4.3.13

Harga Daging Sapi Lokal Melonjak Naik

Cukup kaget ketika pekan lalu saya melakukan belbul (belanja bulanan) di salah satu pasar hyper dan mendapati harga daging sapi lokal melonjak naik. Sebelumnya, sekitar beberapa bulan lalu ketika terakhir kali saya membeli daging merah tersebut, sebelum kasus impor daging sapi menjadi benar-benar serius karena salah seorang petinggi parpol ditersangkakan, rasanya harganya tidak segila ini. Daging sapi cincang dengan kategori premium, yang biasanya paling mahal harganya berkisar 90ribuan perkilo, sekarang menembus 129ribu per kilo! Demikian juga dengan daging sapi bagian tenderloin, sekarang harganya mencapai 115ribu sekilonya! Wuiihhhh!



Ada apa ini? Kenapa bisa harga daging sapi lokal melonjak naik sedemikian drastis begini? Sungguh telah demikian bobroknyakah regulasi di negeri ini sehingga ketika impor daging yang kabarnya telah mulai dikurangi itu, yang notabene membuat AS langsung protes kepada WTO – noted that! –, langsung memengaruhi kondisi pasar? Seolah ingin menunjukkan pada kita bahwa ‘kita memang tak bisa hidup tanpa daging sapi impor, lihat saja harganya langsung melonjak, kan?’. Menyedihkan. Di pikiran saya yang naïf ini, menyedihkan adalah perasaan yang langsung menyeruak mendapati kenyataan ini. Ada apa ini? Ada apa gerangan?


sumber : gambar-lucu.com
Tidak cukup pintarkah orang-orang yang selama ini dipercayai untuk memegang kendali negeri? Tidak cukup cerdas? Tidak cukup cerdik? Saya yakin tidak. Saya yakin beraneka gelar akademis dan nonakademis banyak disandang para pemegang tali kekang negeri ini. Demikian pula dengan hal-hal nongelar semacam pengalaman, pengamatan, dan segala asam garam perpolitikan. Tapi lalu kenapa hal-hal ‘sepele’ semacam ini masih juga terjadi?
Kenapa bisa di negeri seluas Indonesia, di mana tanah lapang banyak terbentang dan rerumput begitu mudah tumbuh, harga daging sapi bisa sedemikian mahal? Dan langka (?) sampai-sampai harus ditopang impor? Sungguh aneh, mengingat di kompleks tempat saya tinggal saja, sapi-sapi bahkan berkeliaran bebas, meninggalkan kotoran-kotoran berceceran di mana-mana dengan sewenang-wenang. Eh kok malah curhat hehehe. Maksud saya, sebagai sampel simpel saja, sapi-sapi itu bahkan tidak butuh biaya angon dan pemeliharaan, dilepas begitu saja, tapi mereka bisa tumbuh montok, kok! Lalu kenapa harga daging sapi lokal bisa melonjak naik?

Tak bisakah di negeri tercinta Indonesia ini, yang tanah lapang luas terbentang dan rerumput begitu mudah tumbuh (saya sebut sekali lagi), pulau-pulau banyak tak berpenghuni pasti bisalah kalau untuk sekadar angon sapi, dan sumberdayamanusia sekali lagi sumberdayamanusia yang memerlukan penghasilan banyak tersedia, mengupayakan sesuatu secara komprehensif supaya kita ini bisa menjadi produsen daging sapi, setidaknya untuk memasok dalam negeri sajalah, agar tak perlu terjadi harga daging sapi lokal melonjak naik. Bisa, kan?

#IMNOinmynaiveopinion

10 komentar:

  1. maap mbak, gak bisa, saya lagi gak mikir tentang sapi2, saya lagi mikir keras gimana caranya bisa korupsi gak ketahuan sampek tujuh turunan


    #mewakilin suara hati para pejabat korup

    BalasHapus
  2. Gak tauk... cuma bisa heran aku @.@

    BalasHapus
  3. Rumputnya kebanyakan dimakan koruptor mbak.. hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener2 omnivor itu koruptor ya mba :D

      Hapus
  4. "Duh,, muuahaaal ya...?
    Maap mbak, bukan saya yang nentuin harga sih " kata si Sapi
    :)

    BalasHapus
  5. Harganya terus naik, jadi orang yang berpenghasilan menengah juga harus mikir - mikir lagi untuk membeli daging sapi -__-

    BalasHapus
  6. aku jarang masak daging sapi nih sekarnag2 ini. seringnay ikan sama ayam jadi gak tahu harganya

    BalasHapus
  7. ya, harga daging sapi sekarang mahal :(

    BalasHapus