25.5.12

Risablogedia | Have Fun With 'Bahasa Indonesia'


gambar diambil dari google

Menulis itu menyenangkan. Tidak bagi semua orang namun setidaknya beberapa orang pasti akan mengangguk sepakat. Terkadang mampu membantu menghalau galau yang meradang. Terlebih lagi bagi orang-orang yang jarang berbicara, pendiam.

Tapi bahkan terkadang seorang penulis pun sering kehilangan kelincahan tarian jemarinya, semisal ketika patah hati,,, patah pula penanya. Semacam itulah.

Sebenarnya saya mau posting apa sih ini?
--“
Baiklah, let’s just make it simple…

Dalam dunia kepenulisan, salah satu hal yang saya berhasil pahami adalah adanya standar kata yang baku. Berhubung bahasa induk saya adalah bahasa Indonesia, tentunya acuannya adalah pada KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Memang sih dalam sebuah tulisan tidak semua harus baku. Apalagi ‘hanya’ untuk sebuah blog pribadi. Justru sentuhan personal terkadang akan sangat mencairkan suasana dan membentuk karakter serta ciri khas si blog itu sendiri. Namun entah mengapa setiap kali saya menulis, saya selalu seperti ini, cenderung baku. Kebiasaankah atau bagaimana saya sendiri tak mengerti. Tapi jujur saja, pernah tebersit di benak saya setidaknya kalau tulisan-tulisan saya cenderung menggunakan bahasa baku, ketika andaikata ada orang asing yang penasaran dan mencoba menerjemahkannya ke dalam bahasa mereka, kan jadi mudah *plakkk!!*

Salah satu alasan lain saya lebih nyaman menggunakan bahasa baku dalam tulisan adalah karena dalam percakapan sehari-hari saya sudah menggunakan bahasa campur aduk aneka logat daerah. Aturan saya ketika bicara adalah asalkan lawan bicara saya mengerti. Makanya dalam tulisan saya berusaha untuk menampilkan bahasa Indonesia yang normal. Selain itu, saya sedang belajar untuk pada akhirnya bisa menghasilkan tulisan-tulisan panjang semisal novel best seller *uhukk!* yang mana biasanya syarat yang diminta oleh penerbit adalah tulisan harus baku. Yup, makanya saya membiasakan diri dan akhirnya cukup memengaruhi cara menulis saya diii mana pun.

Kawan tahu tidak, niat awal saya membuat postingan ini sebenarnya adalah untuk segera mencabut kehiatusan blog saya tercinta belakangan ini. Tadinya saya cuma ingin menulis tips ringan seputar kata-kata baku saja, tapi kok jadi keterusan begini ya?

Pertama kali saya belajar menulis saya pun terkadang tak peduli, menulis ya menulis saja. Eksperimen kata sesukanya. Namun belakangan ini saya selalu mengecek kata-kata yang saya pilih apakah ada dalam kamus atau tidak, persis seperti kuis main kata di televisi itu. Nah, dalam rangka berbagi sedikit hal yang saya tahu, —ilmu yang baik itu sesedikit apapun paling bagus ketika dibagi kan?—berikut ini saya bocorkan beberapa kata yang biasa menjadi common-mistakes bagi orang-orang yang sedang belajar menulis, macam awak ini lah J

  • UBAH

Pernah tidak kawan menemukan kalimat seperti ini, “Kamulah yang harus merubah sendiri keadaan itu!”
Kata dasarnya ubah, dear, bukan rubah, jadinya mengubah ya jangan merubah lagi. Rubah kan kata benda bukan kata kerja hehehe.

  • PIKIR

“Saya tak bisa berfikir lagi!”
Nah, nyaris tak terasa tapi besar bedanya, lho. Coba deh cek kata fikir di pojok kanan atas beranda blog saya, tempat Kamus Bahasa Risa bertengger. Pasti nggak akan ditemukan artinya. Karena bentuk bakunya pikir bukan fikir.

  • EMBUS dan NAPAS

“Saya menghembuskan nafas lega.”
Di mana kelirunya? Yang baku adalah ‘embus’ dan ‘napas’. Jadi, saya mengembuskan napas lega. Nggak percaya? Cek lagi saja pojok kanan atas beranda blog saya, hehehe.

  • SEKADAR

“Saya hanya sekedar bercanda, kok!”
Nyaris tak terdeteksi! Apalagi bila diucapkan dengan cepat. Padahal, coba deh dicek di … yup, kau tahulah di mana, hahaha, yang baku penulisannya ya –sekadarJ

And so many more (kebayang njelimetnya tugas para editor, ya). Saya sendiri pun masih belajar. Yuk, sama-sama belajar.

Kawan tahu tak, saya punya pendapat pribadi, sebuah novel itu romansanya akan semakin kental terasa manakala para lakonnya menggunakan bahasa yang baku, lho. Tengok saja novel-novel terjemahan, baku-baku semua bahasanya hehehe. Kecuali novel-novel yang ngocol tentu saja. Tapi itu hanya pendapat pribadi saya saja, ding. What do you think?

5 komentar:

  1. Aku kira bahasa baku tuh bahasa resmi yang biasa digunakan untuk situasi formal seperti surat, dll.
    Menurutku novel bahasanya santai tapi kata-katanya baku. Bukan bahasa baku. :D
    Nggak tahu tapi hihi~

    BalasHapus
  2. Gitu yah, una ... :))
    waduh kalo iya berarti saya salah istilah nih ;p

    BalasHapus
  3. Hm ... masalah istilah .. saya juga berpikir seperti Icha: bahasa baku. Yaa, sama kayak Icha seperti itu gaya saya .. berhubung orang2 bakal sulit ngerti kalo saya pakai dialek Makassar, dan saya mau belajar menulis sesuai kaidah bahasa biar bisa makin lancar ikut2 lomba2 menulis di mana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. :D
      asal jangan bahasa kaku aja deh kak ya ;p

      Hapus
  4. terimakasih sudah mengingatkan, harus belajar eyd lagi nih..

    BalasHapus