Dua ekor kelinci membawa sepotong roti. Berat yang kanan, digigit. Berat yang kiri, digigit. Lama-lama rotinya habis. Dua ekor kelinci menangis…
klik disini untuk sumber foto |
What???
‘Menggugat’ keadilan Tuhan? Berani memangnya? Saya tidak.
Tapi kalau keadilan manusia? Yaaa bagaimana ya? Karena sepertinya memang tempatnya ketidakadilan, kan?
Jadi mikir, sebenarnya keadilan itu seperti apa sih?
Apakah diibaratkan dengan membagi dua sama besar sebutir apel? Lalu masing-masing diberikan kepada anak-anak kita. Tapi kan si kakak badan3nya lebih besar dari si adik. Jadi keadilannya dimana?
Atau mungkin diibaratkan dengan memberikan selembar uang 50 ribuan kepada masing-masing anak-anak kita. Tapi kan si kakak kebutuhannya lebih banyak dari si adik. Jadi keadilannya dimana?
Atau mungkin diibaratkan dengan membelikan dua buah mainan untuk anak-anak kita yang sama persis? Memangnya anak kembar? Memangnya minat dan kesukaannya sama? Jadi keadilannya dimana?
Saya yakin diantara kawan blog yang sudah menjadi mommies dan daddies akan segera menjawab bahwa keadilan diantara anak-anak tentunya bukan semata berdasarkan jumlah seperti disebutkan diatas. Tentunya harus diberikan pengertian kepada anak-anak tentang konsep keadilan agar mereka tidak salah paham dan berpikiran bahwa orangtuanya pilih kasih. Iya kan?
Nah, saya kira demikian juga dengan yang terjadi dalam universitas kehidupan ini. Kadang kita mendapati orang-orang yang jujur, shalih, baik, amanah, dermawan dan 1001 sifat baik yang melekat padanya, namun jika melihat kehidupannya selalu mendapat ujian berupa kesulitan.
Dibandingkan dengan orang-orang yang bejat, korup, pembohong, pengkhianat, penipu dan sejuta sifat buruk yang melekat padanya, namun jika melihat kehidupannya selalu happy, penuh kesenangan dan lurus-lurus saja.
Atau kadang kita mendapati kenyataan, seseorang berusaha sekuat tenaga, bekerja keras peras keringat banting tulang seperti kata alm. KH Zainuddin MZ, namun penghasilannya minim.
Dibandingkan dengan kenyataan seseorang yang hanya sedikit bekerja namun penghasilannya berlimpah, keberuntungannya meruah.
Apakah lantas kita akan menuduh bahwa Tuhan tak adil?
Tentu saja tidak, bukan? Naudzubillah.
Hanya DIA-lah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Maaf, hanya coretan hati yang sedang gundah…
iya mbaak, aku setuju. Allah itu memberi sesuatu bukan sama berat atau ringannya, tapi sesuai dengan kebutuhan si manusianya--walau kadang kita nggak tahu apa sih sebenarnya yang kita butuhkan :)
BalasHapusbegitulah manusia, kadang tak dapat memaknai apa-apa yang tersirat :)
BalasHapusmampir ya :)
BalasHapussuka dengan postingan ini, kilasan rasa hatiku juga
makasih udah mampir :)
BalasHapus