Menulis itu
menyenangkan. Tidak bagi semua orang namun setidaknya beberapa orang pasti akan
mengangguk sepakat. Itu adalah kalimat pembuka postingan saya beberapa waktu
lalu di sini. Ada yang masih ingat? -__-“
Karya tulis itu
khas (seharusnya). Semacam menjadi ciri khusus bagi yang menulisnya
(seharusnya). Well, meskipun sedikit banyak akan ada satu atau beberapa hal
yang memengaruhi cara menulis seseorang. Seperti misalnya pengaruh buku yang
baru saja dibaca.
Oke, sebagai
sebuah pengakuan, saya baru saja selesai membaca buku ‘MY STUPID BOSS’. Tidak
selesai 100% sih soalnya di bagian halaman yang berwarna abu-abu muda (yang
berisi rekaman interaksi media sosial penulis – penggemar) hampir seluruhnya
saya lewati.
Kenapa saya
memilih membeli buku ini? Penasaran, kata orang lucu … Dan saya sedang butuh
banyak tertawa. Maka ketika saya berkeliling di bagian novel di gramedia, saya
carilah buku MSB ini. Dan saya kaget, eh ternyata ada beberapa seri ya (ya
ampun ke mana aja kamu, bu!). So, terjadilah proses dipilih-dipilih itu. Saya
harus pilih satu buku saja karena dana memang disiapkan untuk satu buku saja
ketika itu. Dan dengan pedenya saya memilih satu, dengan asumsi itu buku
pertamanya. Yap, ceritanya saya menyasar buku pertamanya, untuk cari aman,
takut tidak sesuai harapan (menjadi sifat saya, suka tidak percaya namanya
sekuel hehehe). Nah, ketika di rumah, anak saya membaca judul buku pilihan saya
lalu dia tanya, “Lho, kenapa Ummi beli buku My Stupid Boss 4? Emang Ummi sudah
baca yang lain?”
Haaaahh?!! Saya
langsung lihat sampul buku itu. Ealaaahh … iya ya kok tadi waktu di gramedia
saya benar-benar tidak bisa mengidentifikasi angka 4 itu di sampulnya sih?
Mungkin karena jenis hurufnya meliuk-liuk kali ya? Atau memang sayanya saja! Nah,
di sini saya kaget lagi, eh sudah sampai seri ke-4 rupanya. Wah, berarti buku
ini benar-benar hebat nih! Begitu kira-kira pikiran saya.
So, I read …
Beberapa halaman
… okay, memang lucu. Menghibur. Saya langsung serasa dejavu dengan suatu masa
ketika saya kecil sedang membaca serial Lupus. Saya bukan pekerja kantor tapi
sungguh bisa merasakan kelucuan-kelucuannya. Beberapa sanggup membuat saya
tertawa geli. Beberapa lagi, kadang saya bingung lucunya di mana (duh parah ya
sense of humor saya ;p)…
Over all, buku
MSB 4 ini bagus, tapi saya tidak sedang di posisi mereview isi buku, jadi kalau
kawan penasaran silakan beli/pinjem sendiri aja ya. Lagipula buku bergenre
komedi semacam ini saya pikir akan sangat sulit untuk diresensi…
Sampai di
pertengahan buku, saya menjadi cukup galau #halah. Tapi serius, saya jadi agak
gamang. Apalagi beberapa waktu lalu saya baru saja membuat tulisan tentang
bahasa Indonesia yang baku untuk penulisan karya-karya semacam novel (kecuali
untuk menuliskan bagian percakapannya tentu saja). Lha ini, kok sepertinya
berlawanan dengan semua itu ya? Bagaimana saya tidak galau -__-
Untungnya di
buku MSB 4 ini bersitan pertanyaan saya tersebut tuntas terjawab (yah,
sepertinya maka dari itulah saya ‘diharuskan’ membeli seri terakhir MSB ini ya,
‘accidently’). Chaos@work, sang penulisnya, sempat menceritakan tentang gaya
menulisnya yang memang seperti itu, tidak menggunakan bahasa yang ehm baku.
Saya sempat berkomentar dalam batin … enaknyaaaa menjadi seperti dirimu, Kak.
Just write, tanpa perlu buka-buka kamus or thesaurus or apalah hehehe. Tapi yah
itulah justru yang menjadi ciri khas beliau ya?
Pas bukunya
hampir selesai saya baca …
Klik! Tiba-tiba
saya teringat sesuatu. Buru-buru saya mencarinya di antara tumpukan buku di
rak. Dan, kawan tahu .. dugaan saya tepat! Penerbitnya sama persis! Itu lho
buku Tuilet yang pernah saya ceritakan di sini. Kalau dipikir-pikir ternyata
belakangan ini saya justru menjadi pelanggan setia penerbit yang satu itu ya :D
Kalau di buku
yang itu tentang penulis sungguh tak tertulis, di MSB setidaknya ada petunjuk
tentang penulis. Lagipula beliau seorang blogger (jangan-jangan salah satu
kawan blog saya lagi!!!) bisalah dilacak blognya (gayaku!). Lagipula saya
memahami tentang mengapa identitas kakak penulis dirahasiakan. Karena apa yang
ditulis adalah based on true story. Terbukti dari genre buku MSB ini adalah Nonfiksi
Komedi (ini termasuk satu dari sekian hal yang baru saya tahu, ada ya ternyata
genre begitu ;p) meskipun pada kenyataannya saya mendapatinya di deretan rak
novel hehehe.
Jadi kembali ke
kegalauan saya tentang penggunaan bahasa dalam sebuah karya, yah … ternyata
pada akhirnya semua kembali kepada selera dan juga jalan rezeki kali ya? J
Ya sudah. Yang
penting kembali kepada menunjuk pada diri saya sendiri, teruslah mengasah
kemampuan diri dan berkaryaaaa, itu yang utama, ya kan …
Oh iya, satu hal
terakhir yang cukup membuat saya merasa gimanaaa gitu, masih permasalahan
penggunaan bahasa, kalau saya cermati penggunaan dan penulisan bahasa
inggrisnya kakak chaos@work dalam buku MSB bagus banget ^_^. Saya hanya agak
berkerut jidat ketika membaca kata, NEVA, EVA dan WHATSOEVA saja, sebelum
akhirnya terbahak-bahak demi mengetahui asal katanya. (Eh tapi bener kan
tebakan saya bahwa kata-kata itu maksudnya adalah never, ever dan whatsoever
kan?)
note : postingan ini cukup panjang, mudah-mudahan ada yang betah membacanya ;p
Aku baca MSB, dari yang tiga dulu hehe. :D
BalasHapusLucu tapi entah kenapa menurutku ada part yang, heh, ini lucunya part mana sih, ahahaha maklum selera humorku gak bagus. :D
Aku betah kok, aku baca ampe abis :p
*bagi seratus ribuuu*
persis sama kayak aku, una ..
Hapusbeberapa kali bingung ini yang lucu dimanaa
xixi ternyata selera humor kita sama ya :D
banyak yang bilang buku ini megnhibur, tapi saya belum baca satupun dari sekuel buku ini. Saya baca postingan ini sampai tuntas kok, Mbak. ini masih tidak lebih panjang dari novel karya Tere Liye yang biasa saya baca. Hehehe....
BalasHapus# masih berburu novel Tere Liye yang Amelia dan juga Berjuta Rasanya
waahh saya baru punya yang angpao ... itupun bacanya ga 100 %. udah keburu tau akhirnya ;p
Hapushmm saya blum pernah baca kak...ckckck mines kali sampe liukan angka 4nya kagak keliatan kak, ckckck#geleng2 prihatin...
BalasHapusspakat sama anisabila....buku mas tere liye masih kalah panjng, jadi kak icha tenang aja...no problemo...
serius, uty ... ku kira itu tulisan 21 malahan lho :D parahku!
Hapuseh maksudmu abi sabila kali ya :D
btw, sa baru tau kalo tere liye itu lelaki
--"