Seperti film ini sebagai contohnya... :)
Kawan menyukai film bis… eh senyap? Itu lho, film yang di dalamnya seluruh tokohnya tidak bersuara. Tidak? Yakin? Bagaimana dengan Mr. Bean? Film yang sepanjang pemutarannya tidak pernah kita mendengar si pemilik wajah lucu itu berbicara jelas kecuali gumam-gumam entah-apanya. Namun anehnya sepanjang waktu kita selalu memahami apa yang terjadi, bahkan tertawa terbahak nyaris di setiap detiknya. Eh, Mr. Bean terkategori film senyap, kan ya?
The Artist. Saya tergoda
menyaksikannya gara-gara di keterangan tertulis sebagai salah satu pemenang
Oscar. Andai tidak ada iming-iming Oscar, mungkin, mungkin lho ya, saya akan
buru-buru mematikan saja televisi itu dan beranjak tidur. Bagaimana tidak, The
Artist ini mengambil setting waktu sekitar tahun 1920-an, lengkap dengan
tampilan gambarnya yang a la televisi jadul, no colour. Dan, yap, nggak ada
suara selain alunan melodi sebagai latar belakang saja! Bayangkan!
Tapi saya bertahan. Gara-gara satu
kata itu, Oscar. Kok bisa film 'gejebo'
seperti ini meraih Oscar? Sepuluh menit pertama, saya berusaha konsentrasi
memelototi para aktris berakting meski sebenarnya dengan berbekal sedikit
synopsis yang saya baca setidaknya saya tahulah film ini intinya apa. Lucu
sebenarnya, karena film bis… eh senyap ini sengaja dibuat untuk menggambarkan
seperti apa kira-kira yang terjadi pada saat peralihan dari film senyap ke film
full-sound. Jadi ini film senyap yang dibuat untuk menceritakan film senyap.
Senyap kuadrat, if you know what I mean…
;p
Tersebutlah tokoh utamanya, George
Valentin, seorang actor paling terkenal di tahun 1920-an, rajanya film saat
itu. Saking laris film-filmnya, film senyap tentu saja, George diceritakan kaya
raya, punya rumah mewah, istri cantik, seorang ajudan tua yang setia, dan
seekor anjing kecil yang super duper lucu dan pintar, yang kalau saya ceritakan
bisa jadi satu tulisan tersendiri kayaknya haha.
Sebagai pengantar konflik, pada satu
kesempatan, di sebuah acara jumpa fans, di mana situasinya sangat ramai, para
penggemar (yang tentu saja hampir seluruhnya wanita) dan wartawan
mengelilinginya, terjadilah sebuah insiden kecil. Salah satu gadis, ketika
mengambil buku tanda tangannya yang terjatuh, tanpa sengaja terdorong kerumunan
dan terpental di dekat sang actor pujaan. Suasana menjadi hening, padahal dari tadi juga filmya tak bersuara
:D, semua mata tertuju pada sang gadis dan sang actor, menunggu apa yang
akan terjadi selanjutnya. Dan rupanya, George menganggap kejadian tersebut
lucu. Ia tertawa geli, yang kemudian diikuti seluruh penggemar dan para pemburu
berita yang ada di sana. Hingga akhirnya mereka pun malah menyuruh si gadis
untuk berpose bersama George. Jeprat jepret, para wartawan sibuk mengabadikan
momen langka tersebut. Si gadis tentunya kesenangan, mengambil kesempatan
tersebut untuk narsis abis bersama sang idola. Hingga akhirnya para juru foto
meneriakkan kepada sang gadis untuk mengecup George. Dan lalu, cup!, blitz, tercetaklah foto George dicium
cewek pada surat kabar keesokan harinya dengan headline berjudul “WHO’S THAT
GIRL?”
Ya, who’s that girl? Yang membuat
istri George di rumah misuh-misuh namun George tak terlalu mengambil pusing
karena baginya pada saat itu si gadis memang hanyalah fans yang beruntung. Tanpa
diduga, si gadis “who’s that girl” yang bernama Peppy Miller, rupanya mengikuti
audisi untuk pemeran figuran dalam film terbaru George. Yes, she got it,
sebagai penari tepatnya, dengan scene pertamanya adalah sekejap berdansa dengan
George. Sampai di sini pasti bisa ditebak, ada sinyal-sinyal asmara di antara
mereka. Tapi tak perlu khawatir, nggak ada kisah affair kok dalam film ini
hehehe.
Waktu terus berjalan, beberapa tahun
berlalu, George masih bersinar sebagai bintang dan sementara itu Peppy pun
karirnya semakin menanjak berkat dukungan George. Hingga akhirnya tibalah saat
titik balik itu, produser George tak ingin lagi memproduksi film-film senyap.
Mengikuti perkembangan teknologi, mulai saat itu ia ingin menciptakan film yang
berbicara. Dan George tak bisa menerima, baginya film adalah senyap, hingga
akhirnya ia memilih keluar dari PH tempatnya bernaung selama ini.
Jadi untuk tetap eksis George
memutuskan untuk membuat film sendiri. Ia bertindak sebagai produser, sutradara
sekaligus actor pada saat yang bersamaan. Hingga tiba saatnya launching film
produksinya, yang sialnya rupanya bertepatan pula dengan pemutaran perdana film
bersuara yang dibintangi oleh Peppy. Kontras. Teater tempat film George diputar
sepi penonton, berbanding terbalik dengan film Peppy yang pengunjungnya
membludak. Idola baru telah lahir, atau lebih tepatnya sebuah era baru industri
perfilman mulai bangkit.
Gara-gara keegoisannya yang tak bisa
menerima perkembangan zaman, akhirnya George bangkrut. Hartanya habis dan sang
istri pergi meninggalkannya. Tinggal ajudannya, Clifton, dan anjingnya yang
super duper lucu sajalah yang tetap setia menemani George di rumah barunya yang
sederhana. Bahkan saking setianya, Clifton, meski sudah tidak digaji setahun
namun tetap saja ia selalu melayani George seperti saat di masa jayanya. Hingga
akhirnya George menyadari situasi tersebut dan memecatnya. Yang membuat haru,
bahkan meski telah dipecat, Clifton tetap saja setia menunggui George di
jalanan depan rumah untuk berjaga-jaga siapa tahu ia masih dibutuhkan untuk
mengantarnya kemana-mana. So, touchy…
Lalu selanjutnya bagaimana? Well,
sepertinya sebaiknya kalian tonton sendiri sajalah filmnya. Karena kalau harus
saya ceritakan sepertinya akan jadi semakin panjang review ini. Yang pasti,
meski senyap film ini memesona. Saya pernah nonton film gara-gara kupikir bagus
karena memenangi Oscar (lupa judulnya) namun toh ternyata mengecewakan. Namun tidak
dengan The Artist ini. Dalam kesenyapannya film ini sungguh menawan. Ceritanya
unik, plotnya keren, karakternya kuat, dan endingnya wow, memuaskan (setidaknya
versi saya, yaitu meski saya yakin happy ending namun tetap saja saya diliputi
kecemasan benarkah akan happy ending? Bikin geregetan, begitu ketemu ending
kita benar-benar ketawa puas gitu loh :D)! Dan juga satu hal yang membuat saya
appreciate, film ini nggak ada adegan fisiknya, Cuma sekali doang pas George
dikecup Peppy, itu pun cuma di pipi. Jadi modal kebagusannya benar-benar acting
para pemerannya, apalagi mengingat ini film senyap, Saudara-saudara!
Dan yang cukup konyol, tadinya saya
kira Oscar yang dimenangi film ini adalah Oscar tahun 2013 ini, eehh rupanya
saya salah, karena pas gugling ternyata film ini produksi tahun 2011 hehehe…
Note : Review film ini juga dimuat di blog komunitas menulis saya Be A Writer. Kunjungi deh, dijamin ilmu bermanfaat banyak bertebaran di sana :)
aku kurang menikmati kalau film gak ada suaranya
BalasHapusada musiknya mba lidya :) kayak2 mr. bean gitu cuma ini versi romance hehe
Hapusenak banget donk kalo jadi artisnya, tanpa dialog.
Hapuseh tapi malah jadi sulit sih kalo mewujudkan komuikasi lewat anggota tubuh
2011 ya, tapi aku juga baru tahu ini :)
BalasHapusberminat nonton ndak mba?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusdone, ya :)
HapusKunjungan :-)
BalasHapushehehe ... mari mba ... semoga betah :)
Hapuskayaknya filmya rame nih :)
BalasHapuswalaupun sunyi namun tetep bagus >.<
BalasHapussuka sama acting pemainnya :D
aku kok enggak pernah tau ya pilm ini, ya baru hari ini taunya... coba nanti aku cari
BalasHapusjadi penasaran. kok gak di tampilin trailernya sekalian sob..?
BalasHapusaku kurang asik pilem kebanyakan dialog
BalasHapusmaunya ngomong dikit tapi banyak berantem
cape baca teksnya...
Iya sama gan
Hapus