28.2.13

Doa Khusus Bagi Sepasang Pengantin Baru

my lovely sister n her husband ^^

Bagi sepasang pengantin baru, doa khusus apa yang biasa kamu ucapkan sebagai ucapan selamat? Selamat menempuh hidup baru? Semoga bahagia? Semoga lekas mempunyai momongan? Semoga langgeng sampai kakek-nenek?

Kalau saya, ucapan selamat yang biasa saya haturkan bagi sepasang pengantin baru adalah “Barokallahu lakum wa baroka alaikum, wa jamaa bainakuma fi khair”. Kenapa saya selalu memilih ucapan berbentuk doa khusus tersebut?

26.2.13

Bule Berbatik


Saat ini, adalah sebuah kelaziman orang Indonesia mengenakan batik dalam situasi apa pun. Para murid TK, SD, SMP hingga SMA dari ujung barat sampai timur Indonesia umumnya memiliki sebuah seragam bercorak batik khas sekolah masing-masing. Instansi-instansi hingga perusahaan swasta pun sekarang memiliki hari khusus berbatik. Bahkan kini setiap tanggal 2 Oktober telah dicanangkan sebagai Hari Batik!

UNESCO, sebuah lembaga milik PBB pun telah mengakui batik sebagai salah satu world heritage sejak Oktober 2009 lalu. Bayangkan! Betapa luar biasa perkembangan salah satu jenis kain asli Indonesia ini untuk menjadi acceptable oleh semua kalangan, kapan pun dan di mana pun.

Dengan dikenalnya batik sebagai salah satu kebudayaan luhur Indonesia, pada akhirnya kain tradisional Indonesia ini pun menjadi termasyhur di seluruh dunia. Bukan hanya kemolekan coraknya, tapi juga proses pembuatannya yang unik, terkhusus batik tulis tradisional, menjadi semakin diminati. Kain yang dilukis tangan, hand-made, dengan mengunakan canting yang berisi lilin cair atau seringkali disebut malam ini, sekarang kian sering menjadi tujuan wisata budaya. Banyak pelancong tertarik untuk menjajal keahlian yang tidak sembarang dimiliki orang ini. Sebuah keterampilan istimewa yang bahkan pada zaman dahulu konon untuk menciptakan selembar kain batik, seseorang sampai harus melalui ritual khusus terlebih dahulu!

Kalau dulunya batik identik dengan jarik simbah, kini batik seringkali hadir di tengah pesta mewah. Kalau dulunya batik sekadar dilirik jadi daster, sekarang batik dielu oleh para superstar! Tak tanggung-tanggung, superstarnya pun kelas dunia.

Bule berbatik? Ya! Sebut saja, the one and only Harry Potter alias Daniel Radcliffe. Ia pernah tertangkap kamera tengah mengenakan batik. Kemudian sederet selebritis lain seperti, Reese Whiterspoon, Jessica Alba, Paris Hilton, Rachel Bilson, Heidi Klum, dan Nicole Richie. Mereka semua pernah mengenakan batik dalam berbagai corak dan beraneka model. Bahkan Drew Barrymore sempat tertangkap kamera tengah memakai tas batik! Wow, bule-bule itu sungguh berbatik! Berarti satu lagi bukti tak terbantahkan betapa mendunianya batik sekarang, bukan?

22.2.13

A Street Cat Named Bob : A Book by James Bowen


Judul : A Street Cat Named Bob
Penulis : James Bowen
Penerbit (terjemahan) : PT Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 318 halaman
ISBN  : 978-979-024-393-4

Sinopsis

A Street Cat Named Bob adalah sebuah novelisasi kisah nyata. Kisah nyata mengenai kehidupan seorang pemuda bernama James Bowen bersama kucingnya, Bob. Bob masuk dalam kehidupan James ‘tanpa disengaja’. Tanpa diundang, pada suatu sore, tiba-tiba saja Bob, si kucing jantan berbulu jingga itu, tampak bergelung santai di atas salah satu keset di pondokan tempat James tinggal di wilayah London. Tadinya James ragu apakah ia hendak memelihara Bob atau tidak, mengingat ketidakjelasan identitas Bob, apakah ia kucing peliharaan yang kabur ataukah kucing jalanan biasa saja. Namun setelah berupaya mencari pemilik Bob –yang mana hasilnya semua nihil– dan juga memberi kebebasan pada  Bob –terserah apakah ia ingin tinggal atau pergi–, akhirnya secara resmi James memelihara Bob.

(Insert : Menarik menerjemahkan kata “resmi memelihara hewan” versi negeri Inggris ini. Di sana mereka bersedia repot-repot untuk membasmi kutu yang ada di badan si kucing secara medis, mengebirinya, serta menanam microchip yang berisi identitas si kucing. Sepertinya mudah saja menemukan klinik hewan beserta para petugasnya di sana untuk segala keperluan tersebut. Ahh … betapa sangat melegakannya, ya?)

Harus kuakui, Bob ini memang memesona.
Saya membeli buku ini awalnya juga karena  kepincut covernya hehehe

20.2.13

Pengalaman Pertama Diwawancara Wartawan


Ditanya-tanya oleh wartawan, eh apa istilahnya – wawancara– ya, meski melalui telepon, meski super singkat dan cukup noisy, maksudnya penerimaan sinyal suara agak-agak mengganggu di kuping, itu adalah sebuah pengalaman yang cukup ‘wah’ buat saya. Maklumlah, ini adalah pengalaman pertama diwawancara wartawan, first time, jadi sedikit norak-norak bergembira begitu (buktinya sampai saya buatkan postingan segala di sini hehehe).

Adalah Senin sore yang lalu, tiba-tiba hape saya berdering tanpa sempat saya angkat. Saya tilik rupanya dari nomor yang tidak saya kenal. Belum lagi pikiran saya menelaah lebih jauh, sebuah pesan singkat keburu masuk yang isinya, intinya, menyatakan bahwa yang barusan menghubungi adalah wartawan dari sebuah koran di Makassar. Beliau minta saya mengangkat teleponnya. Okey.

Tentu saja tidak ada asap kalau tak ada api. Bukan ujug-ujug ada yang berminat mewawancara saya jika tak ada sebabnya, memangnya saya ini siapa :D. Saya yakin ini pasti gara-gara pagi harinya saya baru saja menerima hadiah atas kemenangan saya di lomba blog SuperSpeedy oleh Telkom Indonesia. Itu lho, cerpen fanfiction saya soal Kapten Zeen itu, sudah pada baca belum?

Nah, pagi harinya saya diundang ke gedung Telkom Makassar di Jalan Pettarani No. 2, atau seringkali orang-orang menyebutnya gedung putih, untuk menerima hadiah dari lomba tersebut. Nggak tanggung-tanggung, kawan, yang menyerahkan langsung adalah GM Telkom Sulsel, Bapak Firmansyah. What an honour for me. Kenapa an honour? Yeah, karena seperti yang dilansir oleh salah satu koran lokal yang sempat mewawancara saya itu yang katanya, ‘jangan remehkan ibu rumah tangga…’ Hmmmm …

Pas sudah di rumah, saya sempat kepikiran gini,
'eh waktu difoto kenapa saya menghadap kamera sih, ntar jadinya nggak alami dong'
Ehh, tau-taunya emang semua juga madep kamera hihihi

18.2.13

Menulis itu Ibarat Mengulur Pancing di Segara Tinta


Menulis itu, ibarat mengulur pancing di segara tinta. Sebagai penulis amatir, sungguh besar harapan saya agar karya-karya yang saya hasilkan bisa ikut meramaikan semesta raya dunia kepenulisan. Menganalogikan diri saya sebagai nelayan yang melaut di samudera, menebar pancing menjala ikan, demikian pula yang saya pikir harus saya lakukan. Atas tulisan-tulisan yang telah berhasil saya produksi, saya ibaratkan sebagai umpan, maka yang perlu saya lakukan adalah mengaitkannya di ujung kail untuk kemudian melemparkannya ke segara, segara tinta. Segara tinta yang saya maksud tentu saja adalah penerbit maupun media. 

sumber foto : fanspage Indonesian Photography

Lalu setelah itu apa? Tentunya menunggu. Menunggu apakah umpan yang saya tebar itu akan disambar oleh ikan-ikan yang saya incar. Apakah begitu saja? Ya, kurang lebih seperti itulah. Karena saya tak pernah tahu seperti apa garis nasib tulisan-tulisan yang saya buat itu. Erat kaitan dengan jalan rezeki saya? Ya, tentu saja, tak perlu diragukan lagi.

Sekali sebuah tulisan diumpankan, maka yang bisa saya lakukan hanya menunggu. Persis seperti seorang pemancing menunggui kail. Hanya bedanya, proses menunggui sebuah tulisan menemukan ikan yang tepat tidak sesingkat waktu yang dibutuhkan seorang pemancing betulan untuk mendapatkan ikan. Terkadang seminggu umpan berhasil disambar ikan, namun kadang butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan berakhir tragis, tidak ada ikan yang bersedia memakan umpan!

Jika demikian lantas bagaimana? Ya tak apa-apa. Ada berjuta-juta ikan menghuni segara, pasti akan ada satu yang lapar dan mau menerima umpanan kita. Jika pun hal itu terjadi usah frustasi apalagi berputus asa, periksa kembali umpannya, mungkin saja salah sasaran. Berharap memancing kakap tapi kita mengumpan cacing, ya nggak nyambung kali cing!

So, just keep write and don’t give up!

#NTMS

16.2.13

Pilihan yang Aneh Untuk Menyambung Hidup


Sudah dua kali dalam kurun waktu 6 bulan sejak pertengahan tahun lalu, saya menemukan sebuah ‘hadiah tak bertuan’ di pagi hari. Bentuknya kecil terbungkus rapi, terselip di sela rerumput di luar pagar rumah. Namun itu sudah cukup menyolok untuk tertangkap retina saya dengan mudah. Hati saya menghela sembari berkata, sungguh pilihan yang aneh untuk menyambung hidup. Yap, karena saya tahu persis itu apa!



Entah siapa orangnya yang semalam dengan sengaja meletakkan bungkusan mungil itu di sana. Yang pasti, hal tersebut lumayan menggentarkan hati. Betapa tidak, siapa pun dia niatnya sudah tak baik, hendak menipu. Dan dari cara meletakkannya, berarti sedikit banyak dia tahu kebiasaan saya di pagi hari. Karena saya perhatikan tetangga kanan kiri, tak semua mendapat ‘hadiah’ tersebut (saya tahu karena pintu pagar tetangga masih tampak terkunci). Apakah selama ini saya pernah diamatinya dari jauh? Hiiyy…

Terlepas dari niat tak baik siapa pun itu, cukup menarik mengamati perkembangan orang-orang ini dalam menjalankan aksinya. Saya masih ingat beberapa tahun lalu ketika pertama kali menemukan ‘hadiah’ semacam ini. Waktu itu, bentuknya hanya berupa secarik kertas kecil yang digeletakkan begitu saja di depan pagar. Nah, sekarang mereka memasukkan kertas-kertas tersebut ke dalam plastik kecil. Entahlah. Mungkin karena mereka mulai memperhitungkan faktor cuaca? Atau mungkin, sekiranya tidak diambil orang umpanan itu, maka mereka masih bisa mengambilnya kembali nanti. Lumayan kan jika bisa disebarkan di tempat lain. Waduh, ini berarti mereka akan ‘patroli’ lagi nanti? Hiiyy…

Selain inovasi bungkus plastik itu, di dalamnya kini bahkan dilengkapi dengan surat dari kepolisian segala. Ditambah pula ada semacam kartu nama yang dicetak khusus bukan sekadar fotocopy-an. Ckckck, sungguh saya geleng-geleng kepala. Serius benar-benar orang-orang ini, ya!



“Kebaikan akan kalah oleh kejahatan yang terorganisir”  (Ali bin Abu Thalib)

Tidak berlebihan nasihat bijak salah seorang sahabat Rasul tadi. Menilik cara kerja komplotan penipu seperti yang saya sebut di atas, sudah tentu mereka itu professional. Artinya memang itulah pekerjaan mereka, cara mereka menjaring rezeki, meski bagi saya bagaimana pun hal itu benar-benar menjadi pilihan yang aneh untuk menyambung hidup.

Sedih dan miris rasanya. Apalagi mengingat betapa bagusnya selebaran yang mereka tebar di mana-mana, wah, itu kan pasti butuh modal. Kenapa tidak terpikir untuk menjemput rezeki di jalan yang lurus saja, ya? Dijadikan modal untuk berdagang misalnya? Ahh … entahlah. Sungguh pilihan yang aneh untuk menyambung hidup.

15.2.13

Enaknya Jadi Dia



Enaknya jadi dia
Kulitnya bening seperti kaca, pasangannya tergila-gila

Enaknya jadi dia
Karirnya cemerlang, uangnya segudang

Enaknya jadi dia
Tiap saat bolak-balik ke luar negeri, liburan tiada henti

Enaknya jadi dia
Rumahnya besar, mobil mewah plus sopir tinggal minta antar

Enaknya jadi dia.... bla bla bla

Benarkah enak jadi dia? Sementara setiap yang hidup memiliki takdir sendiri-sendiri. Istimewa seunik DNA. Ada susah ada bahagia. Ada tangis ada tawa. Ada suka ada nestapa.

Siapa yang tahu di balik yang kita pikir enak tersembunyi lara? Bukan, tentu ini bukan sebentuk doa. Hanya sepenggal catatan untuk hati, agar senantiasa ingat diri. Tiada guna mengira orang lain lebih beruntung dari kita hanya karena apa yang mereka miliki sementara kita tidak.

Tidakkah kau ingat bahwa Tuhan tak menyaksi fisik namun takwamu?

Tidakkah kau ingat bahwa Tuhan akan mengujimu untuk melihat seberapa sungguh percayamu?

Dan tidakkah kau ingat nikmatNya yang mana lagi yang kau dustakan?

14.2.13

Wanita Atau Perempuan?


Kamu wanita? Atau perempuan? Wanita atau perempuan? Dengan kata apa kamu lebih suka disebut? Saya pribadi, apa saja, asal dipastikan label yang mengikut di belakangnya adalah baik. Misalnya, perempuan blogger, wanita suka nulis, perempuan sayang anak, wanita penyuka coklat. Begitu. Semua kedengaran bagus-bagus saja di kuping saya. Menurutmu?

sumber foto : http://khaulahmuslimah.blogspot.com

Menarik membincang kedua kata tersebut, wanita atau perempuan? Meski sejatinya  (menurut saya) keduanya memiliki makna yang sama saja yaitu satu dari dua jenis makhluk bernama manusia ciptaan Tuhan, benar? Wanita atau perempuan, itu hanya permainan bahasa semata, sinonim. Namun semakin canggih dunia, terkadang kita justru senang kian meruwetkan kehidupan. Wanita atau perempuan, kenapa mesti diperdebatkan (sejak sekitar satu dekade lalu)? Seolah kompleksitas masalah lain yang lebih urgen masih kurang banyak saja.

Ada yang bilang sebutan perempuan itu lebih mulia ketimbang wanita (kata seseorang di televisi beberapa tahun lalu). Apa iya, batin saya. Karena wanita itu berarti wani ditoto-toto (Jawa, berani diatur-atur) sementara perempuan bermakna empu (tuan), kata seseorang lainnya juga di televisi beberapa waktu lalu. Nah, tinggal saya yang jadi geli sambil sedikit sarkas, katanya berjiwa nasionalis kok malah masih bawa-bawa makna bahasa daerah sih! Padahal andai saja seseorang itu melihat kamus bahasa Indonesia dan mencari tahu bagaimana kata wanita, perempuan, dan empu diartikan di sana, kira-kira apa ya reaksinya?

wanita
n perempuan dewasa

perempuan
n  1 orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan meyusui; wanita; 2 istri; bini

empuan
kl n perempuan: engku (tengku) ~, sebutan istri raja
(sumber : KBBI)

Intinya mbulet, berputar-putar disitu-situ saja karena memang artinya sama. Menurut saya lho.  Lebih aneh lagi (bagi saya) ketika kata-kata itu dihubung-hubungkan dengan isu kesetaraan gender, feminisme, hingga emansisapi eh sipasi. Wes, mbuh lah…. Pikirno dewe, mumet aku :D

Btw, saya jadi terpikir ketika pemaknaan penyebutan semacam ini mengemuka beberapa tahun lalu, bagaimana ya perasaan pemilik-pemilik merek yang menggunakan label ‘wanita’? Sebut saja tabloid ‘Wanita Indonesia’. Nah lho! Saya yakin mereka tidak setuju. Karena kalau setuju sekarang brand tersebut pasti sudah jadi ‘Perempuan Indonesia’ hehehe.

Well, tidak bisakah kita memandang kedua kata itu, wanita atau perempuan, murni sebagai bahasa Indonesia biasa saja, seperti halnya kata pria dan lelaki? Tak usahlah ditendensi apa-apa. Adapun predikat-predikat buruk semacam wanita tunasusila, perempuan panggilan, and whatsoever, itu kan lekatan yang bisa dirangkaikan pada sebutan mana saja. Atau daripada demikian repot pakai saja bahasa asing, nisaa’ (Arab) mungkin, atau woman/lady (English). Bagaimana?

PS : Cuma sebuah pemikiran saya yang basi, no hurt feeling yaa J

7.2.13

KiwiLove, Ada Kejutan dalam Buah Kiwi!


Selalu ada kejutan setiap kali saya memotong buah kiwi. Pola di bagian tengah buahnya itu, lho, mendebarkan! (lebay… lebay….) Eh, tapi ini serius. Rasa-rasanya tidak ada pola bagian tengah buah kiwi yang sama. Kalau kamu pernah memotong kiwi, apakah kamu memperhatikan dan menyadarinya? Memang benar, kan? Tidak ada yang sama. Kadang bentuknya bulat tak beraturan, tidak membentuk pola tertentu. Tapi kadang polanya lucu, dan mengilusikan sesuatu.

Katanya nama 'kiwi' itu diambil dari nama sejenis burung asal Selandia Baru.
Dan kata penelitian kiwi itu mengandung vit C dosis tinggi bahkan lebih banyak dari buah jeruk. So, bagus buat pencernaan dan juga kesehatan kulit (kesehatan dompet? ah, lupakan!). Katanya lho yaa... 

Contohnya beberapa waktu lalu. Ceritanya saya sedang hendak menggarnis hasil ujicoba brownis ketan hitam (I’ll make another post about it later). Berhubung rada bingung mau dihias pake apa, untuk keperluan foto tentu saja, maka akhirnya saya pun menggeledah isi kulkas. Lha ndilalah ada si kiwi ini. Kamu jangan berpikir saya sok impor-importan, beli kok buah kiwi mbok yang lain, gitu ya, karena sungguh saya tidak bermaksud demikian. Ketika itu di tokonya lagi diskon. Lumayanlah sekali-sekali beli. Karena kalau tidak diskon, harga buah kiwi itu…..ckckck! Bikin melongo! Jadi kepikir, emang di Indonesia nggak bisa ditanam ya itu buah? Biar agak murahlah. Toh sumber daya juga melimpah. Sama juga kayak itu kasus soal harga sapi bukan perah. Ga usah impor segala apa iya nggak bisa sih, yah? (Nahh… jangan mulai, jangan mulaiii!!!)

Eh, tadi sebenernya saya lagi ngomong apa ya? Kok jadi ngelantur kemana-mana -_-“
Ah, iya, dan ketemulah buah kiwi itu di kulkas. Lalu saya kupas. Lalu saya potong-potong sembari menduga-duga, kira-kira ‘gambar’ apa ya di dalamnya? Dan ternyata…. Voila! Kiwinya berbentuk cinta, kiwilove! Awww, manisnyaaa!

Wah, kian semangatlah saya menggarnis si brownis. Akhirnya saya geledah lagi kulkas, dan ketemu pula jeruk dan wortel. Maka terciptalah tulisan I (kiwi)Love You …


Hmmmm, kiwi, kiwi, memang selalu ada kejutan di setiap potonganmu…

Cinta Segitiga! Hahaha...