16.3.12

What's your name?

Pemikiran yang akan saya tuliskan berikut ini mungkin tidak akurat 100%, tidak berlaku bagi semua orang nor in any circumstances. Tapi bagi segelintir orang, it does happen. Sehingga (bagi saya) menarik untuk dicermati. Please enjoy ^_^

Banyak hal semakin berkembang seiring waktu. Pembangunan, budaya, teknologi, bahkan bahasa semakin mengalami kemajuan, peningkatan. Tahukah kawan, ada satu hal yang diam-diam ternyata juga mengalami itu semua, peningkatan? Adalah nama. Ya, nama! Siapakah namamu? Kalau saya Marisa Agustina. Terdiri atas dua kata. Dengan filosofi sederhana yaitu ibu saya merasa bahwa pada masa itu nama Marisa masih jarang (sekitar tahun 70-an) dan setiap bertemu dengan seseorang bernama seperti itu, pasti orangnya cantik. Maka ketika saya lahir dinisbatkanlah nama itu yang dibuntuti dengan bulan kelahiran saya. J

Oke, kembali ke topik, jadi siapakah namamu? Kamu lahir tahun berapa?

Well, ini hanya hipotesa saya semata, bahwa orang-orang yang lahir sebelum tahun 2000, umumnya jarang diberi nama lebih dari dua kata. Tapi tengoklah anak-anak yang lahir tahun 2000an, sebagian besar minimal mempunyai nama yang terdiri dari 3 kata. Tidak percaya, tengok saja daftar absensi anak-anak jaman sekarang di sekolahnya. J

Saya akui hipotesa saya memang lemah, karena sampel pembanding yang saya punya
hanyalah dalam lingkup keluarga besar orangtua saya saja. Seperti misalnya saudara-saudara ayah saya yang berjumlah sepuluh orang yang masing-masing dinamai dengan satu kata saja. Sakimin, Sakiman, Sakijo, Samia, sebagai contohnya. So simple, kan? (ada yang mau menambahkan referensi kisah?)

Saya menduga filosofi yang diambil simbah saya kala itu sederhana juga, karena jumlah anak yang BANYAK maka nama yang diberikan kepada tiap anak SEDIKIT saja, selain agar mudah diingat, ‘capek’ nyari nama terus! Bertolak belakang dengan para orangtua jaman sekarang yang memilih jumlah anak SEDIKIT sehingga berkecenderungan menamai satu anak dengan BANYAK kata, semacam rapelan. Kapan lagi memberi nama, kan? (Jangan protes soalnya saya begitu! ;p)

Panggilan Orangtua

Sebelum tahun 2000an, apa istilah paling populer untuk memanggil seseorang yang melahirkan kita? Mama, Ibu, Emak, Ambu, Mami, Amak, Biyung? Yang jelas bukan Bunda. Karena seingat saya penyebutan Bunda baru mulai ngetop di awal tahun 2000an itu. Betul ngga? Soalnya saya mengalami sendiri, ketika itu saya ingiiiinnnn sekali dipanggil Bunda. Kayaknya enak didengar gitu, cool …

Sejak ngetopnya penyebutan Bunda itu, kekayaan bahasa kita untuk memanggil orangtua pun kian beragam. Ayah-ibu. Papa-mama. Papi-mami. Rama-biyung. Abah-ambu. Emak-bapak. Bunda….-panda? He he he…

Jadi kesimpulan dari hipotesa ngawur saya sejauh ini adalah tren yang berkembang sekarang adalah nama anak-anak minimal tiga deret dan orangtua dipanggil bunda-panda eh ayah ….

Ayo, yang setuju angkat telunjuknyaaa  :D

8 komentar:

  1. betul banget nih, nama anakku aja semaunay terdiri dari 3 kata :)

    BalasHapus
  2. sama, mbak lidya ... anak-anak saya juga ^_^

    BalasHapus
  3. Eh, ada satu lagi lho yang trend: PIPI - MIMI :D
    Anak2ku 3 nama tapi nama terakhirnya nama bapaknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. pipi - mimi, right :)
      ada juga umi - abi :D

      Hapus
  4. Susilo Bambang Yudhono lahir tahun 1949.
    Saya lahir tahun 1950 ( memang dua kata)
    Emak sama bapakku malah satu kata. repotnya kalau harus ngisi data di paspor dan visa ya.
    Saya memang memanggil orangtua ya emak dan bapak.
    Anak-anakku disuruh maminya manggil : papi dan mami he he he he
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya jadi langsung ingat baharuddin jusuf habibie...
      bener-bener ngga akurat rupanya pemikiran saya ini ya, pakdhe ;p

      Hapus
  5. nama saya terdiri dari 3 kata lho mbak...saya lahir tahun 80 an

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah tuh kan, satu lagi bukti ke-tak-akurat-an hipotesa ini hihihi

      Hapus