28.12.11

Vetsin, vitsin, pecin, mecin … whatever!

“Saya minta yang paling enak!” bentak seorang lelaki berpenampilan sangar sembari menggebrak meja. Setting lokasinya di sebuah warung makan ketika si lelaki itu sedang memesan makanan. Ada yang masih ingat dengan iklan itu??? Ha ha ha.

Intinya adalah MSG, monosodium glutamat. Si kecil bening yang rasanya mengguncang dunia. Dengan modal beberapa ratus perak (rupiah maksudnya) mampu menggurihkan sepanci masakan, apapun judulnya. Iya kan, mommies?

Memang sih masih kontroversi dampak negatif dari MSG ini. Saking kontroversinya bahkan saya dan suami saya pun beda pendapat soal ini. Kalau saya berada di kubu anti-MSG, suami saya berada di kubu yang berkata, “Ah, mana bukti ilmiahnya kalau MSG itu berbahaya. Wong bahan dasarnya tebu kok sama seperti gula.” Dan saya pun mati kutu tak tahu mau menyanggah apa, he he he.

Kalau untuk saya pribadi MSG bisa cukup dahsyat efeknya. Kepala saya terkadang jadi sakit setelah mengkonsumsi makanan yang ber-MSG tinggi. Beberapa tahun lalu efek ini benar-benar sangat mengganggu. Saya harus berbaring dan kadang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit untuk menghilangkan efek sakit kepalanya. Mungkinkah ini yang disebut sindrom restoran china akibat MSG ini? Entahlah. Yang pasti gara-gara MSG saya jadi banyak menelan obat berbahan kimia. Beruntung sekarang ini sudah ada yang namanya habatussauda oil, jadi jika kebetulan saya terkena sindrom ini jadinya tidak terlalu merasa berdosa lagi karena penawarnya alami *melet*.
 
Yang jelas setelah sekarang saya menjadi ibu rumahtangga saya berusaha untuk tidak tergantung dengan pesona MSG. Bukan berarti lantas tiap hari saya harus memasak menu daging terus. Ada kok cara sederhana untuk memperoleh citarasa gurih yang meat-like seperti si MSG ini. Yaitu campurkan sedikit gula pasir dalam masakan mommies, dengan komposisi yang tepat masakan akan tetap yummy rasanya. Tanyakan saja ke ibu saya. Beliau hampir seumur karirnya menjadi koki rumahtangga kalau masak tak pernah menggunakan MSG termasuk kaldu bubuk instant lho ya! Dan hebatnya masakannya … hmmmm jangan tanya, dijamin sedap tiada duanya! Saya saja tak bisa menyaingi … *malu*

So? Ahh, pada akhirnya pilihan akan kembali pada masing-masing. Tapi kalau kata adik saya, Annisa si calon drg itu, “Usahakan jika memasak di rumah tak usahlah pakai MSG, cukup sudah ketika diluar kita mengkonsumsi jajanan yang hampir seluruhnya berMSG, kalau di rumah makan makanan sehatlah.”  *kedip mata*

Yeah apapun pilihanmu, satu hal yang pasti adalah jagalah kesehatan selalu dimanapun berada. Karena kesehatan adalah nikmat yang kadang sering diremehkan, baru terasa ketika tubuh sudah sakit. Naudzubillah, jangan sampai deh! Okey ….. ^_^

5 komentar:

  1. mau MSG apa anti MSG itu pilihan

    dan setiap pilihan pasti punya dasar masing2
    happy blogging gan

    BalasHapus
  2. yups benar, itu pilihan...
    :)

    BalasHapus
  3. baru2 ini kebetulan nonton acara memasak lokal, ternyata chef sini juga pakai msg untuk masakan asia. dan msg juga diperbolehkan untuk dijual bebas di toko oriental, padahal belanda peraturan pengontrolan makanan sangat ketat. mungkin memang karena belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa zat yang satu ini membahayakan. tapi mungkin juga reaksi tubuh masing2 memang berbeda terhadap tiap unsur makanan. contohnya ada yang alergi seafood, kacang, susu, dsb. mungkin Icha tergolong yg alergi terhadap msg, mungkin loh :)

    keluargaku sendiri dari dulu memang ga pernah pake msg murni, paling top ya pakai royco yg notabene masih mengandung sedikit msg. tapi jepang saja, negara paling sehat di dunia, memperbolehkan penggunaan msg untuk makanan, walaupun kadarnya dikontrol, bukan diedarkan dalam bentuk murni. di sana msg sudah dicampur ke dalam garam, jadi ga bisa dipakai berlebikan, otherwise bakal jadi keasinan. di indo kita juga punya garam jenis ini. kalo ga salah garam gurih namanya.

    menurut aku sih itu tergolong reaksi tubuh masing2, dan juga kalaupun ada yang memilih untuk mengkonsumsi msg sebaiknya ga secara berlebihan. yaaa.... semua yang berlebihan memang ga pernah baik kan? too much love aja can kill you, apalagi too much msg, hehehe....

    BalasHapus
  4. Setuju.
    Saya sebenarnya pingin posting ttg MSG tapi keduluan sama Marisa
    #mana buktinya kalau mau posting? hehehe#

    BalasHapus
  5. @friska : saya suka analoginya antara too much msg with too much love, sama-sama will kill you ya, ha ha ha

    @k'niar : ha ha ha, bisa aja k'niar gpp lah posting aja kak ;p

    BalasHapus