5.2.12

Kisah Sopir Taksi Baru

sumber gambar disini

Okey… Jadi begini ceritanya, siang ini sepulang dari belbul (belanja bulanan), saya dan keluarga dengan tangan penuh tentengan kantong belanjaan menuju sebuah taksi yang terparkir di tepi jalan. Sopirnya sumringah ketika tahu kalau kami hendak menggunakan jasanya. Ia membukakan pintu lalu bergegas membukakan bagasi demi melihat barang bawaan kami yang cukup lumayan. Setelah itu kami duduk dan seperti prosedur biasa, menyebutkan lokasi tujuan kami. Biasanya setelah tujuan disebut seorang sopir taksi akan mengaktifkan hitungan argo lalu melaju, kan? Nah, bapak ini tidak. Alih-alih melakukan itu, beliau malah bertanya, “Lewat jalan poros, Pak?” tanyanya pada suamiku.

“Maksudnya?” kami bingung dengan pertanyaannya.

“Errr … anu, maaf, kebetulan saya baru dua hari ini bawa taksi. Jadi saya belum tahu jalan. Bisa tolong sambil tunjukkan jalannya?” tutur sang sopir taksi ini lugu plus tentunya dengan logat setempat yang cukup terasa.

Ya ampiiuuunn. Geli rasanya saya mendengar penuturannya yang sangat jujur dan blak-blakan seperti itu. Baiklah, berhubung rute Telkomas tidak terlalu sulit untuk ditempuh maka kami memutuskan untuk bersedia memandu pak sopir taksi baru ini. Sambil menyetir ia mulai berkisah tentang karir barunya sebagai sopir taksi.

“Baru ka dua hari ini bawa taksi. Tadinya saya bawa pete-pete di Bulukumba,” ujarnya. Maksudnya ia baru dua hari menjadi sopir taksi setelah sebelumnya rupanya profesinya adalah sopir angkot di kampung halamannya, Bulukumba, Sulsel.

Waddoh! Mantan sopir angkot rupanya bapak ini, tukasku dalam hati. Semoga saja bapak ini bukan termasuk sopir angkot yang identik dengan makna ugal-ugalan, nyetir sesukanya, serasa jalan raya milik sendiri yang lain ngontrak. Lho?! He he he…

Jadinya sepanjang jalan saya deg-degan mengetahui kenyataan bahwa pertama, bapak ini baru dua hari nyetir taksi. Dan kedua, bapak ini mantan sopir angkot. Hadeuuhh… Saya berusaha tetap tenang mendengarkan bapak ini melanjutkan cerita.

“Andaikan ada pekerjaan lain, tidak mau sebenarnya saya bawa taksi. Tapi yah mau diapa,” katanya prihatin pada diri sendiri.

Sungguh klasik, renungku dalam hati. Jadi kesel sama pemerintah yang banyak korupsi, enak-enakan di gedung mewah atas nama bekerja demi rakyat .. padahal nol besar. Ini satu contoh nyatanya. Coba kalau misalnya terjadi sesuatu yang tak seharusnya pada kami gara-gara sopir taksi baru kurang pengalaman ini, menyerempet sesuatu misalnya… ihh amit-amit, naudzubillah! Lhoh?! He he he … ngelantur jadinya.

“Sebenarnya saya sempat terpikir berhenti saja bawa taksi ini, karena repot bawa penumpang tanpa tahu arah tujuan. Mending kalau penumpangnya mengerti, kadang ada yang sinis atau marah-marah. Apalagi kalau saya dapat penumpang sedang stress, kutambahi lagi saya minta dia tunjukkan jalan, tambah marah-marahlah sudah,” ceritanya panjang lebar.

Saya tak sanggup menahan senyum membayangkan ekspresi para penumpang yang sempat menaiki taksi ini yang digambarkan dalam kata-katanya tadi. Tapi sungguh saya salut dengan bapak ini karena dari caranya bercerita dan dari kenyataan bahwa sampai siang tadi beliau masih gigih menjalani profesi barunya ini, sepertinya beliau orangnya sabar dan mau terus belajar. Layaklah diberikan kesempatan. Betul tidak, kawan?

“Untungnya senior-seniorku bilang mereka juga pertama-pertamanya seperti begini juga. Tidak tahu jalan. Tapi kalau sudah pintar mi, biar lobang tikus ditahu,” katanya melanjutkan cerita. Untungnya juga syarat diterima jadi sopir taksi cuma yang penting lincah bawa mobil. Andaikan dites soal jalanan di sini, aihh ndak lolos ka itu,” ia menambahkan.

Kami benar-benar terenyuh mendengar semangat bapak sopir taksi baru ini. Kami pun berkenan memperkenalkan beberapa nama jalan yang ketika kami melewatinya beliau bilang baru pertama kalinya ke situ … -_-“

Alhamdulillah, akhirnya kami  berhasil tiba sampai tujuan dengan selamat, in one piece he he he. Senang juga rasanya berhasil menambahkan satu pengalaman untuk beliau. Mudah-mudahan beliau bisa cepat mahir menguasai jalanan kota dan bisa menjadi sopir teladan :D

***

Oh iya satu hal yang hampir lupa saya ceritakan. Pada 10 menit pertama perjalanan kami, ruangan di dalam taksi itu rasanya panas sekali. Saya tanyakan apakah AC mobilnya sudah di-on-kan atau belum, beliau bilang sudah. Malah beliau berkata seperti menyimpulkan, “Memang cuaca sedang panas,” katanya. Padahal  belakangan ketahuan ternyata beliau belum begitu memahami seluk beluk mobilnya sendiri, karena setelah sedikit dioprek oleh suamiku akhirnya ACnya baru terasa. “Maklum selama ini bawa pete-pete,” kilahnya. Ha ha ha … bener-bener deh …

Dan satu hal lagi, gara-gara terpana mendengar ceritanya dan deg-degan sepanjang perjalanan saya sampai lupa menanyakan nama ataupun memperhatikan ID-card pak sopir ini. Fiuuffhhh …

11 komentar:

  1. kalo dari awal tau itu sopir baru, kira2 mbak risa mau naik nggak ya...hehe...untung selamat sampe tujuan ya mbak..meskipun harus pake acara deg-degan segala.

    BalasHapus
    Balasan
    1. entahlah, mba ... maybe yes maybe no, mengingat pengalaman kemarin itu :)

      Hapus
  2. Malu bertanya sesat dijalan.. begitu kata orang.. Ingin maju ya harus banyak bertanya.. tapi jangan over bertanya bisa2 bikin orang lain sebel...

    Intinya keingintahuan itu membawa pada sebuah keberhasilan. tak lupa juga keberanian dan kegigihan merupakan faktor pendukung suatu keberhasilan dalam profesi yang baru digeluti

    BalasHapus
  3. huehehehe.. supir taksi nya lucu ya mbak. jadi malu deh, soalnya dulu aku juga sempat pernah kesel sama supir taksi yang baru ngomong dia ga tau jalan setelah lewat beberapa kilometer -___-

    BalasHapus
    Balasan
    1. xi xi xi ...
      tadinya saya pengen kesel juga gara-gara soal AC itu. tapi seiring dengan ceritanya jadi trenyuh he he.

      Hapus
  4. Serba salah juga ya ternyata jadi supir taksi itu, pasti lebih deg-deg-an mereka yang baru jadi supir. Mungkin dibenak mereka kira-kira penumpangnya ramah atau galak ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah, herry. cuma saya jadi kepikir sama perusahaan tempatnya bernaung, masa sih standar kualitasnya kok ya 'serendah' itu sih ya? kok nda pake training dulu gitu kek. apa ngga kuatir merusak nama besarnya ya? :)

      Hapus
    2. Allhamdulillah sampai selamat ditujuan ya :)

      Hapus
  5. wah jangan jangan penharum mobilnya pake pete juga hahahahhaa. . . . .

    BalasHapus
  6. Kalo mantan supir angkot, yah ga usah khawatir, tokh bisa nyetir. Yang perlu deg2an itu kalo dia mantan tukang becak atau abang odong-odong :D

    Btw, Pemilihan jenis font-nya agak (sedikit) mengganggu.

    BalasHapus