Entah kenapa saya selalu merasa
terusik ketika menyaksikan tayangan berita yang berisikan tentang aktivitas
perusakan tempat usaha dengan brand tertentu yang identik dengan Barat. Seperti
sudah memiliki pola tertentu, sebuah plot yang teratur, semacam kausalitas,
jika ada kejadian A maka kejadian perusakan semacam itu menyusul kemudian. Entah
apa yang salah, apakah perasaan saya, atau malah televisi saya mungkin yang
error?
Saya yakin kawan pasti mengerti maksud
saya. Lagi-lagi berita perusakan sebuah gerai makanan cepat saji. Pelakunya
mungkin hanya beberapa orang tapi lihatlah betapa besar media yang meliputnya.
Menyebar cepat ke seluruh pelosok negeri. Bahkan bukan tak mungkin kabarnya
sampai hingga ke luar negeri. Padahal niatnya katanya baik. Membela kehormatan
sang nabi tercinta yang lagi-lagi difitnah dengan keji. Tapi hasilnya? Saya
malah sedih menyaksikan tayangan berita tersebut. Sebagai seorang yang juga
sangat mencintai beliau SAW, saya justru tak terima apa yang mereka perbuat.
Membuat perusakan sebagai sebuah bentuk pembelaan? Bukankah hal itu justru akan
menjadi bumerang? Berbalik menyerang kita selaku umatnya di mana semua akan
menggeneralisasi dengan mengatakan “See,
I told you!”
Sementara sesungguhnya fitnah itu tak
perlu diladeni. Saya ilustrasikan begini. Si A difitnah melacur oleh si B
padahal pada kenyataannya tidak. Fitnah keji itu memicu kemarahan keluarga
besar si A sehingga salah seorang pamannya mengamuk dan menganiaya si B sebagai
penyebar fitnah. Bagaimana andaikan ada peristiwa seperti itu? Jika disuruh
memilih kita akan memihak siapa? Tentu tak ada bukan? Si B dan sang paman jelas
sama-sama salah. Dan sang paman justru melakukan tindakan yang tidak
menyelesaikan masalah. Sementara tentang fitnahan terhadap si A toh tak ada
yang perlu dibuktikan, namanya saja fitnah.
Saya justru respek kepada organisasi
masyarakat yang mampu mengunjukkan rasanya secara rapi, santun, terorganisir
dan masif. Meski tetap saja ada sebagian orang yang akan menyumpahi mereka gara-gara
macet sesaat yang diakibatkannya. Namun setidaknya mereka sanggup bertindak.
Daripada saya? Cuma bisa mengomel lewat tulisan seperti ini. Atau daripada nila
setitik rusak susu sebelanga itu…
Bukan berarti tak boleh marah ataupun
murka, tentu saja kita semua marah dan murka atas fitnah itu. Namun alangkah
jauh lebih bijak jika segala kemurkaan (jangan
sebut mengutuk,ah memangnya kita siapa!) itu kita gelorakan dengan benar.
Konteksnya, seperti apa yang paling efektif untuk dilakukan? Apakah melakukan
perusakan semacam itu sudah paling tepat untuk dijadikan pilihan? Memang kita
geram karena seolah tidak ada seorang pun yang bisa memberi ganjaran agar si
pelaku jera. Tidak bahkan seseorang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan besar.
Tapi apakah tindakan itu sudah paling sesuai untuk kita lakukan? Jangan sampai
alih-alih menuai simpati kita malah harus berurusan dengan pihak berwenang.
Sasarannya, apakah relevan kepada
mereka? Apakah dengan merusak tempat itu efeknya sungguh akan sampai langsung
kepada pelaku? Jangan-jangan justru malah akan semakin menjadi bahan lelucon
bagi mereka? Atau jangan-jangan kita malah membuat banyak orang menderita
karena kehilangan pekerjaan?
Entahlah. mungkin yang salah adalah
perasaan saya semata, mengapa harus selalu terusik ketika menyaksikan berita
semacam itu? Atau (sekali lagi) mungkin televisi saya yang error?
cukup dijadiin tontonan hiburan ga bisa yaaa??? :d
BalasHapusitulah lucunya indonesia raya
BalasHapussepintas kadang keliatan idealis, tapi kalo dilihat dari lain sisi justru keliatan begonya. keoonan yang paling menonjol adalah dalam hal ketidakkonsistenan. seperti teman yang suka teriak-teriak anti yahudi, tapi teriaknya di pesbuk dan pake mikrosop windos.
ajaib. tapi itulah kenyataannya...
itulah anehnya Indonesia ini. selalu saja gak fokus. urusannya apa, mberesinya apa. yang makan nangka siapa yang kena getah siapa. daaaaaaaan ... jika kita perhatikan, dalam skala kecil pun ini terjadi lho, coba deh lihat ke sekeliling kita :)
BalasHapusmakanya kl ada yg rusuh anti2an gitu sy suka nyinyir aja liatnya.. gak ada hubungannya sama sekali. malah yg tdnya simpati akan jd antipati sm kita pdhl kita yg di fitnah kan
BalasHapussaya rasa mereka yang melakukan pengrusakan tersebut tentu punya alasan kuat mengapa sampai berbuat demikian. Saya tidak membela perlakuaan anarkis, tapi sebenarnya banyak dimensi atau parameter yang harus didikusikan dahulu.
BalasHapusPada prinsipnya jangan sampai kita melakukan pengrusakan properti milik orang lain karena akan berdampak serius terhadap masyarakat
salam kenal ya
BalasHapusSama ... diriku pun terusik. Sebel kan, dunia jadi berpikir, "Oooh orang Islam begitu toh!" Padahal yang mereka pelajari Islam yang mana sih sampai bisa sebegitu anarkisnya? Islam itu kan tidak anarkis. Islam itu rahmatan lil 'alamin.
BalasHapusaku pilih diam aja ah daripada ribut2 ya
BalasHapusHihihi aku pilih selow selow aja dah... :P
BalasHapus