mereka pun mendukung tuntutan kalian. Mereka hanya melaksanakan tugas pengamanan semata. Justru gandenglah mereka untuk mendukung tuntutan kalian… holding hands, fight together!
Jangan merusak lingkungan, tanaman-tanaman tak berdosa yang bisa jadi  justru membantu melindungi kalian entah dari sengatan cuaca maupun penembak jitu, jika ada. Dan siapa yang tahu bila mereka pun ada di pihak kalian…
Please, damailah negeriku
T.T

pasukan bermotor mendadak sering melintas di depan rumah sepanjang sore

mendadak rame banget

bus antar daerah pun ikut mencari 'jalan tikus'

penduduk asli jalan ini, 2 ekor kucing,
kalau bisa ngomong pasti heran juga dengan jalanan yang biasanya lengang begini
mendadak ramai seperti tadi he he he

26.3.12

Once Upon a Time in March 26th

March 23rd

Pesawat Garuda berlantai dua yang kutumpangi mulai bergerak meninggalkan apron menuju runway, bersiap lepas landas. Kupandangi bandara internasional Soekarno-Hatta yang tampak semakin mengecil dari balik jendela mungil segiempat ini. Sebongkah besar kecamuk perasaan tiba-tiba menyeruak, menyerbu sanubariku, bercampur aduk. Kuingat kembali semua kehidupanku yang hendak kutinggalkan selama seminggu ke depan, atau mungkin selamanya, siapa yang tahu? Kukenang kedua buah hatiku yang, ahh … mungkin si kecil baru menyadari ketiadaanku dan mulai menangis saat ini. Derai airmata mengalir deras, tak kuasa kubendung.
Berat, namun perjalanan ini harus kutempuh, harus! Ada begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam hidupku. Badai yang memporakporandakan semua rencana kehidupanku, bak tsunami yang khusus dirancangNya untukku.  Entah ujian atau justru teguran? Aku benar-benar harus menyepi, menarik diri dari segalanya. Sendiri, menuju sebuah titik nadir perjalanan seorang anak manusia. Menuju suatu tempat dimana ketika semua anak manusia berkumpul, tanpa daya mereka tunduk patuh pada aturanNya, kembali pada hakikatnya sebagai makhluk. Tempat dimana semua berputar teratur mengikuti pola yang sama, sinkronisasi alam semesta.
Tempat dimana aku harus berhasil berdamai dengan diriku sendiri dan iring-iringan skenario kehidupan ini…

***
Aku benar-benar berada di tempat yang tepat ketika sebuah peristiwa nun jauh di belahan dunia yang lain, sejauh jeda waktu 6 jam jaraknya, tengah terjadi. Tak pernah terbayangkan jika aku tidak berada di tempat yang mulia ini, tempat dimana aku sanggup pasrah, menyerah pada kehendakNya, menerima tanpa protes atas takdir yang berlaku yang telah diaturNya. Entah kira-kira apa yang akan terjadi atau apa yang akan kulakukan?
Berada di tempat ini, aku hanya bisa melakukan satu-satunya hal paling sederhana yang paling memungkinkan, menghirup aroma kesyukuran atas segala ketentuanNya. Bahkan kedua mata ini pun terkulai tanpa merasa perlu untuk menangisi sebuah peristiwa yang sedang berlangsung nun jauh di sana. Sungguh, terima kasih duhai Gusti, karena telah memanggilku ke tempat yang paling tepat dengan presisi waktu yang sempurna.
Pada hari yang telah Kau tentukan untukku, untuknya…

23.3.12

Sebuah Telaah (lagi) Tentang Spongebob Squarepants

Mengingat kembali sebuah postingan saya sendiri tentang Spongebob Squarepants (SS) beberapa waktu lalu. Memikirkan kembali sebuah unggahan foto di akun facebook seorang sahabat, Ancha Anwar, tentang simbol pagan yang jelas tersamar (jelas kok tersamar?) pada logo olympic 2012. Membuat saya tergerak untuk melemparkan sebuah pertanyaan lain tentang the phenomenon, Spongebob Squarepants ini.

Iluminati. Spongebob.

Sering saya mendapati pembahasan entah di facebook atau di blog mengenai disusupinya SS dengan ide iluminati, melalui gambar-gambarnya, biasanya tersamar pada sebuah benda di latar belakang tokoh utama. Mata satu yang menyala-nyala, simbol setan?

Well, sejujurnya saya tidak terlalu ‘mempermasalahkan’nya, selama anak saya menonton SS tanpa mendapat informasi mengenai iluminati, saya berharap hal itu tidak akan memberi efek apa-apa. Tidak akan menghasilkan sebuah pemikiran karena ada satu hal dalam rangkaian proses berpikirnya yang terputus yaitu informasi mengenai iluminati.

Namun tidak hingga saya menyaksikan satu episode dari SS pagi ini yang mengangkat tema tentang sulap, magic. Jadi dikisahkan SS sedang menggandrungi seorang magician. Kemudian ia bereksperimen mencoba mantra-mantra yang dicontohkan oleh sang pesulap. Tidak ada yang berhasil sebenarnya dari mantra-mantra itu, hanya saja pada satu momen SS mengira berhasil menyulap Squidward, melenyapkannya. Padahal yang terjadi adalah ketika SS asyik membaca mantra, Squid berlalu diam-diam saking eneg-nya dengan tingkah SS. Karena panik dan merasa bersalah tak mampu me-respell untuk mengembalikan Squidward, SS mengajak Patrick untuk menemui sang pesulap di istananya meminta pertanggungjawaban. Nah! Di kastil pesulap inilah, simbol-simbol iluminati dengan sangat vulgar diumbar. Dimulai dengan gambar mata satu di gerbang, yang kali ini bukan disamarkan penampakannya tapi memang sengaja ditampilkan memenuhi satu layar kaca! Kemudian sepanjang koridor menuju singgasana sang pesulap dialasi karpet berpola papan catur dan di sepanjang siku langit-langit istana, mata-mata satu kecil terangkai mengiringi setiap langkah SS dan Patrick, ditambah lagi mata satu besar yang terpampang di gerbang tadi. What is the maksud coba?!

Maka untuk pertama kali dalam sejarah saya benar-benar kesal dengan SS ini dan buru-buru memindahkan channel televisi.

Yah, terbukti sebenarnya SS bukan buat anak-anak. Selain humornya yang dewasa seperti yang pernah saya pertanyakan dalam postingan terdahulu, terkadang konsep aurat pun menjadi bias dalam kisah-kisahnya. Seringkali kita mendapati adegan dimana tokoh-tokohnya yang tadinya berpakaian kemudian kehilangan pakaiannya. Nah pada momen itu biasanya dari yang tadinya lucu menjadi mengkhawatirkan, karena seringnya gambarnya menampilkan sebuah spons atau gurita yang tak berbaju, yang harusnya tak ada yang salah dengan itu kan!, menjadi bias ketika di bagian depan badan si tokoh ditempelkan secarik kertas atau sebaris rumput, yang seperti disengaja menutupi bagian tertentu seperti konsep koteka, padahal ketika si tokoh kembali bergerak tidak ada apa-apa di bagian yang tadinya ditutupi itu, lalu kenapa tadi harus ada adegan ditutupi segala?!

Kemudian di salah satu episode, ketika SS dan Patrick mengadopsi seekor bayi kerang. Secara sukarela SS tiba-tiba berperan sebagai ibu dan Patrick sebagai ayah. Dan mereka mengalami masalah rumahtangga seperti yang sering dialami pasangan suami istri, masalah pembagian tugas antara laki-laki dengan perempuan. Dan episode itu diakhiri dengan si anak kerang telah ‘dewasa’ dan pergi meninggalkan SS dan Patrick sebagai orangtua. Lalu dialog di tutup dengan Patrick yang berkata, “Ayo kita punya anak lagi!” Hayyaah, masa seperti itu tontonan anak-anak?

Jadi bagaimana sebaiknya? Entahlah saya sendiri bingung. Spongebob Squarepants sudah terlanjur mendarah daging dalam menu sehari-hari anak-anak. Apalagi waktu tayangnya pas, sambil mengiringi mereka bersiap pergi ke sekolah dan petang ketika mereka sedang santai. Andai saja pihak penayang mau mengerti untuk tidak perlu lagi menayangkan episode-episode yang berpotensi mengundang asumsi itu ya? Cukuplah dipilih episode-episode yang ‘netral’ saja karena tidak semua kita telah mampu menghentikan total kebiasaan menonton televisi… Entahlah.

20.3.12

Simple Review : Anak Rembulan (Djokolelono)

Nono adalah seorang bocah laki-laki kelas 5 SD yang sedang berlibur ke rumah nenek-kakeknya di desa Wlingi. Sendirian ia menempuh perjalanan menggunakan kereta api dari Malang menuju desa tempat kakek-neneknya tinggal.
Di desa inilah petualangan Nono dimulai. Berawal ketika Nono menyusuri jalanan di sepanjang kali Njari, dalam rangka mengambil pesanan tahu ke rumah Mbah Pur, kakeknya yang pendekar silat dan gemar membaca, di Njari. Dalam perjalanan ia terpesona oleh sebatang pohon kenari raksasa di tepi sungai yang menurut kisah mbah-nya telah berdiri gagah di sana sejak jaman pendudukan Belanda. Ketika Nono melangkahkan kakinya setelah mengamati rongga besar yang ada pada pohon kenari raksasa itu, yang pada masa perjuangan melawan tentara Belanda dahulu konon menjadi tempat bertahan para pejuang, salah satunya seorang anak bernama Trimo yang hingga kini tak ada yang tahu nasibnya, tahu-tahu kaki Nono telah berada di kali Njari yang berpasir. Ketika Nono berusaha mencari sandalnya yang hanyut terbawa arus air berpasir alih-alih menemukan sandal, tangan Nono malah meraih semacam sabuk usang yang tergeletak diantara lautan pasir di kali Njari. Sejak penemuan sabuk itulah secara ajaib Nono terseret dalam petualangan yang fantastis!
Tiba-tiba saja sesosok bocah hitam muncul sambil berseru ‘itu punyaku, itu punyaku!’ dan membawanya masuk menembus sungai dan pohon kenari. Bergerak dan terus bergerak menemui hal-hal yang entah dimana, kapan dan atas alasan apa hingga Nono bisa berada disana. Nono hanya mampu mengikuti kemana Trimo membawanya. Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah tempat yang berupa warung. Ketika itulah Trimo tiba-tiba menghilang entah kemana meninggalkan Nono terjebak sendirian di sebuah warung di tengah sebuah pasar. Ruang dan waktu seolah telah kacau balau bagi Nono sejak itu. ia hanya tahu bahwa dirinya dijadikan semacam pembantu yang harus bekerja keras siang malam oleh Mbok Rimbi. Bila ia lalai sedikit saja maka hukuman fisik dan caci maki akan tersembur padanya seperti gunung berapi memuntahkan lahar. Dahsyat! Namun kontras dengan itu semua dalam hal jatah makan Mbok Rimbi justru royal dalam ‘melayani’ Nono. Ia tak pernah kekurangan makan dengan menu yang enak-enak.
Ada 5 orang pelanggan setia warung Mbok Rimbi yang masing-masing bernama Kangka, Jagal, Jlamprong, serta si kembar Pinten dan Tangsen. Setiap hari mereka datang ke warung Mbok Rimbi membuat Nono akhirnya hapal fisik, tabiat dan kebiasaan mereka. Dan hanya dengan merekalah Nono memiliki kesempatan bergaul. Bahkan sempat mengajari si kembar beberapa jurus karate yang dikuasai Nono. Dan gara-gara komunikasi dengan merekalah Nono akhirnya tahu bahwa dirinya selalu disebut sebagai Anak Rembulan. Nono tak mengerti sama sekali mengapa ia dijuluki demikian oleh Mbok Rimbi maupun orang-orang di sana. Hingga pada akhirnya si kembar memberi tahu maknanya sebagai upah karena Nono menuliskan secarik surat untuk pujaan hati mereka, Non Saarce.
Rupanya Anak Rembulan adalah semacam julukan bagi anak asing yang datang secara ajaib tanpa diketahui asal-usulnya di warung Mbok Rimbi. Dimana pada setiap kemunculannya setiap anak akan dijadikan pembantu yang harus bekerja keras di warung Mbok Rimbi dan hanya akan bertahan satu purnama di sana karena setelah itu tak ada tahu seperti apa nasib setiap Anak Rembulan setelah purnama tiba!
***
Ritme dari novel Anak Rembulan ini benar-benar cepat, saya pribadi terkadang rasanya seperti terengah-engah membacanya. Benar-benar salut kepada penulisnya Djokolelono yang sepertinya tak pernah kehabisan ide dalam menciptakan aksi-aksi sepanjang cerita setebal 350 halaman ini.

Bagi para penggemar lakon wayang atau bagi yang memahami legenda gunung Kelud, mungkin, sedikit-sedikit bisa memahami jalan cerita sedari awal. Berbeda dengan saya yang nyaris tak tahu menahu tentang wayang maupun legenda Kelud, saya baru bisa mengerti pada bab-bab akhir.

Novel ini sedikit banyak memasukkan unsur yang jujur saja, bukan favorit saya dari semua jenis karya sastra, yaitu ‘horor’, dengan kehadiran tokoh Trimo. Saya sebut ‘horor’ karena ketika alurnya kembali ke dunia nyata, Trimo diceritakan ada dalam bentuk tiadanya. Bagi yang ciut nyali dengan dunia gaib semacam itu, seperti saya, rasanya merinding membacanya.

Dan satu kritik, kalau boleh saya mengajukannya (ugh! Siapakah saya berani-beraninya mengkritik?!), terus terang saya agak terganggu dengan ungkapan makian-makian terutama ketika tokoh Nono terjebak bersama Mbok Rimbi. Saya membayangkan kalau anak-anak yang membaca kira-kira bagaimana ya tanggapannya? (mengingat tokoh utama dalam novel ini berumur 10 atau 11 tahun, kelas lima SD)

Well, itu saja simple-review tentang novel Anak Rembulan karya Djokolelono ini. Happy reading!

18.3.12

BATIK : Masterpiece sang Maestro, asli Indonesia!

Tak pernah terbayangkan bila saya terlahir dan menetap bukan di negeri ini. Indonesia. Sang zamrud khatulistiwa. Negeri elok yang membentang luas di lintasan dua samudera dan dua benua, dengan segala pesonanya. Lanskapnya yang rupawan, bertabur nuansa alam eksotis dimana-mana. Iklimnya yang ramah, dengan limpahan cahaya mentari hangat hampir sepanjang tahun dan curahan air langit yang cukup. Dan yang paling menakjubkan adalah meruahnya harta karun yang tersebar hampir di segala penjuru tanah dan airnya. Gunung emas raksasa yang berkilau-kilau, minyak-gas-barang tambang penyuplai energi kehidupan, rimba raya hijau penopang napas bumi … semua seolah sengaja dinomplokkan khusus untuk negeri ini. Menggelitik iman.
Dipadati oleh sekitar dua ratus juta populasi, menjadikan negeri Indonesia juga bergelimang khazanah kebudayaan. Ribuan suku yang menghuni segenap pelosoknya dengan aneka jenis tradisi unik yang berbeda-beda. Pernikahan, kelahiran, kematian, tetabuhan, tari-tarian hingga busana adat, semuanya beragam menggambarkan identitas khas masing-masing daerah.
Bila dirunut ke belakang, usia dari aneka kebudayaan yang menghiasi kebhinekaan di negeri ini tentunya telah sesepuh para leluhur. Sebut saja tradisi menenun songket di beberapa daerah di pulau Sumatera, atau tradisi menganyam noken di pedalaman Papua hingga tradisi membatik di pulau Jawa. Siapa yang tahu persis kapan tepatnya tradisi-tradisi tersebut dimulai? Oleh generasi nenek moyang yang ke berapa? Penelitian boleh dilakukan, para ahli boleh berdebat menentukannya, namun satu hal yang pasti semua kekayaan budaya itu masih bisa kita kenal dengan sangat baik hingga sekarang. Yang berarti bahwa ada yang selalu peduli untuk memastikan segala tradisi itu tetap abadi, terwariskan turun temurun hingga sampai pada generasi kita kini.
Ya! Diwariskan dan diperkenalkan terus menerus. Dijadikan tren yang up to date, sehingga generasi muda mau menerimanya. Agar tak kalah pamor dengan tradisi asing yang lebih gencar menarik hati. Akan menjadi satu pembahasan yang sangat panjang jika kita membahas semua tradisi yang ada di negeri ini. Jadi pada kesempatan ini mari kita mengerucut pada satu hal saja, tentang batik.

BATIK : Sebuah Masterpiece

Hingga beberapa tahun lalu, bila kita menyebut kata batik adakah anak muda yang mau melirik? Jarang. Karena batik hingga saat itu hanya identik dengan, nenek-nenek di kampung, atau orangtua yang hendak kondangan. Selera yang terlampau ‘dewasa’. Sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Seolah menabrak tradisi yang membuatnya tampak kuno, batik Indonesia kini tampil menggebrak. Dari yang tadinya terbayang dalam pikiran kita hanyalah selembar kain yang paling banter akan bertransformasi menjadi kemeja formil atau kain bawahan pendamping kebaya, kini batik banyak dipuji para desainer kelas dunia, populer dimana-mana bahkan sempat menjadi rebutan identitas kebudayaan! Menakjubkan.
Demikian pula dari sisi tampilan, kini batik bukan hanya sekadar jarik yang berfungsi menjadi semacam pakaian wajib para simbah di kampung, namun batik mampu menjelma menjadi gamis-gamis trendi, tas-tas keren, ornamen interior, bahkan corak batik Indonesia pun telah merambah peralatan makan hingga mug! Begitu fashionable.
Bahkan saking populernya batik Indonesia sekarang ini hingga membuat pemerintah akhirnya melindungi tradisi yang satu ini dan mendaftarkannya secara resmi pada UNESCO agar diakui sebagai kebudayaan asli Indonesia. Tidak main-main karena ketika dunia menyaksikan batik Indonesia pada umumnya mereka akan tercengang oleh keindahannya.

Seni corak batik Indonesia

17.3.12

Ketika Airmata Jatuh di Hari Pertama Sekolah

            Pagi hari tanggal 7 July 2011. Saya bergegas menyiapkan anak saya untuk orientasi murid baru di TKIT Al-Ashri Makassar. Seragam, tas dan sepatu sudah siap, tinggal dikenakan. Pangeran kecil saya tampak gagah dalam balutan seragam putih hijaunya. Terharu rasanya saat memandanginya.
Jarak rumah dengan sekolah yang hanya sekitar 3 blok membuat saya memutuskan mengantarnya nyaris mepet dengan jadwal waktu masuk yang ditentukan sekolah. Setibanya di sana, para ibu guru menyambut dengan senyum paling manis, paling ramah, dan paling semangat pada semua murid barunya. Dirangkaikan dengan pengalungan name tag pada masing-masing anak.
Masih ada waktu sebelum anak-anak dikumpulkan, pikir saya. Masih ada kesempatan untuk mengambil gambarnya di momen pertamanya mengenyam bangku pendidikan formal setelah rumah. Setelah berfoto, saya menawarinya untuk bermain bersama kawan-kawannya di halaman sambil menunggu dipanggil masuk. Ia bergeming. Saya agak kaget, namun saya mengabaikan saja perasaan aneh yang tiba-tiba menyeruak dalam hati atas penolakannya itu.
Tak lama berselang Ibu guru memanggil para murid baru untuk berkumpul di halaman, dalam barisan. Saya benar-benar terhenyak, pangeran kecil saya tampak ragu bahkan matanya berkaca-kaca! Dan beberapa saat kemudian air mata dengan sukses mulai meleleh menghiasi pipinya setelah ia berada dalam barisan bersama teman-teman barunya.

pangeran kecil saya, berdiri di belakang gadis kecil berkerudung hitam, dengan wajah sendu kelabu.
***
Jujur saja, saya tidak menyangka hal itu yang akan terjadi. Saya benar-benar tidak siap. Mental

16.3.12

What's your name?

Pemikiran yang akan saya tuliskan berikut ini mungkin tidak akurat 100%, tidak berlaku bagi semua orang nor in any circumstances. Tapi bagi segelintir orang, it does happen. Sehingga (bagi saya) menarik untuk dicermati. Please enjoy ^_^

Banyak hal semakin berkembang seiring waktu. Pembangunan, budaya, teknologi, bahkan bahasa semakin mengalami kemajuan, peningkatan. Tahukah kawan, ada satu hal yang diam-diam ternyata juga mengalami itu semua, peningkatan? Adalah nama. Ya, nama! Siapakah namamu? Kalau saya Marisa Agustina. Terdiri atas dua kata. Dengan filosofi sederhana yaitu ibu saya merasa bahwa pada masa itu nama Marisa masih jarang (sekitar tahun 70-an) dan setiap bertemu dengan seseorang bernama seperti itu, pasti orangnya cantik. Maka ketika saya lahir dinisbatkanlah nama itu yang dibuntuti dengan bulan kelahiran saya. J

Oke, kembali ke topik, jadi siapakah namamu? Kamu lahir tahun berapa?

Well, ini hanya hipotesa saya semata, bahwa orang-orang yang lahir sebelum tahun 2000, umumnya jarang diberi nama lebih dari dua kata. Tapi tengoklah anak-anak yang lahir tahun 2000an, sebagian besar minimal mempunyai nama yang terdiri dari 3 kata. Tidak percaya, tengok saja daftar absensi anak-anak jaman sekarang di sekolahnya. J

Saya akui hipotesa saya memang lemah, karena sampel pembanding yang saya punya

14.3.12

Bunda Sehat, Generasi Belia Berkualitas

Adalah sebuah kenyataan tak terbantahkan bahwa para bunda memiliki peran utama dalam melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Tidak main-main peran ini melekat di pundak para bunda karena dengan terciptanya generasi penerus yang berkualitas maka kelangsungan hidup umat manusia pun akan berbanding lurus dengannya, semakin berkualitas.
Dalam memenuhi peran para bunda untuk mencetak generasi penerus yang unggul, tentu diperlukan berbagai macam usaha dan persiapan, alih-alih ujug-ujug. Dari sejak merencanakan kehamilan, pre-natal bahkan hingga predikat bunda berhak disandang, alangkah baiknya jika semuanya dilakukan dengan perencanaan yang matang.

Merencanakan kehamilan

Kehamilan sudah seharusnya menjadi sebuah anugerah bagi sepasang suami istri, calon ayah dan bunda. Berapa banyak dari kita yang ketika menginginkan kehadiran buah hati namun tak sekali pun memikirkan pentingnya kualitas dari kehamilan? Bukankah akan menjadi sangat berbeda ketika pasangan calon ayah bunda benar-benar mempersiapkan segala faktor, baik yang bersifat fisik maupun psikis menjelang kehamilan daripada yang tidak?
Bandingkanlah calon ayah bunda yang ketika menginginkan kehamilan beberapa waktu sebelumnya benar-benar menjaga kondisi fisik dan psikisnya, dengan yang tidak. Tentu kualitas kehidupan calon ayah-bunda-janin pasti akan berbeda nantinya.

Menjaga fisik sebelum kehamilan dapat ditempuh dengan banyak cara. Sebagai contoh misalnya, menjaga asupan nutrisi. Apabila selama ini kita terbiasa dengan pola makan serba instan, konsumsi junkfood berlebihan, maka setidaknya beberapa bulan sebelum merencanakan kehamilan babat habislah kebiasaan-kebiasaan tersebut. Lakukanlah detoksifikasi sederhana dengan mengonsumsi asupan  nutrisi yang bergizi dan seimbang sesuai kebutuhan. Asupan nutrisi yang baik akan mampu memperbaiki sistem metabolisme, sistem hormon dan lainnya sehingga dengan sendirinya akan menghasilkan efek yang positif semisal pencapaian berat badan yang ideal sebelum kehamilan yang akan berguna untuk menghindari kenaikan berat badan yang berlebih kelak bagi calon bunda selama kehamilan.

Adapun persiapan secara psikis, calon ayah bunda bisa memperbanyak referensi mengenai apa yang seringkali terjadi selama kehamilan. Misalnya saja memperbanyak membaca artikel mengenai persiapan kehamilan misalnya seperti yang bisa ditelusuri dari http://nutrisiuntukbangsa.org/blog-writing-competition/. Dengan bekal pengetahuan yang memadai tentu kelak menjalani kehamilan akan terasa lebih enteng dan membahagiakan. Mengingat kehamilan bagi calon bunda bahkan juga calon ayah merupakan semacam revolusi dalam kehidupannya yang melibatkan selain fisik juga psikis. Dari masalah perubahan emosi akibat pengaruh hormonal hingga persoalan baby blue adalah dua contoh yang biasa terjadi.

13.3.12

Sungguh! Saya iri padamu, Bu Muli...

“asw. mom, buku tabungan fatih msh di sekolah ya?” saya mengirimkan pesan singkat kepada walikelas anak saya fatih kemarin siang sekitar pukul 13.00 wita.
Selang beberapa menit kemudian mom (kami menyapa para guru seperti cara anak-anak memanggil mereka) Muli, nama wali kelas fatih itu menjawab sms, ”wlkmslm iye bu.”  
Ibu Guru Muli adalah seorang wanita lajang yang mendedikasikan hidupnya menjadi tenaga pengajar taman kanak-kanak. Ketika sulung saya TK pun mom Muli pulalah yang menjadi pengganti saya selama di sekolah. Adapun kata --iye bu-- ini hampir selalu menjadi cara beliau ketika mengiyakan pertanyaan saya melalui sms. Sebuah ungkapan halus dan sopan dalam tata bahasa bugis-makassar.

***

Pagi ini seperti biasa, waktu menunjukkan nyaris pukul 08.00 wita ketika saya memacu Yamaha MX saya mengantar fatih ke sekolah. Jam masuk sekolah sesungguhnya adalah pukul 07.45 namun entah secepat atau selambat apapun proses persiapan fatih, selalu saja hampir jam 8 baru kami bisa berhasil sampai ke sekolah. Padahal jarak rumah – sekolah hanya sekitar 3 blok saja.
Saya mengerem di depan pintu pagar sekolah, bermaksud segera menurunkan fatih karena saya yakin pasti sudah terlambat. Dan rencananya setelah itu saya hendak segera pulang untuk mengurusi keperluan lain. Tapi tak seperti biasanya , seorang guru, wakil kepala sekolah dengan sigap menghampiri saya bahkan sebelum fatih melangkah turun dari boncengan saya.
“Bu, hari ini anak-anak ibur. Maaf tidak ada pengumuman sebelumnya. Bu Muli meninggal dunia!” kata-kata itu mengucur begitu saja dari bibirnya merambat cepat menuju ruang pendengaranku.
Saya berusaha susah payah mencerna kabar mengejutkan itu, menjadikannya sebagai sesuatu hal yang masuk akal untuk saya terima. Ingatan saya melayang pada komunikasi sms yang sempat saya lakukan kemarin siang, pada beliau yang saat ini baru saja disebut meninggal oleh sang wakil kepala sekolah, mom Muli!
“Masya Allah. Inna lillahi. Mom Muli?” hanya beberapa kata itu yang sanggup saya ucap tertahan oleh perasaan campur aduk yang keburu menyeruak menguasai emosi saya. Tak percaya, kehilangan, sedih, tak percaya lagi …
Saya memarkir motor di parkiran, kemudian mengajak anak saya menuju pelataran sekolah tempat beberapa orang guru dan beberapa orangtua siswa yang tampak tengah bersiap hendak melayat. Airmata sudah tak kuasa lagi saya bendung. Meleleh begitu saja di kedua pelupuk mata.
“Kapan? Kenapa?” tanya saya terbata.
“Kemarin, sepulang mengajar. Motornya ditabrak oleh motor lain yang dikendarai seorang anak SMP!” seorang guru menjelaskan.
“Masya Allah,” pilu rasanya saya mendengarnya.
Cerita pun bergulir tentang kronologis kejadian tragis yang menimpa Ibu Guru Muli. Di akhir ceritanya ibu guru yang menjelaskan berujar,”Kemarin itu Bu Muli sedang berpuasa sunnah….”

***

Subhanallah …
Mom Muli meninggal, dalam keadaan berpuasa.
Mom Muli meninggal sepulang mengajar, mendedikasikan hidupnya untuk mendidik generasi belia. Mentransfer ilmu yang bermanfaat kepada murid-muridnya.
Sungguh! Saya iri padamu, Bu Muli…
T_T
Saya menyaksikan kepergianmu dari dunia yang fana ini dengan cara yang … ahhh … indahnya.
Yang terlukis dari wajah pucatmu yang begitu tenang meski telah terbujur tanpa nyawa ketika ku melihatmu terakhir kalinya siang tadi.

***

Bagaimana denganku kelak ketika tiba waktuku?
Selama ini waktuku habis kudedikasikan untuk apa? Untuk siapa? Huuhuuhuu.
Kematian yang kita tak mungkin bisa lari darinya. Satu misteri hidup yang paling pasti. Yang kedatangannya takkan bisa kita undur barang sedetik pun. Yang meski bersembunyi di lobang semut sekalipun ia tetap akan menemukan kita!
Sudah siapkah saya? Akankah kelak saya meninggalkan segala jejak terindah? Dan menghadapNya dengan penuh sukacita?
Masya Allah…
Selamat jalan, Bu Guru Muli. Kau tahu ku takkan pernah melupakanmu. Ku yakin kini kau telah menemukan kebahagiaan sejatimu di sana, bersama segala tabungan amal jariyahmu…
Allahhummaghfir laha warhamha wa'aafiha wa'fu anha.


pinjam gambar ini dari sini

In memoriam : Ibu Guru Muli, walikelas TK dari kedua anakku Taris dan Fatih.

10.3.12

Dan Andika pun Tertawa...

Saya terhenyak ketika pertama kali melihatnya. Ia tengah terlelap dibuai ayunan yang tergantung di dekat pintu kamar berukuran sekitar 3 x 3 m yang penuh sesak. Kamar yang menjadi tumpuan kematian sementara entah bagi berapa banyak jiwa ketika waktu istirahat tiba. Saya sempat mengutarakan keberatan agar tak perlu mengusiknya jika memang ia sedang tidur. Iba rasanya. Tapi rupanya demi mengapresiasi dan memenuhi keinginan kami, anggota IIDN Makassar yang siang itu mengunjunginya, ibu pengasuhnya ‘tega’ saja mengangkatnya dari buaian.

Dan disanalah ia, dalam gendongan sang ibu pengasuh ketika saya pertama memandangnya. My first sight. Saya tercekat. Seumur hidup baru pernah saya menyaksikan langsung seorang manusia dengan keadaan yang, subhanallah, tak seperti biasanya. Matanya, seperti nyaris tenggelam dalam rongganya! Yang sebelah kanan bahkan saya tak melihat keberadaan pupilnya, sementara mata kirinya pupilnya berwarna keabu-abuan. Sesekali tampak bergerak-gerak seperti halnya jika kita mengarahkan pandangan ke atas-bawah.

Lalu kakinya, bentuknya mengisyaratkan kondisi kelumpuhan, mengecil di bagian bawah. Membuat ia tak bisa berjalan ataupun sekedar duduk sendiri. Benar-benar hanya berharap seseorang menggendongnya untuk mobilitasnya. Seperti saat itu, sang ibu pengasuh memangkunya bersama kami di ruang tamu panti asuhan itu.

Dan cerita pun bergulir. Namanya adalah Andika Putra. Di’titip’kan oleh orangtuanya sekitar 8 tahun lalu di panti asuhan An-nuur, yang terletak di kawasan Rappocini, Makassar. Berarti usia bocah luar biasa ini sekitar delapan tahun. Bila sahabat membayangkan seorang anak delapan tahun, seumuran SD yang sedang aktif-aktifnya berlarian kesana kemari, maka jangan berharap akan melihat hal itu dari Andika. Ia praktis seperti bayi hanya saja memiliki bobot kurang lebih setara dengan anak usia 5 tahun, namun tak mampu berbicara. Jangankan berlari sedangkan duduk sendiri pun tak bisa. Saya membayangkan berarti segala keperluan yang lain pun harus dilakukan persis seperti bayi pula. Makan, minum, mandi, buang hajat. Masya Allah, terbayang betapa sabarnya para pengasuh di panti itu merawatnya!

Belum habis perasaan saya yang campur aduk memandangi Andika, tiba-tiba disela percakapan kami, saya melihat sekilas ia tertawa. Seperti seorang bayi yang ketika bertemu orang lain kemudian tertawa dan tersipu dan bersembunyi memalingkan wajahnya ke arah si penggendong. Satu kali dua kali Andika melakukan itu. Hingga akhirnya ia benar-benar tertawa lepas! Tergelak-gelak bahkan sampai-sampai saya bisa melihat jelas rongga mulutnya hingga batas sebelum tenggorokan, seperti kalau saya sedang mengecek amandel anak-anak saya. Takjub saya dibuatnya.

Hei, Andika adakah hal lucu yang membuatmu sampai tergelak seperti itu? Apakah samar-samar kau bisa menyaksikan kami, merasa geli melihat ketakjuban kami memandangimu seperti ini mungkin? Hanya batin saya yang bisa berkata. Lisan ini tak sanggup mengungkapkan tanya padanya, karena ia takkan menjawabnya langsung untukku.

Doaku agar yang terbaik untukmu, nak Andika, apapun rencana Tuhan menghadirkan dirimu ke fananya dunia ini. Mungkin menjadi penguji bagi kami-kami ini agar lebih mampu menghaturkan syukur ke hadiratNya… Masya Allah!


9.3.12

Tips Kehamilan

Sebagai seorang wanita, alhamdulillah, sepanjang napas saya hingga detik ini, saya telah diberi kesempatan dua kali untuk merasai terbentuknya seorang manusia baru di dalam rahim saya. Hamil. Adalah sebuah pengalaman yang luar biasa ketika seorang wanita diizinkan untuk mengalami keajaiban ini. Menjalani setiap fasenya dari trimester awal hingga 9 bulan sampai akhirnya tiba pada puncaknya, perjuangan bertaruh nyawa!

Bila saya mengenang kedua masa itu, jujur saja seringkali saya merasa menyesal…. dalam artian, saya merasa kurang maksimal menjalani kedua kehamilan tersebut.

Salah satu yang selalu saya sesalkan adalah tentang rumor efek musik klasik pada janin. Tahun 2001, tahun kehamilan pertama saya, tren efek musik klasik mozart pada janin sedang cukup hangat. Dan saya adalah yang termasuk terpengaruh dan memercayai hal itu. Padahal jika merujuk pada penelitian terbaru masa kini, menurut beberapa ahli, sebutlah Jacob Pietschnig, dkk dari University of Vienna, Austria dan juga beberapa peneliti dari Jerman, menyatakan bahwa ternyata hal itu tidak benar. sehingga trendingnya sekarang terutama dari peneliti muslim, tentu saja, kembali ke qur’an. Sungguh menyesal beribu-ribu sesal rasanya karena ketika semasa kehamilan dulu paling hanya sesekali saya memperdengarkan surat yusuf, maryam dan yasin saja pada janin dalam rahim saya. Yah, Alhamdulillah sajalah, untung saya masih mau mendengarkan nasihat ibu saya meskipun alasan beliau sedikit nyentrik yaitu katanya bacalah surat-surat itu agar kelak sang bayi jika lelaki akan setampan nabi yusuf dan jika perempuan akan seperti maryam. Oh la la, mom!

Kemudian sesal yang kedua adalah soal imunisasi kehamilan, konsumsi aneka vitamin hingga susu ibu hamil yang disarankan oleh dokter saya. Ketika itu saya hanya bisa manut saja, menurut patuh, menganggap semua itu memang mutlak harus dilakukan. Nah, sekarang ketika promosi pengobatan herba holistik dan thibbun nabawi menjadi gencar, saya menjadi cukup masygul. Mengapa tidak dari dulu tren ini booming-nya, supaya saya juga bisa merasakannya?

Well,  seperti kata pepatah ‘sesal kemudian tiada berguna’ bukan? Sekarang kedua buah hati saya sudah beranjak besar. Yang bisa saya lakukan hanyalah berusaha untuk menstubtitusi semua hal yang tak saya lakukan dulu semasa kehamilan dan berusaha mengejarnya sekarang ketika mereka sudah di luar rahim saya. Fair enough, I hope J

Maka dari itu, saya ingin berbagi sedikit tips buat sahabat blogger yang sedang berencana untuk hamil atau sedang hamil. Mudah-mudahan berguna dan jangan sampai ada rasa penyesalan seperti yang saya alami.
  1. Perdengarkanlah sebanyak dan sesering mungkin ayat-ayat Tuhan. Kalau bisa yang langsung bukan sekadar dari piranti elektronik. Mungkin diantara sahabat ada yang pernah melihat rekaman janin yang bersujud dalam rahim ketika diperdengarkan al quran? Atau mendengar kisah seorang anak hafal quran di usia dini gara-gara sang ibu selalu aktif membacakan quran selama kehamilan? Nah, tak usah muluk-muluk lah harapan kita, cukup saja pahala bagi kita yang membacanya dan benteng bagi buah hati kita kelak ketika menghadapi dunia yang semakin menggila ini.
  2. Hubungilah praktisi herba atau terapis thibun nabawi lalu mintalah opini kedua soal suplemen-suplemen kehamilan yang baik, yang natural, non kimiawi. Semoga manfaat dan berkahnya semakin bertambah bagi janin.
  3. Perbanyaklah mencari ilmu. Misalnya saja bagi yang belum dan ingin segera hamil, bisa mencari tips cara cepat hamil. Atau bagi yang sedang hamil bisa mencari artikel psikologi tentang cara menjadi orangtua yang baik dan shalih.
  4. Tips terakhir, yang khusus saya tujukan bagi pasangan yang tidak terkategori happily ever after couple ala fairy tale. Karena merupakan kenyataan hidup bahwa tak setiap kehamilan dilingkupi oleh kondisi hubungan yang sempurna antar pasangan. Tak dapat dipungkiri ada banyak keadaan luar biasa bagi seorang wanita bahkan ketika menjalani kehamilan sekalipun, misalnya saja sembari menanti proses perceraian, perselingkuhan ataupun masalah-masalah lainnya. Berpikir positiflah selalu bahwa seperti apapun takdir yang telah digariskan, let’s just save the baby! Jangan karena ego, janin dalam rahim menjadi korban.

duuh matanya! ada yang tau anak lucu siapa ini?

Semoga bermanfaat ^_^

Tulisan ini diikutsertakan pada GiveAway “Pengalaman yang berkaitan dengan kehamilan” oleh Mama Rani.