Judul Buku : Mima dan Putri Jenna
ISBN :
978-979-084-659-3
Penulis : Fita Chakra
Penerbit : Tiga Ananda (creative imprint of Tiga Serangkai)
Terbit :
Mei 2012
Isi : 64 halaman
Mengusung ide bahwa cantik itu adalah
soal inner beauty, alih-alih sekadar kulit putih dan rambut lurus, menjadi inti
dari kisah yang tertuang dalam buku First Novel “Mima dan Putri Jenna” ini.
Dengan tokoh utama bernama Mima, seorang piatu yang tinggal bersama ayah dan
tantenya.
Mima adalah seorang gadis cilik berumur
7 tahun yang menyukai wortel. Alur cerita mulai berkembang ketika seorang kawan
sekelas Mima yang bernama Tara menyebarkan undangan pesta ulang tahun. Mima
bersemangat menyambutnya, terutama karena ia belum pernah merasakan sesuatu
yang bernama pesta ulang tahun. Dalam undangan tersebut ada semacam dress code dan juga sebuah ‘kompetisi’. Dress code-nya adalah mengenakan pakaian
yang unik dan kompetisinya adalah para undangan diminta membawa makanan
favoritnya untuk nanti dinilai oleh para tamu. Mima bingung. Pertama soal baju,
baju apakah yang akan dikenakannya nanti? Sementara meminta pada ayahnya ia tak
tega. Lalu kedua soal makanan favorit. Mima merasa malu karena makanan
favoritnya adalah wortel, makanan yang secara umum sulit disukai oleh
anak-anak.
Sementara itu siapakah Putri Jenna?
Putri Jenna adalah seorang tokoh yang membuat novel ini menjadi berbau fantasi.
Tersurat dengan kemunculannya yang ajaib, dari dalam buku harian almarhumah
ibunda Mima. Fantasi, sesuatu yang ketika saya kecil dulu selalu membuat
imajinasi saya melayang-layang tatkala membaca dongeng yang berisi tokoh-tokoh
fantasi terutama yang putri-putrian semacam ini. Sebut saja dongeng tentang
Putri Salju, Putri Tidur, dan Cinderella. Demikian pula dengan putri Jenna.
Hanya saja bedanya, dalam novel ini penulis berusaha untuk merekonstruksi
paradigma anak-anak sejak dini bahwa untuk menjadi putri syarat kecantikan hati
adalah lebih utama ketimbang hal lainnya. Satu poin penting yang layak mendapat
acungan jempol.
Selanjutnya yang terjadi tentu adalah
petualangan unik antara Mima dan Putri Jenna dalam rangka memenuhi undangan
ulang tahun Tara. Cara bertutur yang mengalir dan ringan yang digunakan penulis
sesuai dengan peruntukan novel ini yaitu menyasar pembaca belia. Masalah dan
penyelesaian yang tidak bertele-tele, kemudian penyisipan beberapa pengetahuan
umum misalnya tentang kain batik (hal. 53) juga menjadi nilai tambah atas kisah
ini, melengkapi pesan bahwa cantik bukan melulu soal fisik.
Syarat
menjadi seorang putri
Hati
yang cantik, senyum tulus, tidak dibuat-buat.
Tidak
malu mengatakan apa yang disukai, meskipun orang lain tidak menyukainya.
(Mima
dan Putri Jenna, hal. 63)
Makasih resensinya ya. :) Btw, soal manik-manik, berkaca dari putri sulungku, dia bisa lho menjahit dan merangkai manik-manik. :)) tapi mungkin tergantung anaknya juga ya. ada yang enjoy dengan kegiatan itu, ada juga yang kurang telaten.
BalasHapusxixixi ... sudah kuduga pasti inspirasinya dari fita's angel ;p
HapusKayaknya berhasil... hihihi... *nebak nebak*
BalasHapuskalo nggak nanti yang baca nangis, una xixixi
HapusNovelnya keren, resensinya jg mantebss... Dikirim ke media massa cetak ga, Mbak, resensinya? Biar terpublish dan dibaca khalayak secara luas.
BalasHapusnggak tak kirim, mas ... eh emang boleh kalo udah diposting gini trus dikirim ke media?
HapusIni novel anak ya, Mbak? Wah, semestinya contoh bukunya dikirim satu untuk Sabila tuh. Tolong sampein ke penulisnya ya? Hehehe....maksa.com
BalasHapuspenulisnya yang komen paling atas, abi sabila hehehe
Hapusasyiknya yg suka baca novel.... tapi di ujung resensinya conclusionnya belum ada tuh mbak, jadi kepikiran, hehe
BalasHapushaha .. baca ayo bacaaa
Hapuskasih tau dong akhrinya :)
BalasHapus