Jujur saja, meski tokoh Galih dan Ratna tak asing bagi saya, tapi cerita sebenarnya tentang mereka berdua baru benar-benar saya pahami sekarang, ketika novel Gita Cinta Dari SMA tersebut dirilis ulang. Secara penampakan novel ini tipis, sangat memungkinkan untuk dilalap dalam waktu sejam saja. Gaya penulisan yang dipakai pun sederhana, namun diksinya cukup kuat.
Sunyi itu kadang-kadang mengerikan.
Sepi itu kadang-kadang melelapkan.
Saya menemukan beberapa kosa kata yang cukup membuat tergelitik seperti istilah 'perempuan bau bensin' (halaman 10). Pada masa itu cewek matre sepertinya identik dengan perempuan bensin. Munculnya ungkapan ini seiring dengan tokoh Galih yang adalah seorang anak SMA yang naik sepeda ke sekolahnya. Ketika Ratna minta dibonceng pulang, Galih selalu menolak dengan alasan takut membuat Ratna malu. Nah, disinilah Ratna menyebut bahwa dirinya bukan perempuan bensin. Kalau dibawa ke zaman sekarang perempuan bensin sepertinya akan diupgrade menjadi perempuan pertamax?