Salah satu musibah yang rawan terjadi
di musim kemarau adalah kebakaran. Angin yang mengembuskan udara kering
ditambah cuaca panas seringkali tanpa disadari turut andil dalam terjadinya
kebakaran. Seperti halnya yang terjadi di sebuah perumahan di Makassar, Jumat
sore, 14 September 2012. Siapa nyana niat baik seseorang untuk membersihkan
rerumputan yang tumbuh liar di halaman rumahnya berubah menjadi bencana. Api
yang dimaksudkan untuk melalap rumput kering yang telah berhasil dikumpulkannya
berubah menjadi monster merah panas yang justru malah menyambar rumah dan
menghanguskannya. Yang lebih memilukan lagi, sebuah rumah persis di sebelah
rumah yang menjadi sumber api pun turut terbakar habis.
Sungguh,
sesuatu yang harus menimpamu takkan luput darimu begitu pula sesuatu yang luput
darimu takkan pernah menimpamu.
Saya membayangkan si empunya rumah, di
pagi hari pastilah mereka tiada tebersit sedikitpun bahwa sorenya mereka akan
kehilangan tempat bernaung. Namun siapa yang sangka ternyata semua ini harus
terjadi. Innalillah…
Terlepas dari semua kejadian itu,
sebuah takdir yang ketika Tuhan bersabda “Jadi!” maka tiada yang akan dapat
menghentikannya, sebagai manusia lagi-lagi kita hanya bisa memetik hikmahnya.
Meski tampak sepele mari lakukan hal-hal
sederhana seperti berhatilah-hatilah dengan api, sekecil apapun bentuknya.
Jangankan di musim kemarau sedangkan di musim penghujan saja kebakaran akibat
keteledoran manusia masih memungkinkan untuk terjadi.
Sedikit tips ketika kita hendak
membakar sampah dedaunan kering di halaman : perhatikan sekitar, jangan
membakar sampah di dekat bahan lain yang mudah terbakar atau di bawah jalur
kabel listrik. Jangan membuat tumpukan yang terlalu besar. Sampah berupa daun
kering biasanya akan membentuk api yang mudah berkobar cukup besar. Yang meski
durasi proses pembakarannya sebentar namun seperti contoh kasus di atas bisa
berakibat fatal. Bila memungkinkan siapkan selang dengan keran air yang
berfungsi di dekatnya untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
Kemudian mari membenahi tata kota dan
melengkapi sarana serta prasarana yang diperlukan demi keselamatan seluruh
warganya. Mengaca pada peristiwa kebakaran yang terjadi, beberapa saksi
menyatakan mobil pemadam kebakaran sedikit terlambat tiba di TKP. Saya yakin
penyebabnya tentu melibatkan banyak faktor. Bisa saja ketika kejadian
berlangsung alih-alih segera menghubungi pemadam, warga malah terpana
menyaksikan api yang membara.
Atau bisa saja ketika pemadam telah berhasil
dihubungi dan mereka tengah mengerahkan segenap kemampuannya untuk mencapai
lokasi tepat waktu, ada lagi faktor lain yang menyebabkan mereka terpaksa tiba
melenceng dari target waktu yang diinginkan. Sebutlah faktor lalu lintas
misalnya. Bayangkan saja, sore hari, boleh dikata bersamaan dengan jam pulang
kantor, dengan jarak antara lokasi markas pemadam dan TKP yang cukup jauh,
tentu butuh waktu yang cukup lama bagi pemadam untuk tiba di lokasi.
Saya jadi membayangkan perasaan para
empunya rumah yang terbakar itu, pada saat kejadian pasti hati kecil mereka
berharap andai lokasi perumahan ini dekat dengan markas pemadam mungkin
ceritanya boleh jadi berbeda. Yang pada akhirnya menyisakan gelitik tanya dalam
benak saya, untuk cakupan sebuah kota besar seperti Makassar ini misalnya,
berapa banyak idealnya markas-markas pemadam kebakaran yang seharusnya
dipersiapkan demi mengantisipasi terjadinya musibah-musibah yang tak
diinginkan? Dalam radius berapa seharusnya markas pemadam itu ada untuk mencegah
hal-hal yang tak diinginkan? Begitu pula dengan ketersediaan hydrant-hydrant
sebagai sumber air manakala musibah kebakaran ini tak lagi dapat dicegah,
apakah siap?
Entahlah, mungkin pemikiran saya
sebagai seorang rakyat jelata yang masih shock memikirkan nasib tetangganya
yang baru saja terkena musibah, terlalu berlebihan dan mengada-ada. Entahlah…
harus tetap waspada ya ,semoga terhindar dari musibah ini
BalasHapusinnalillahiwa'innaillaihi roziun...hikmah dan sabarlah obat yang mujarab...sedemikian bersedihnya melihat tetangga terkena musibah, itu berarti hatimu lembut...:o)
BalasHapusEh kok pas banget ya mbak...
BalasHapusSD adikku yang letaknya di dekat rumah baru aja tadi dini hari kebakaran. Kasian T.T
Mengingat dulunya aku sering banget main ke sekolah itu, dan seberangnya tu SMA ku...
Hueee sedih ah kalo kebakaran gitu...
hrs semakin hati2 di musim kemarau ini ya..
BalasHapusbetul banget kemarau sangat rentan dgn kebakara, mkanya selalu Qta di tuntut waspada N jangan lupa sllu berdo'a memohon pada yang kuasa agar terhindar dari bencana kebakaran ini. salam kenal
BalasHapuskita harus waspada diri musim kemau ini, apalagi kalau punya adik kecil yang suka main masak2-an, harus di awasi betul tuh.. jangan sampai membawa kemalangan.. kalau membakar sampah kering, sebisanya bakar pada tempat sampah/drum, jadi apinya tida akan merembes kemana-mana.. tapi semuanya terjadi atas kehendak ALLAH SWT juga, jika ALLAH sudah menghendaki, yaa jadilah :D
BalasHapuswah kasus baru ini, kalo rumah kebakar waktu musim kemarau .... tapi lucu juga karena kamerin aku liat di tipi ada tentang doa minta hujan atau sholat minta ujan gitu. Lucunya itu ada di kalo hujan kenapa tidak sholat minta kemarau??? hehehe ... maap ya baru bisa kunjung neng
BalasHapuswahh bener benere perlu penanganan yang khusus
BalasHapusMemang sangat beresiko membakar dedaunan kering dihalaman rumah, soalnya api bisa saja menyambar apa saja...
BalasHapusTinggal di Makassar yah?
dedaunan kering memang sebisa mungkin dibuat kompos dengan cara sederhana = timbun di dalam tanah, sehingga tidak perlu dibakar, bikin polusi udara ^_^)
BalasHapusDi Kalimantan Barat pada umumnya selalu mendapat ancaman Kebakaran hutan yang diakibatkan oleh pembukaan hutan dengan cara di bakar (Land Clearing). Pemkot Pontianak sering dibuat pusing oleh ulah para pembakar lahan ini
BalasHapusInna lillah ... rumahku hampir terbakar juga Icha ... saya sudah buat tulisannya tapi menunggu kelengkapan foto dari bapaknya anak2. HPnya dibawa ke luar kota jadi sy belum posting. Wiii serunya ceritaku *promosi* :D
BalasHapus