20.3.12

Simple Review : Anak Rembulan (Djokolelono)

Nono adalah seorang bocah laki-laki kelas 5 SD yang sedang berlibur ke rumah nenek-kakeknya di desa Wlingi. Sendirian ia menempuh perjalanan menggunakan kereta api dari Malang menuju desa tempat kakek-neneknya tinggal.
Di desa inilah petualangan Nono dimulai. Berawal ketika Nono menyusuri jalanan di sepanjang kali Njari, dalam rangka mengambil pesanan tahu ke rumah Mbah Pur, kakeknya yang pendekar silat dan gemar membaca, di Njari. Dalam perjalanan ia terpesona oleh sebatang pohon kenari raksasa di tepi sungai yang menurut kisah mbah-nya telah berdiri gagah di sana sejak jaman pendudukan Belanda. Ketika Nono melangkahkan kakinya setelah mengamati rongga besar yang ada pada pohon kenari raksasa itu, yang pada masa perjuangan melawan tentara Belanda dahulu konon menjadi tempat bertahan para pejuang, salah satunya seorang anak bernama Trimo yang hingga kini tak ada yang tahu nasibnya, tahu-tahu kaki Nono telah berada di kali Njari yang berpasir. Ketika Nono berusaha mencari sandalnya yang hanyut terbawa arus air berpasir alih-alih menemukan sandal, tangan Nono malah meraih semacam sabuk usang yang tergeletak diantara lautan pasir di kali Njari. Sejak penemuan sabuk itulah secara ajaib Nono terseret dalam petualangan yang fantastis!
Tiba-tiba saja sesosok bocah hitam muncul sambil berseru ‘itu punyaku, itu punyaku!’ dan membawanya masuk menembus sungai dan pohon kenari. Bergerak dan terus bergerak menemui hal-hal yang entah dimana, kapan dan atas alasan apa hingga Nono bisa berada disana. Nono hanya mampu mengikuti kemana Trimo membawanya. Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah tempat yang berupa warung. Ketika itulah Trimo tiba-tiba menghilang entah kemana meninggalkan Nono terjebak sendirian di sebuah warung di tengah sebuah pasar. Ruang dan waktu seolah telah kacau balau bagi Nono sejak itu. ia hanya tahu bahwa dirinya dijadikan semacam pembantu yang harus bekerja keras siang malam oleh Mbok Rimbi. Bila ia lalai sedikit saja maka hukuman fisik dan caci maki akan tersembur padanya seperti gunung berapi memuntahkan lahar. Dahsyat! Namun kontras dengan itu semua dalam hal jatah makan Mbok Rimbi justru royal dalam ‘melayani’ Nono. Ia tak pernah kekurangan makan dengan menu yang enak-enak.
Ada 5 orang pelanggan setia warung Mbok Rimbi yang masing-masing bernama Kangka, Jagal, Jlamprong, serta si kembar Pinten dan Tangsen. Setiap hari mereka datang ke warung Mbok Rimbi membuat Nono akhirnya hapal fisik, tabiat dan kebiasaan mereka. Dan hanya dengan merekalah Nono memiliki kesempatan bergaul. Bahkan sempat mengajari si kembar beberapa jurus karate yang dikuasai Nono. Dan gara-gara komunikasi dengan merekalah Nono akhirnya tahu bahwa dirinya selalu disebut sebagai Anak Rembulan. Nono tak mengerti sama sekali mengapa ia dijuluki demikian oleh Mbok Rimbi maupun orang-orang di sana. Hingga pada akhirnya si kembar memberi tahu maknanya sebagai upah karena Nono menuliskan secarik surat untuk pujaan hati mereka, Non Saarce.
Rupanya Anak Rembulan adalah semacam julukan bagi anak asing yang datang secara ajaib tanpa diketahui asal-usulnya di warung Mbok Rimbi. Dimana pada setiap kemunculannya setiap anak akan dijadikan pembantu yang harus bekerja keras di warung Mbok Rimbi dan hanya akan bertahan satu purnama di sana karena setelah itu tak ada tahu seperti apa nasib setiap Anak Rembulan setelah purnama tiba!
***
Ritme dari novel Anak Rembulan ini benar-benar cepat, saya pribadi terkadang rasanya seperti terengah-engah membacanya. Benar-benar salut kepada penulisnya Djokolelono yang sepertinya tak pernah kehabisan ide dalam menciptakan aksi-aksi sepanjang cerita setebal 350 halaman ini.

Bagi para penggemar lakon wayang atau bagi yang memahami legenda gunung Kelud, mungkin, sedikit-sedikit bisa memahami jalan cerita sedari awal. Berbeda dengan saya yang nyaris tak tahu menahu tentang wayang maupun legenda Kelud, saya baru bisa mengerti pada bab-bab akhir.

Novel ini sedikit banyak memasukkan unsur yang jujur saja, bukan favorit saya dari semua jenis karya sastra, yaitu ‘horor’, dengan kehadiran tokoh Trimo. Saya sebut ‘horor’ karena ketika alurnya kembali ke dunia nyata, Trimo diceritakan ada dalam bentuk tiadanya. Bagi yang ciut nyali dengan dunia gaib semacam itu, seperti saya, rasanya merinding membacanya.

Dan satu kritik, kalau boleh saya mengajukannya (ugh! Siapakah saya berani-beraninya mengkritik?!), terus terang saya agak terganggu dengan ungkapan makian-makian terutama ketika tokoh Nono terjebak bersama Mbok Rimbi. Saya membayangkan kalau anak-anak yang membaca kira-kira bagaimana ya tanggapannya? (mengingat tokoh utama dalam novel ini berumur 10 atau 11 tahun, kelas lima SD)

Well, itu saja simple-review tentang novel Anak Rembulan karya Djokolelono ini. Happy reading!

22 komentar:

  1. woah, aku harus nyari bukunya nih mbak. kayaknya seruuuu

    BalasHapus
  2. kirain namanya jono dan lono wkwkwkwkk. .. . . siap ubrek gramed nih. . .

    BalasHapus
  3. Resensi yang apik Risa ... :D
    Kayaknya penulisnya suda sepuh ya?
    Memangnya di Gramed ini diskon?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya begitu k' penulisnya sudah sangat dewasa hehehe
      btw, ngga diskon ;p

      Hapus
    2. Tante Icha ... buku Ipin-Upin mo bede Athifah bilang ...
      #padahal bobo mi :D#

      Hapus
    3. waaa kalo upin ipin t'icha ga ngoleksi bukunya. tapi filmnya sukaa hehehe

      Hapus
  4. waaah mantap tuhy jadi bacaan si fatih, iya kan kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. walah dibaca fatih mah bisa kelarnya 5 tahun, ty :D

      Hapus
  5. Anak Rembulan ? Wah jadi ingat ceritanya upin ipin yg episode "Anak Bulan" hehehe.... ^^

    BalasHapus
  6. kayanya aku lewat deh sama buku ini :-D

    BalasHapus
  7. duhh aku ngga sanggup kalo ahrus baca buku setebal 350 halaman....bisa2 bacanya loncat2 biar cpt selesai hahah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe bukan penggemar novel ya, mba nia?

      Hapus
  8. Buku bacaan bagus ji.. :)
    setting tempatnya dimanakah ni ?? hehe

    salam mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. di daerah jawa timur, fajar ..

      salam-ji kembali :D

      Hapus
  9. Indonesia memang salah satu gudang cerita legenda dengan klenak-kleniknya..dan menggabungkan-nya dengan setting kekinian membuat jadi penasaran untuk ikutan membaca bukunya hingga tuntas...nice review :)

    BalasHapus
  10. ressy kusuma w5/7/12 18:08

    kira" cari d mna y????????chayanya bgs luck penasaran q,,,yg bikin bnr" hebat & pnya imajinasi yg tinggi x y,,,salut deck,,,

    BalasHapus
  11. Aku punya bukunya,menarik aku baca sekali langsung habis. Jarang-jarang aku begini. Banyak novel yang hanya kubaca beberapa lembar di depan...

    BalasHapus