PROLOG
Gombalisme dunia pacaran selalu
menarik untuk dibahas. Sepasang muda-mudi saling jatuh hati lalu memadu kasih
dalam tali pacaran. Duh! Serasa dunia ini milik berdua, dipenuhi oleh
bunga-bunga asmara. Cinta, cinta, cinta, itu saja yang mengisi benak mereka. Coba
saja, andai tagihan listrik dimasukkan
sebagai menu wajib dalam dunia pacaran, kira-kira masihkah pemikiran seperti
itu tetap sama?
LISTRIK, LISTRIK, SEMUA LISTRIK
Listrik sebagai salah satu kebutuhan
manusia yang paling krusial rasanya kini tak mungkin lagi dieliminir
keberadaannya dalam kehidupan. Untuk pintar perlu listrik, untuk sehat perlu
listrik, untuk cantik perlu listrik, untuk senang-senang perlu listrik, bahkan
untuk kenyang pun perlu listrik. Listrik, listrik, semua listrik.
Cukup menggelitik sebenarnya tatkala
kita meluangkan waktu sejenak untuk sedikit merunut ke belakang, betapa
beberapa dekade sebelum ini ketergantungan akan listrik tidaklah segenting saat
ini. Dan nyatanya kehidupan manusia kala itu juga baik-baik saja. Namun bandingkanlah
dengan kehidupan sekarang. Jangankan sehari, setengah hari atau satu jam saja
tanpa listrik, cukup untuk membuat tensi darah melonjak, jantung lebih kencang
berdetak, kepala pening dan hati menggalau. Jika alasannya urgen, semisal untuk
lalu lintas udara atau ruang gawat darurat, semua kita tentu mafhum bahwa
sedetik saja tanpa listrik berarti nyawa taruhannya. Namun terkadang untuk alasan
sepele, ketiadaan listrik seolah kiamat dunia saja padahal masalahnya hanya tak
bisa meng-update status sosial media atau mungkin tak bisa memasak nasi!
Bukan berarti saya bermaksud mengajak
kita semua untuk mundur ke zaman dahulu, tentu saja itu bukan solusi. Namun satu
hal yang senantiasa tebersit dalam pikiran saya adalah bagaimana seharusnya
kita memandang semua ini, tentang listrik dan dinamikanya dalam kehidupan kita,
secara tepat dan proporsional?
1 2 3 : AKU dan PLN
Sebagai seorang penjaga gawang rumah
tangga, saya sudah cukup kenyang menelan asam garam kelistrikan ini. Saya tidak
sedang melebih-lebihkan pernyataan, karena memang yang saya alami seperti itu. Predikat
saya sebagai seorang istri yang sudah berlangsung sekitar satu dasawarsa,
membawa saya berpindah-pindah domisili : Bali, Jayapura, dan Makassar. Nah, ketiga
kota inilah yang banyak mengayakan pengalaman saya bersama listrik.
Saya cukup beruntung pernah beberapa
tahun tinggal di Jayapura, sejak 2004 - 2008. Selain kota itu memiliki bentang
alam yang memesona, kondisi listrik di sana juga cukup luar biasa. Mati listrik
beberapa kali sehari adalah sesuatu yang lumrah terjadi di sana. Ala bisa
karena biasa, mau mengeluh juga tiada berguna. Toh mau mengeluh pada siapa
karena memang seperti itulah adanya. Hingga akhirnya demi mengurangi dampak
akibat mati listrik yang tak kenal waktu, meski
bagi saya sesungguhnya yang paling banyak terkena dampak ‘hanya’lah terusiknya lini
kenyamanan pribadi, kami pun menyiapkan perangkat sumber listrik cadangan
berupa aki dan inverter. Sehingga setiap kali listrik dari PLN off, inverter
mengambil alih. Lumayan, meski hanya sekadar menyalakan kipas angin, televisi
dan sebuah bola lampu. Benar-benar sebuah pengalaman tak terlupakan, dan sangat
mengayakan. Namun seperti yang sudah saya katakan hal itu justru membuat saya
merasa beruntung. Beruntung sehingga ketika saya pindah dari sana saya bisa
lebih mudah bersyukur. Beruntung juga karena dengan pengalaman itu saya bisa
menceritakannya sekarang sembari nyengir-nyengir kuda.
Pengalaman lain lagi saya dapatkan
ketika berdomisili di Makassar tepatnya setelah kepindahan saya dari Jayapura. Pernah
pada suatu musim kemarau, terjadi suatu hal yang menurut saya agak tak lazim
untuk terjadi pada kota besar semetropolitan Makassar. Makassar yang
disebut-sebut sebagai gerbang utama Indonesia timur sekaligus pusat bisnis,
investasi, dan banyak bla bla bla lainnya, pada kenyataannya listriknya sering
on off. Berjam-jam pula. Memang kala itu sedang musim kemarau, akan tetapi
haruskah hal itu layak dijadikan alasan? Sedangkan pada zaman dahulu di sebuah
negeri di mana nabi Yusuf berada, paceklik berturut-turut selama 7 tahun pun
bisa mereka tanggulangi.
Namun Alhamdulillah musim kemarau tahun itu rupanya menjadi pengalaman
buruk terakhir saya tentang listrik di Makassar. Karena setelahnya bahkan
hingga kini, sepertinya PLN telah menemukan solusi dalam mengatasi masalah
krisis listriknya bahkan di musim kemarau sekalipun. Terbukti hingga Oktober
ini meski hujan belum pernah benar-benar turun, namun listrik tak lagi on off
seperti kala itu. Sekali-sekali padam tentu wajar. Namanya error tak mungkin
tidak pernah terjadi, bukan? Yang penting selama ikan dalam kulkas tidak sempat
mencair, it’s okelah…
pada suatu mati listrik di Makassar... |
Tak seperti kedua kota tadi, satu hal
yang cukup mengesankan adalah pengalaman saya dan listrik selama berdomisili di
Denpasar. Rasa-rasanya saya tidak pernah mengalami kenangan buruk tentang
listrik selama bermukim di kota yang terletak di sebuah daratan berjuluk Pulau
Dewata itu. Entah, apa karena saya hanya sebentar saja menetap di sana, tak
sampai satu tahun, atau karena ada faktor lain. Saya sendiri tak mengerti.
Turut menambah daftar pengalaman saya
bersama PLN adalah soal layanan telepon 123 di mana saya termasuk seseorang yang
pernah beberapa kali menggunakannya. Pernah sekali waktu, tiang listrik di
dekat rumah saya tampak berasap. Peristiwa ini terjadi ketika saya berdomisili
di Jayapura. Dengan segera saya menghubungi 123 karena panik dan tak tahu harus
berbuat apa. Terlepas dari semua pengalaman orang lain tentang 123, untungnya
pengalaman saya dengan nomor tersebut selalu baik. Aduan saya bersambut dan tak
lama petugas berseragam dengan logo petir itu dengan sigap membereskan
permasalahannya.
Lain lagi pengalaman saya, masih
dengan 123. Kali ini kejadiannya di Makassar. Ketika itu di rumah akan dihelat
hajatan pernikahan adik lelaki saya. Malamnya ketika persiapan dilakukan,
tiba-tiba ada nyala sesaat seperti kembang api dari meteran listrik di rumah.
Karena (lagi-lagi) panik dan ketakutan, saya kembali berinisiatif menelepon
123. Dan sama halnya dengan pengalaman sewaktu di Jayapura, ketika itu petugas
yang mengenakan seragam dengan logo petir itu pun dengan sigap datang dan mengatasi
gangguan. Yang kata mereka ketika itu adalah rumah kami kelebihan beban
mengingat hampir semua alat listrik dinyalakan. Maklumlah namanya juga sedang
ada pesta!
HARAPANKU buat PLN
Membincang mengenai listrik biasanya
akan selalu berujung pada perdebatan. Setidaknya demikianlah yang seringkali
saya amati di antara para pakar melalui layar kaca. Apalagi ketika yang dibahas
adalah mengenai fluktuasi harga! Naik, turun, naik, tetap, naik … njelimet
urusannya. Makanya meskipun ingin, saya tidak akan menyebut kalimat semacam
‘jangan menaikkan harga listrik’ sebagai harapan pertama saya buat PLN. Khawatir
salah harap, sekaligus khawatir kecewa.
Apapun masalahnya, saya menyadari
sesungguhnya soal listrik tidak bisa hanya menunjuk pada satu pihak saja.
Memang ujung muaranya hanya satu, PLN, namun anak sungainya banyak. Bahkan
fluktuasi harga listrik pun saya nyaris yakin sebenarnya bukan sekadar
berkaitan dengan krisis listrik maupun untung rugi perusahaan saja, akan tetapi
terkait juga dengan regulasi atau bahkan entah apalagi di luar kewenangan
langsung PLN. Yang pasti sebagai orang awam saya hanya bisa menaruh harapan dan
keyakinan bahwa apapun yang dilakukan oleh PLN, itulah yang terbaik yang akan
diusahakannya bagi kami para pelanggan paling setianya. Semoga.
Pun terkait soal kinerja PLN, terutama
tentang nyala-padamnya listrik. Saya yakin setiap orang di daerah yang berbeda
akan memiliki pengalaman yang berbeda sehingga akan melahirkan harapan yang
berbeda pula. Jika seseorang yang tinggal di daerah terpencil mungkin akan
berharap listrik masuk ke daerahnya dengan lebih baik, bagi saya pribadi selain
memperhatikan fluktuasi harga, inovasi menjadi harapan saya yang kedua bagi
PLN. Bila diibaratkan mobil, inovasi adalah roda yang tanpanya ia tak akan
bergerak maju, stagnan bahkan akan ketinggalan.
Sejauh ini selain inovasi dalam hal
pelayanan seperti dipermudahnya permintaan pasang baru listrik dan adanya kartu
listrik prabayar (menarik sebenarnya
membincang kartu listrik prabayar ini karena sempat membuat saya mengira PLN
telah menemukan listrik yang wireless!), agaknya inovasi di bidang sumber energy,
terutama yang terbarukan, demi ketersediaan listrik bagi para pelanggan juga penting
untuk disegerakan. Sehingga pemenuhan kebutuhan listrik yang kian melonjak akan
dapat diatasi karena selalu diimbangi dengan adanya sumber-sumber energi yang
inovatif.
Adapun harapan ketiga saya adalah
semoga komitmen PLN untuk menciptakan perusahaan dengan tata kelola yang baik (good corporate governance) dan juga perusahaan
yang bersih, bebas dari semua jenis praktik kolusi dan korupsi benar-benar akan
dipegang teguh, mengingat praktek-praktek seperti ini biasanya memiliki
tangan-tangan yang menggurita. Mudah-mudahan PLN dan seluruh jajarannya dari
hulu hingga hilir memiliki ketetapan hati untuk sungguh-sungguh memberantas hal
tersebut. Toh ini semua demi listrik
untuk kehidupan yang lebih baik, bukan?
sumber gambar : pln bersih |
sumber gambar : rri |
EPILOG
Sebagai seorang yang telah lama
meyakini bahwa negeri Indonesia ini sungguh kaya, saya percaya PLN tidak akan
tinggal diam menyikapi kenyataan itu. Merengkuh potensi sumber-sumber daya alam
terbaik negeri ini serta memadukannya dengan sumber daya manusia yang tersedia,
putera-puteri terbaik bangsa, demi memajukan kelistrikan Indonesia akan menjadi
dua kekuatan luar biasa. Saya yakin dengan adanya pengelolaan yang tepat dan
maksimal dari keduanya akan berbuah manis bagi kepentingan kelistrikan negeri
ini. Bahkan bukan tidak mungkin harapan bagi Indonesia untuk menjadi negara
maju dan mandiri akan terwujud segera.
indonesia memang kaya. kalimantan tiap hari berapa juta ton batubara diangkut keluar
BalasHapusjawa dibuat terang benderang
tapi kalimantan tetap saja gelap gulita
Supeeerr... aku suka banget gaya penulisan Mbak Risa. bagus banget. Moga tulisan ini bisa berubah ujud menjadi scoopy. hehe.. amiin
BalasHapusAku juga percaya PLN akan makin baik :)
BalasHapusHarapan itu masih ada...
Selamat siang sahabat.
BalasHapusTerima kasih atas artikelnya yang menarik dan inspiratif
Jangan lupa mengikuti kontes Unggulan Indonesia Bersatu lho ya. Klik saja : http://tamanblogger.com/blogging/konteskuis/kontes-unggulan-indonesia-bersatu-cara-mencegah-dan-menanggulangi-tawuran
Terima kasih.
Salam hangat dari Surabaya
saya dan PLN...hem, tarifnya di buat proporsional saja kali ya? DAn yg jelas nyalaaa jangan byar pet byar pettt
BalasHapusGud luck ya Mbak...#pengen ikutan jugak tp blm bikin
kalo saya menerima apa adanya dengan PLN mbak
BalasHapusmau nyala mau mati, yg penting nggak mledos saja gardunya, hehe
sukses ngontesnya mbak risa
semoga PLN bisa membuat terang seluruh nusantara ya. good luck ya dengan GAnya
BalasHapuslistrik emang udah jadi kebutuhan hidup ya ^^
BalasHapusYah berterima kasihlah kepada Sang Pencipta (The Great Creator) atas semua nikmat tersebuat...Nice Sist...Lanjutkan terus. Please Follow my blog..ok
BalasHapus