Judul : Kinanthi Terlahir Kembali
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Bentang Pustaka
Penyunting : Dhewiberta
ISBN : 978-602-8811-90-3
Tentu saja itu bagus, Tasaro GK yang
nulis wooii! Kalo buku ini diibaratkan tembok rumah, lapisan plester aci yang
menutupi permukaannya halus banget, jadinya temboknya mulus, enak dielus. Kinanthi
ini, terserah dia mau disebut terlahir kembali atau apa, adalah novel kedua
karya Tasaro yang saya baca setelah Rindu Purnama. Entah menurutmu, tapi
menurutku ada semacam kesamaan pola antara kedua novel itu. Keduanya sama
berintikan kisah seorang perempuan yang berusaha menemukan kembali cintanya.
Ada latar Jawa yang juga sama kental, dan nama tokoh utama lelakinya yang
berakhiran 'j' ... Ajuj... Gaj Ahmada. Hehehe.
Membaca bab pertama Kinanthi,
sebenernya saya ragu apa bisa menamatkan novel itu atau tidak. Maksudku, ya ampun, halamannya 500an! Belum
lagi saya cukup terganggu dengan pengisahan kedua tokoh utama ketika berumur
11-12 tahun, kelas 6 SD, namun digambarkan telah begitu dekat. Ke mana-mana
berdua, saling melindungi, saling mencari, berkorban. Entahlah, mungkin lumrah
saja ya, karena konteks kejadiannya di kampung di daerah Jawa di mana
pernikahan belia adalah hal biasa? Entahlah... yang pasti apapun alasannya saya
tetep kurang suka dengan penggambaran kedua tokoh di masa kecilnya itu. Saya
masih lebih suka dengan Nono-nya eyang Djokolelono, Ikal-nya Andrea Hirata, atau
bahkan Rindu-nya Tasaro GK sendiri!
Kemudian persoalan pemakaian bahasa
Jawa yang sangat banyak di bab pembuka itu. Aduh.. bukan ngga suka atau ngga
bagus… tapii… ah, mbuhlah ;p
Tapi harus saya akui, semua itu
berhasil membangun kesan kuat dari tokoh-tokohnya. Siapa Kinanthi, siapa Ajuj,
siapa orangtua mereka dan tokoh-tokoh lain yang terlibat di dalamnya. Demikian
juga tentang latar tempat dan budaya. (Bocoran sedikit, di awal-awal, ada
sekilaaaas banget cerita perselingkuhan antara Sumikem yang mulutnya ga bisa
mingkem dengan seorang lelaki misterius. Entah kenapa saya sudah bisa menebak
dengan siapa Sumikem selingkuh, lho, hehehe. Dan di akhir cerita terbuktilah
tebakan saya itu benar wahahaha! *tepuktangansendiri
Meskipun begitu, nyatanya saya tidak
berhenti baca. Kenapa ya? Pertama, mungkin karena ini Tasaro, sang juru
dongeng, jadi seneng aja baca dongengannya.
Kedua pengin membuktikan, Kinanthi, katanya sih bagus. Ketiga, karena
saya pembaca yang (sedang belajar jadi) penulis, jadi pengin sekaligus belajar
biar bisa berkarya selicin beliau itu.
Oke lanjut!
Beruntung Kinanthi ini, oleh Tasaro,
dia dinisbati intelegensi tinggi. Pas tamat SD, NEM nya paling cemerlang, wow!
Lalu secara dramatis, kebersamaan Kinanthi - Ajuj dikisahkan berakhir sampai di
penghujung sekolah dasar ini. Kenapa? Baca sendiri deh yaaa..
Lalu pada sebuah setting lain. Di
negeri gurun pasir beronta, Saudi Arabia, Kinanthi yang seumur anak SMP
bertualang menjadi TKW yang bernasib sungguh malang. Tiga kali pindah majikan
tiga kali pula dia harus mengalami siksaan yang sangat memilukan. Nah, ini...
dengan kapabilitas Tasaro yang sangat pandai mendongeng, saya sebagai pembaca
benar-benar hanyut dan jatuh iba pada nasib Kinanthi. Bukan itu saja
saudara-saudara, saya juga jadi ikut terstigma memtidaksukai para majikan itu.
Yep, those Arabics! Duh, kenapa harus begitu sih kisah TKWnya, Mas Tasaro (uhuk!).
Iya sih banyak kisah tragis TKW di Arab, tapi kan nggak semua, ya? Iya sih, cerita
itu dibuat untuk membangun plot yang kokoh akan kontrasnya kehidupan Kinanthi
kelak. Iya sih, you did try to say that Islam and Arab were not identical. Tapi
kaaann... (jadi penasaran saya sama bukunya yang tentang kisah nabi Muhammad
itu!)
Kemudian setelah akhirnya berhasil
keluar dari negeri kaya minyak itu, dan hengkang ke Miami (ceritanya ikut
majikan) weelah.. kok ya sempat-sempatnya ternyata si majikan yang membawa dia
itu rupanya kerabat salah satu majikan Arabnya terdahulu yang hendak balas dendam
ke Kinanthi! Maka yang terjadi adalah meski sudah di Amerika namun tetep saja
dia disiksa juga karena majikannya, yep, Arab juga -_-"
Hingga akhirnya Kinanthi kabur lalu
ditemukan oleh sebuah keluarga Muslim di sana, salah satunya orang Indonesia. Mereka
membantu Kinanthi untuk mendapat perlindungan hukum dari negeri Paman Sam. Dan
berhasil. Entahlah mungkin saya yang terlalu perasa atau bagaimana, tapi
sepintas kesannya jadi : Arab jahat dan America adalah penyelamatnya, huhuu.
Kalau ada yang penasaran bagaimana
Kinanthi bisa menjadi dokter, maka kisahnya dimulai dari sini (masih ingat kan
kalau Kinanthi ini dinisbati karakter pintar?). Kinanthi akhirnya diangkat jadi
anak oleh seorang muslimah India. Dia dididik, disekolahkan, hingga akhirnya mendapat
beasiswa kedokteran. Kenapa harus kedokteran sih, Mas Tasaro? Sementara di
depan sana, dalam ceritanya, titelnya itu tak banyak disinggung. Kesan sebagai
praktisi kesehatan kayaknya nggak dapet, even ada satu cerita ketika dia
berusaha nolongin seseorang. Atau mungkin karena ceritanya dia sudah professor
ya? Tapi kan kalau hanya demi layak disebut profesor, menurutku sih gelar
dasarnya bagusan jangan di bidang kedokteran, di bidang literasi aja atau
kebudayaan misalnya hehehe (what? berani-beraninya
ngritik ini bocah ingusan! kata backsound-nya).
Satu hal yang menarik selama Kinanthi
diasuh oleh ibu angkatnya, Asma, Tasaro menyelipkan beberapa isu internasional,
menovelisasikannya, menjadi pelengkap cerita. Seperti isu tentang Aminah Wadud
yang memimpin jemaah sholat pria. Dan yang lebih menggelitik, Tasaro
mempertukarkan karakter dan nama pelaku yang sebenarnya. Maksud saya, di dunia
nyata wanita yang nekat memimpin salat lelaki namanya kan Aminah Wadud, nah di
novel ini Aminah adalah nama tokoh penentang Asma. Baik jadi jahat, jahat jadi
baik hehe, what is the maksud ya kira-kira?
Mungkin hal-hal ini kali ya yang
membuat saya bertahan membaca novel ini? Saya semacam baca koran bergaya novel
hehehe.
Lalu si Ajuj nasibnya bagaimana?
Kasian dia, di sebagian besar kisah yang puanjang itu bahkan namanya pun kian
jarang disebut. Hmmm, kayak kisah di Rindu Purnama. Tokoh lelaki yang
dicari-cari tokoh wanitanya malah hilang di tengah-tengah.
Selama petualangan kehidupannya, di
Saudi Arabia hingga Amerika, Ajuj hanya hadir di relung hati dan pikiran
Kinanthi. Mengisi setiap jengkalnya, menyulut semangatnya, dengan
kenangan-kenangannya terutama soal GALAKSI CINTA. Note that, galaksi cinta. Ada
apa dengan galaksi cinta? Aiihh baca ndiri deh hihihi.
Saya sempat bilang tadi, kenapa harus
kedokteran? Kenapa coba? Padahal Kinanthi tak pernah digambarkan menghadapi
pasien. Hanya dikisahkan dia banyak sekali memproduksi tulisan-tulisan
nonfiksi, dan karya-karyanya sangat brilian sehingga dia dikagumi banyak orang.
Hingga pada suatu ketika Kinanthi memutuskan untuk menulis novel. Seorang
profesor menulis fiksi, macam prof Habibie gitulah kalau zaman sekarang hehe.
Dia juga melakukannya sebagai pelepasan emosi jiwanya atas Ajuj. Begitu kalau
kata saran editor Kinanthi, Zhaxi, seorang Tibet yang diam-diam mencintainya, yang namanya susah banget ditulis tapi kalo
diucap jadi agak terdengar seperti ‘saksi’ yak :D. Bicara soal Zhaxi, yang
profesinya adalah editor berprinsip teguh, ini menarik juga untuk disimak
terutama tentang kenapa si Tibet ini sangat keras dalam menilai naskah yang
masuk. Saya paling suka di bagian pas dia mengatakan kalau dia tidak ingin penerbitan
tempatnya bekerja akan bernasib sama dengan semua penerbit yang menolak naskah
Harry Potter! Geli saya bacanya karena memang itu bener banget! Hehehe.
Singkat cerita, Kinanthi akhirnya
kembali ke Indonesia. Ke kampung halamannya, Gunung Kidul, untuk mencari Ajuj.
Sewaktu Kinanthi kembali ke sana, statusnya dia adalah warga negara Amerika dan
nyaris tak beragama. Yah, begitulah Kinanthi. Wanita ini, saking kerasnya hidup
memperlakukannya, dia sampai tak memercayai agama lagi. Islam, tapi sudah sejak
kecil tak pernah melakukan kewajiban apapun sebagai seorang muslimah.
Bertemukah Ajuj dan Kinanthi? Yep,
tentu saja! Apakah akhir kisah mereka bahagia? Ha! Kalau soal satu ini, saya
sendiri, pas memasuki lembar-lembar akhir buku, sempat ga yakin. Saya bahkan
sempat mengancam (siapa?) awas aja kalo nggak happy ending! Ya ampuunn, saya
udah baca 500an lembar ini, please deh!!! :D
Ketika setting kembali ke Indonesia,
lagi-lagi, dengan cerdas Tasaro menovelisasi salah satu peristiwa alam yang
terjadi di sekitar Jogja sebagai bahan cerita. Wah saya suka nih hehehe.
Hanya sayangnya, ada adegan deja vu tebing kapur runtuh yang menurut
saya terasa sedikit berlebihan, karena terjadi dua kali. Kenapa harus dua kali?
Harusnya sekali aja! Pas pertemuan Kinanthi - Ajuj dewasa, harusnya ngga usah
dilatari oleh tebing kapur runtuh dulu. Apa sajalah, upacara keagamaan
misalnya, tapi jangan tebing kapur runtuh. Biar itu di simpan menjadi satu
adegan krusial di penghujung cerita. Hehehe, memang enak banget jadi komentator
;p
Tapi ya sudahlah. Intinya, meski
puanjaaanggg, baca deh Kinanthi. Dia mengayakan...
Yuk, ah! Tabik….
(semoga pak guru Tasaro ngga marah
karyanya saya review begini -_-“)
lebih afdol baca langsung bukunya ya
BalasHapusSepertinya saya ada tuh bukunya yang Muhammad Ris. Tapi, lagi2 belum selesai bacanya udah ketumpuk2 yang lain. Bagus nih resensinya...
BalasHapusBuku kinanthi terlahir kembali sama dengan galaksi kinanthi nggaak?
BalasHapusBuku kinanthi terlahir kembali sama dengan galaksi kinanthi nggaak?
BalasHapus