13.3.12

Sungguh! Saya iri padamu, Bu Muli...

“asw. mom, buku tabungan fatih msh di sekolah ya?” saya mengirimkan pesan singkat kepada walikelas anak saya fatih kemarin siang sekitar pukul 13.00 wita.
Selang beberapa menit kemudian mom (kami menyapa para guru seperti cara anak-anak memanggil mereka) Muli, nama wali kelas fatih itu menjawab sms, ”wlkmslm iye bu.”  
Ibu Guru Muli adalah seorang wanita lajang yang mendedikasikan hidupnya menjadi tenaga pengajar taman kanak-kanak. Ketika sulung saya TK pun mom Muli pulalah yang menjadi pengganti saya selama di sekolah. Adapun kata --iye bu-- ini hampir selalu menjadi cara beliau ketika mengiyakan pertanyaan saya melalui sms. Sebuah ungkapan halus dan sopan dalam tata bahasa bugis-makassar.

***

Pagi ini seperti biasa, waktu menunjukkan nyaris pukul 08.00 wita ketika saya memacu Yamaha MX saya mengantar fatih ke sekolah. Jam masuk sekolah sesungguhnya adalah pukul 07.45 namun entah secepat atau selambat apapun proses persiapan fatih, selalu saja hampir jam 8 baru kami bisa berhasil sampai ke sekolah. Padahal jarak rumah – sekolah hanya sekitar 3 blok saja.
Saya mengerem di depan pintu pagar sekolah, bermaksud segera menurunkan fatih karena saya yakin pasti sudah terlambat. Dan rencananya setelah itu saya hendak segera pulang untuk mengurusi keperluan lain. Tapi tak seperti biasanya , seorang guru, wakil kepala sekolah dengan sigap menghampiri saya bahkan sebelum fatih melangkah turun dari boncengan saya.
“Bu, hari ini anak-anak ibur. Maaf tidak ada pengumuman sebelumnya. Bu Muli meninggal dunia!” kata-kata itu mengucur begitu saja dari bibirnya merambat cepat menuju ruang pendengaranku.
Saya berusaha susah payah mencerna kabar mengejutkan itu, menjadikannya sebagai sesuatu hal yang masuk akal untuk saya terima. Ingatan saya melayang pada komunikasi sms yang sempat saya lakukan kemarin siang, pada beliau yang saat ini baru saja disebut meninggal oleh sang wakil kepala sekolah, mom Muli!
“Masya Allah. Inna lillahi. Mom Muli?” hanya beberapa kata itu yang sanggup saya ucap tertahan oleh perasaan campur aduk yang keburu menyeruak menguasai emosi saya. Tak percaya, kehilangan, sedih, tak percaya lagi …
Saya memarkir motor di parkiran, kemudian mengajak anak saya menuju pelataran sekolah tempat beberapa orang guru dan beberapa orangtua siswa yang tampak tengah bersiap hendak melayat. Airmata sudah tak kuasa lagi saya bendung. Meleleh begitu saja di kedua pelupuk mata.
“Kapan? Kenapa?” tanya saya terbata.
“Kemarin, sepulang mengajar. Motornya ditabrak oleh motor lain yang dikendarai seorang anak SMP!” seorang guru menjelaskan.
“Masya Allah,” pilu rasanya saya mendengarnya.
Cerita pun bergulir tentang kronologis kejadian tragis yang menimpa Ibu Guru Muli. Di akhir ceritanya ibu guru yang menjelaskan berujar,”Kemarin itu Bu Muli sedang berpuasa sunnah….”

***

Subhanallah …
Mom Muli meninggal, dalam keadaan berpuasa.
Mom Muli meninggal sepulang mengajar, mendedikasikan hidupnya untuk mendidik generasi belia. Mentransfer ilmu yang bermanfaat kepada murid-muridnya.
Sungguh! Saya iri padamu, Bu Muli…
T_T
Saya menyaksikan kepergianmu dari dunia yang fana ini dengan cara yang … ahhh … indahnya.
Yang terlukis dari wajah pucatmu yang begitu tenang meski telah terbujur tanpa nyawa ketika ku melihatmu terakhir kalinya siang tadi.

***

Bagaimana denganku kelak ketika tiba waktuku?
Selama ini waktuku habis kudedikasikan untuk apa? Untuk siapa? Huuhuuhuu.
Kematian yang kita tak mungkin bisa lari darinya. Satu misteri hidup yang paling pasti. Yang kedatangannya takkan bisa kita undur barang sedetik pun. Yang meski bersembunyi di lobang semut sekalipun ia tetap akan menemukan kita!
Sudah siapkah saya? Akankah kelak saya meninggalkan segala jejak terindah? Dan menghadapNya dengan penuh sukacita?
Masya Allah…
Selamat jalan, Bu Guru Muli. Kau tahu ku takkan pernah melupakanmu. Ku yakin kini kau telah menemukan kebahagiaan sejatimu di sana, bersama segala tabungan amal jariyahmu…
Allahhummaghfir laha warhamha wa'aafiha wa'fu anha.


pinjam gambar ini dari sini

In memoriam : Ibu Guru Muli, walikelas TK dari kedua anakku Taris dan Fatih.

8 komentar:

  1. Subhanallah,...
    Innalillahi wainna ilahirajiuun..., smoga amal ibadah beliau diterima di sisiNya
    dan semoga kita,..yang cepat atau lambat menyusul beliau pun akan di panggil olehNya, dalam keadaaan khusul qatimah...aamiin..
    makasih sharenya kak Icha..

    BalasHapus
  2. innalillahi wainna ilaihirajiuun.......
    semoga semua amalan ibadah beliau diterima di sisiNya,amiiin... selamat jalan guruku, akan selalu kuingat semua nasihatmu...

    BalasHapus
  3. subhanallah. sungguh ia telah meninggalkan kesan yang begitu indah pada orang disekitarnya... Semoga amal ibadahnya diterima.. :)

    BalasHapus
  4. Innalillahi, turut berduka mbak. pastinya jasa2 BU Muli selalu diingat ya

    BalasHapus