Seperti yang pernah saya nyatakan
dalam pembukaan tulisan saya tentang batik, saya katakan bahwa saya merasa
beruntung terlahir di lingkup negeri indah penuh berkah melimpah bernama
Indonesia. Bukan berarti saya antipati dengan negeri-negeri di belahan dunia
yang lain, hanya saja … ah, entahlah, aku cinta saja dengan negeri ini… dengan
segala ke-BHINEKA-annya tentu saja. Dari mulai keragaman suku bangsa, bahasa,
kebudayaan dan lain sebagainya.
Manakala sebuah negeri pernah dijajah
oleh negeri lain, biasanya ia akan memiliki hari merdeka. Pun demikian halnya
dengan Indonesia ini. Adalah 17 Agustus, sebuah hari yang tampaknya akan selalu
dikenang sepanjang negeri ini berdiri. Meski hingga detik ini sebagian orang
akan mempertanyakan, “yakin sudah
‘merdeka’?”
Okey, cukup! Bukan itu yang ingin saya
bahas. Saya membuat tulisan ini karena tiba-tiba saja saya terpikir, mengapa
perayaan hari kemerdekaan Indonesia itu identik dengan perlombaan semacam lari
karung, makan kerupuk, balap kelereng, sepakbola lelaki memakai rok, dan aneka
permainan ‘aneh’ semacam itu? Aneh saya bilang karena terkadang orang dewasa
pun bersedia melibatkan diri di dalamnya.
Saya bukan hendak mengkritik tradisi
(hey, tradisikah ini?) karena sewaktu saya kecil saya sungguh menikmati
perayaan seperti ini. Ramai-ramai di lapangan. Bersenang-senang. Karnaval. Hmmm
… Namun semakin dewasa (untuk tidak menyebut tua) perasaan itu rupanya semakin
sirna. Lagipula tradisi itu (sekali lagi saya mempertanyakan, tradisikah itu?)
kian hari kian pudar. Apalagi ketika 17 Agustus bertepatan dengan bulan
Ramadhan, seperti ketika pertama kali diproklamirkan. Sepertinya orang-orang
lebih memilih memikirkan takjil ketimbang makan kelereng eh balap kerupuk eh?
:D
Okey, cukup (lagi)! Saya bukan
bermaksud mengkritik tradisi (lagi). Eh, tradisikah ini? Hanya saja, saya
merasa ada sesuatu yang kurang pas. Kalau memang harus ada perayaan baiknya
bagaimana sih? Apakah yang selama ini sering kita lakukan hingga menjadi sangat
identik dengannya ini, sudah tepat? Bagaimana kalau begini : adakanlah lomba
desain dan rancang teknologi pesawat terbang, jangan muluk-muluk dengan kriteria
yang setara jumbo jet, setara CN-235 dan N-250 dululah.
Dengan batas umur peserta antara 17 – 25 tahun, tidak lebih dari itu. Bukan
apa, selain tujuannya ingin menguji dan mengasah para pemuda harapan bangsa, jangan
sampai jika tak dibatasi usia nanti Pak Habibie turut serta!
sumber gambar : blog unique |
Atau mungkin adakanlah lomba rancang
tata kota yang aman, nyaman, sejahtera, bebas macet, bebas banjir. Atau lomba
tata negara yang bebas korupsi, adil dan makmur. Atau lomba strategi jitu
pembebasan harta kekayaan alam Indonesia. Pasti akan sangat menarik, bukan?
Apalagi jika hadiahnya fantastis, katakanlah memperebutkan uang sejumlah 7
miliyar (kenapa 7 M? Karena menurut nara sumber sebuah perbincangan di televisi
swasta, perayaan kemerdekaan di istana alokasi dananya sekian, katanya lho ya,
hehehe)! Wuuiihh kalau generasi muda ditantang seperti itu kira-kira akan
membawa dampak positif tidak, ya, untuk kemajuan negeri ini?
Baiklah, sebelum saya menuai ucapan –huuuu--
dari kawan semua ijinkanlah saya ngaciiirrr sambil menjinjing bakiak. Satu,
dua, satu, dua, kiri, kanan, kiri ……
Ah, aku cinta Indonesia! Kamu?
menang gak lomba bakiaknya? :) merdeka
BalasHapushahaha ... ga pernah ikut lomba bakiak, mba lidya ;p
Hapussaya cinta mati.. :D
BalasHapussalam MERDEKA!!!!
dan mari kita menyongsong idul fitri.. :)
tapi jangan ashobiyah ya xixixi
HapusAku cinta Indonesia juga Mbak. Kalau ada yg nawari ganti jd WNA gak bakal mau lho...
BalasHapuskalo berjodoh sama wna?
Hapussaya juga cinta indonesia mbak...hehe
BalasHapusselamat lebaran ya mbak, mohon maaf lahir dan batin ya...
selamat lebaran juga, mami :)
Hapushmmm... tradisi makan kerupuk dan balap kelereng, dan lain sebagainya saya rasa cuma mempererat kebersamaan, tapi efek jangka panjangnya, ingatan kita akan makna dari "17-an" sendiri makin terkikis. Dan seperti sekarang, kita bisa lihat lebih banyak pemuda yang sibuk mikirin "cinta" daripada "memajukan bangsa". Saya lumayan setuju sama mbak. Ya... setidaknya beberapa orang masih peduli dengan hal2 "sepele"(?) seperti ini. MERDEKA!
BalasHapus'merdeka'! hehehe
Hapuskalau yang keren-keren, cinta
BalasHapuskalau yang buruk-buruk, enggak
^___^
yang buruk-buruk, mari kita rombak ... :)
HapusI LOVE FULL INDONESIA !!! :D
BalasHapusgood ... and i love english, too ;D
HapusBtw,..Kalau lomba makan krupuknya hilang, bakalan banyak yang nangis..
BalasHapusnapa bisa, mbak?
HapusYang aneh TV-TV kita .... thn yl sempat liat, mereka turun ke jalan dan pada menanyai anak2 muda ttg sumpah pemuda, hafal tidak? eH ITU WAKTU SUMPAH PEMUDA YA .. NGACO HEHEHE. Ups caps lock ketindis... Maksudnya, seringkali yang dipertanyakan orang2 adalah hal2 yang tak penting macam hafalan sumpah pemuda, pembukaan UUD. Apa itu penting buat dihafal? Tidak koq, kan ada buku, ngapain dihafal, ngabis2in memori saja. Yang penting kan bagaimana berbuat sesuai porsi, sesuai umur dan berat badan ...
BalasHapus*Ikut jinjing bakiak. Halah, tdk ada bakiak lagi, momen ndak pas hehe*
Met lebaran Icha. Taqabbalallahu minna wa minkum. Maaf baru main ke mari ....
gpp, kk. main ke rumah beneran kapan dong? :))
Hapusbiasanya kalo lomba2 seperti yang mba sebutkan, ada agendanya sendiri dari departemen kepemudaan,kesehatan, pendidikan, dsb. hehe. cuma memang ga tau kapan sih. tapi setauku kalo departemen kepemudaan dan olahraga sering bikin lomba yang bagus :D
BalasHapus