30.8.12

Rambu-rambu Canda

sumber gambar tertera

Siapa yang tak kenal canda? Siapa yang tak pernah bercanda dalam hidupnya? Ada nggak ya kira-kira orang seperti itu? Sebab seseorang sekaliber pemuka agama saja kadang bercanda kok. Malah ketika penyampaian ceramah tidak dibumbui guyon segar terkadang akan membuat jemaah jadi ngantuk. Benar tak?

Bukan haram namanya bercanda itu, boleh saja. Hanya saja terkadang saya sering mendapati candaan yang menurut saya tak patut, atau setidaknya ketika saya mendengarnya atau membacanya melalui media sosial seseorang, bunyinya sangat mencengangkan. Alih-alih membuat saya tertawa justru membuat kening mengernyit dan hati bergumam, “Macam ini bercanda? Dimana lucunya?”

Kawan pernah mengalaminya? Paham dengan apa yang saya maksud?

Untuk memperjelas berikut akan saya coba untuk mengurai maksud saya dengan cara mengklasifikasikan tiga hal yang menurut saya tidak seharusnya dijadikan bahan candaan. Bukan kenapa-kenapa tapi memang tidak lucu, sekali lagi menurut saya, menjadikan hal-hal berikut ini sebagai bahan candaan. Kalaupun memang terasa lucu maka saya biasanya akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak ikut-ikutan tertawa…

  • Soal keyakinan

Tak jarang saya membaca atau bahkan mendengar candaan dalam hal ihwal keyakinan. Tak perlu saya sebut contohnya. Saya yakin kawan paham maksud saya. Saya kadang tak habis pikir kok bisa sih seseorang membuat lelucon tentang sesuatu yang terkait dengan keyakinannya. Astaga! Keyakinan ini loh! Sesuatu yang mengikatmu, menjadi nyawa dalam tiap embusan napasmu. Sesuatu yang kau yakini … dan kau menjadikannya candaan. Berusaha membuat orang menertawainya dan di ujung guyonmu kau mengatakan, “Serius amat sih nanggepinnya, santai dikit napa!” Haaah?! Jujur saja menghadapi kenyataan semacam ini seringnya saya hanya bisa melongo. Bingung, ini akal saya yang salah mencerna atau bagaimana?

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, tentu mereka akan menjawab : sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?” (At-Taubah ; 65)

  •  Soal kondisi fisik

Jamak terjadi dalam tayangan televisi, acara-acara lawak yang aneh bin ajaib. Betapa tidak, kadang yang dijadikan bahan lucu-lucuan adalah kondisi fisik seseorang yang diberi kekhususan oleh Yang Maha Mencipta. Tak perlu saya sebut juga contohnya. Saya yakin kawan paham maksud saya. Bahkan ketika yang bersangkutan ikut tertawa, menyatakan tidak keberatan dijadikan lelucon, namun siapa yang tahu jauh dalam hatinya seperti apa? Siapa yang tahu perjuangan untuk berdamai dengan keadaan dirinya itu seberat apa? Lagipula soal fisik itu adalah karunia. Bukankah kita tidak pernah diberi check list oleh Tuhan tentang item-item seperti apa saja yang kita inginkan dalam fisik kita? It’s a gift. Right? Kok bisa-bisanya seseorang membuat candaan mengenainya. Untuk kepentingan komersil pula…

  • Soal kedukaan, bencana

Saya masih ingat dengan jelas ketika negeri matahari terbit, Jepang, dilanda tsunami tahun 2011. Selain ungkapan turut berduka yang ramai diunggah para pengguna media sosial di seluruh dunia, kok adaaa aja oknum-oknum tertentu yang sempat-sempatnya membuat candaan berkenaan dengan bencana itu. Itu lho yang mengaitkannya dengan tak berdayanya para superhero idola anak-anak asal Jepang, semacam Ultraman, Sailormoon, Gogle V dan lainnya. Ya ampun, niatnya apa, menghibur lara?

Yah, semacam itulah. Bagaimana menurutmu?

(Ketika membuat tulisan, apapun judul dan kontennya, tak pernah sedetik pun tebersit rasa bahwa saya adalah seorang manusia yang sempurna, tiada bercela. Saya adalah manusia biasa, banyak dosa dan khilaf, sangat semprul-na malahan. Apapun yang saya kemukakan seringnya justru adalah sebagai bahan pengingat diri. Bila ada prinsip yang benar atas apa yang saya utarakan maka Alhamdulillah … jika masih ada yang salah, Insha Allah, I’m an open minded person. Jadi ,tinggal kritik saja J)

19 komentar:

  1. Bener Mas
    Meski candaannya sama, tapi ketika disampaikan pada orang berbeda dan waktu yang berbeda, efeknya bisa bertolak belakang...
    Ada yang nyaman2 saja, tapi bisa pula malah berubah jadi malapetaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, knapa saya nulisnya Mas...
      Harusnya Mbak ya :D

      Hapus
    2. padahal saya baru mau protes :p

      Hapus
  2. Kalau becanda fisik di TV aku juga gak suka...
    Tapi kalau temen becandain fisikku aku gak tersinggung sih, hehe...
    Aku baru tau tuh pas tsunami Jepang ada becandaan kayak gitu hehe.
    Kemarin pas camp, aku ketemu vol Jepang dan dia kena tsunami Maret 2011 itu. Kasian sekali kotanya dan sekolahnya pun hancur T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepaham sama makhluk yang satu ini. dari jaman jepang ga di blog ga di ceting ga ada berentinya saling beradu jelek. mungkin mengikuti falsafah sesama orang jelek dilarang saling mendahului, jadinya kompakan saling menjeleki.
      tapi buat yang ini, ga ada rasa ga nyaman. malah kayaknya makin sayang. halah...

      Hapus
    2. iya una, ada .. aku sampai ber-ckckck heran lho...

      Hapus
    3. kalo yang dibecandain soal 'jelek' kayaknya aku paham, mas rawins, bahwa itu bisa bikin hubungan orang makin sayang :)). tapi ini soal yang .... you know lah ...

      Hapus
    4. Wihiii ternyata om eko unyuuuu, wkwkwk...

      Hapus
  3. saya jadi ingat candaan salah satu pegawai yang bercanda soal musibah kecelakaan sukhoi. Kalaw nda salah bernama Ekaterina, seorang pramugari dari Aeroflot, salah satu maskapai penerbangan terbesar di Rusia. Kabarnya pramugari ini dipecat gara-garanya mengumbar tweet soal kecelakaan Sukhoi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah iya itu juga salah satu contoh ..

      Hapus
  4. berarti harus bisa lebih menjaga lidah ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak .. saya sendiri masih suka kesrimpet :(

      Hapus
  5. Saya juga heran, mengapa acara saling olok-mengolok pake fisik semakin banyak ... Serius nggak serius,tetap saja pembelajaran yang tidak baik.

    BalasHapus
  6. setuju, becanda harus ada rambu2nya.. Sayangnya masih ada juga yg blm nyadar..

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus terus sama-sama belajar ya, mba ..

      Hapus
  7. Sepakat Mbak, canda itu ada tuntunannya :)

    Aku juga pernah cerita tentang ini disini http://yundahamasah.blogspot.com/2012/03/kelakar-betok.html

    BalasHapus