10.3.12

Dan Andika pun Tertawa...

Saya terhenyak ketika pertama kali melihatnya. Ia tengah terlelap dibuai ayunan yang tergantung di dekat pintu kamar berukuran sekitar 3 x 3 m yang penuh sesak. Kamar yang menjadi tumpuan kematian sementara entah bagi berapa banyak jiwa ketika waktu istirahat tiba. Saya sempat mengutarakan keberatan agar tak perlu mengusiknya jika memang ia sedang tidur. Iba rasanya. Tapi rupanya demi mengapresiasi dan memenuhi keinginan kami, anggota IIDN Makassar yang siang itu mengunjunginya, ibu pengasuhnya ‘tega’ saja mengangkatnya dari buaian.

Dan disanalah ia, dalam gendongan sang ibu pengasuh ketika saya pertama memandangnya. My first sight. Saya tercekat. Seumur hidup baru pernah saya menyaksikan langsung seorang manusia dengan keadaan yang, subhanallah, tak seperti biasanya. Matanya, seperti nyaris tenggelam dalam rongganya! Yang sebelah kanan bahkan saya tak melihat keberadaan pupilnya, sementara mata kirinya pupilnya berwarna keabu-abuan. Sesekali tampak bergerak-gerak seperti halnya jika kita mengarahkan pandangan ke atas-bawah.

Lalu kakinya, bentuknya mengisyaratkan kondisi kelumpuhan, mengecil di bagian bawah. Membuat ia tak bisa berjalan ataupun sekedar duduk sendiri. Benar-benar hanya berharap seseorang menggendongnya untuk mobilitasnya. Seperti saat itu, sang ibu pengasuh memangkunya bersama kami di ruang tamu panti asuhan itu.

Dan cerita pun bergulir. Namanya adalah Andika Putra. Di’titip’kan oleh orangtuanya sekitar 8 tahun lalu di panti asuhan An-nuur, yang terletak di kawasan Rappocini, Makassar. Berarti usia bocah luar biasa ini sekitar delapan tahun. Bila sahabat membayangkan seorang anak delapan tahun, seumuran SD yang sedang aktif-aktifnya berlarian kesana kemari, maka jangan berharap akan melihat hal itu dari Andika. Ia praktis seperti bayi hanya saja memiliki bobot kurang lebih setara dengan anak usia 5 tahun, namun tak mampu berbicara. Jangankan berlari sedangkan duduk sendiri pun tak bisa. Saya membayangkan berarti segala keperluan yang lain pun harus dilakukan persis seperti bayi pula. Makan, minum, mandi, buang hajat. Masya Allah, terbayang betapa sabarnya para pengasuh di panti itu merawatnya!

Belum habis perasaan saya yang campur aduk memandangi Andika, tiba-tiba disela percakapan kami, saya melihat sekilas ia tertawa. Seperti seorang bayi yang ketika bertemu orang lain kemudian tertawa dan tersipu dan bersembunyi memalingkan wajahnya ke arah si penggendong. Satu kali dua kali Andika melakukan itu. Hingga akhirnya ia benar-benar tertawa lepas! Tergelak-gelak bahkan sampai-sampai saya bisa melihat jelas rongga mulutnya hingga batas sebelum tenggorokan, seperti kalau saya sedang mengecek amandel anak-anak saya. Takjub saya dibuatnya.

Hei, Andika adakah hal lucu yang membuatmu sampai tergelak seperti itu? Apakah samar-samar kau bisa menyaksikan kami, merasa geli melihat ketakjuban kami memandangimu seperti ini mungkin? Hanya batin saya yang bisa berkata. Lisan ini tak sanggup mengungkapkan tanya padanya, karena ia takkan menjawabnya langsung untukku.

Doaku agar yang terbaik untukmu, nak Andika, apapun rencana Tuhan menghadirkan dirimu ke fananya dunia ini. Mungkin menjadi penguji bagi kami-kami ini agar lebih mampu menghaturkan syukur ke hadiratNya… Masya Allah!


12 komentar:

  1. Nice artikel k' marisa...

    BalasHapus
  2. nice postingan kak...salut bener sama andika....punyaku ada disini http://jejaksimungil.blogspot.com/2012/03/weekend-hari-ini-kakak-kakak-di-iidn.html...
    btw knapa banyk lahan kosong stelah tesk??kak Icha smangat bener tekn enternya^_______^

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih kelihatan ya? tadinya mau upload videonya andika, tapi takut jadi berat loadingnya makanya kuhapus. sisa jejak cancelnya itu kali yah jadi kosong? tapi di tampilanku nda keliatan, napa yah?

      Hapus
  3. wah aku suka sedih kalau melihat anak seperti itu :(

    BalasHapus
  4. masya allah, semoga andika selau mendapatkan perlindungan dari orang orang di sekitarnya ya mbak...

    BalasHapus
  5. andika... . . selalu senyum dan percaya diri ya. . . meski kau penuh dengan kekurangan . . . . :)

    BalasHapus
  6. Perasaan betul2 campur2 melihatnya.
    Tapi sejuh ini ia bertahan, sungguh luar biasa ya ..
    Subhanallah ...

    BalasHapus
  7. ikut mendoakan untuk Andika

    BalasHapus
  8. kunjungan siang. . . . .

    BalasHapus
  9. mudah-mudahan andika bisa terus tertawa... every single minute in his life... amin

    BalasHapus
  10. semua anak yang terlahir didunia ini semua sama kok,
    yang membedakan mereka hanya ada satu, yaitu semangat mereka

    BalasHapus