29.7.12

Kisi-kisi : Andai Ujian Hidup itu Semudah Ujian Sekolah?


ini kisi-kisi dalam rangka game Ranking 1
di sekolah anak saya
Kawan perhatikan gambar di samping ini. Sudah baca kata pertama di bagian judulnya? Ya, kisi-kisi. Sekarang kalau saya tanya kapan terakhir kawan mendapat kisi-kisi? Ujian sekolah? Hey, kita sama dong! 

Kisi-kisi itu apa sih? Menurut salah satu KBBI versi online, ada beberapa arti dari kisi-kisi tersebut. Berikut saya tampilkan ya :


ki.si
[n] ki.si-ki.si n (1) kayu atau besi yg dipasang berdiri dan berjarak sehingga terdapat celah-celah (pd tingkap dsb); terali; jeruji; (2) jari-jari (roda); (3) celah; ganggang (pintu dsb)

Sepertinya dalam hubungannya dengan  gambar yang saya tampilkan di awal tadi, arti ketigalah yang diambil. Celah. Dan siapakah gerangan yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut untuk konteks sebuah ujian? Ada yang tahu?

Ketika saya di posisi sebagai seorang murid, yang namanya kisi-kisi sungguh sangatlah berarti ketika tiba masa ujian. Jika guru tengah menyampaikan kisi-kisi maka saya akan serius menyimak, mencatat hingga memfotocopy bahan-bahan yang MUNGKIN saja akan muncul dalam ujian nanti. Entah daya magis apa yang terkandung dalam sebuah kisi-kisi, yang jelas dengan adanya kisi-kisi di tangan, kepercayaan diri untuk menghadapi ujian tiba-tiba menaik. Itu saya, bagaimana dengan kawan?

Memang, saat ini saya sudah jauh dari yang namanya bangku sekolah, namun generasi penerus saya, para bocah, sangatlah dekat. Dan dari merekalah saya tahu bahwa rupanya yang namanya istilah kisi-kisi itu tak lekang oleh waktu. Hingga kini ternyata menjelang ujian tetap saja ada. Meski terkadang namanya berubah menjadi latihan pengayaan atau semacamnya. Tapi tetap saja intinya adalah ‘persiapan’ menuju ujian.

Menurut kawan, bagaimanakah sebenarnya keberadaan kisi-kisi ini? Baik atau tak baik? Perlu atau tak perlu? Sempat tebersit dalam benak saya, menempatkan diri sebagai orang luar maksudnya di luar sistem pendidikan, jika ada kisi-kisi lalu untuk apa ada ujian? Bukankah keberadaan si kisi-kisi ini justru akan merusak hakikat ujian itu sendiri? Terlebih lagi jika ia hanyalah kedok, maksud saya kebocoran yang disamarkan dalam istilah kisi-kisi. Bukankah ujian seharusnya murni ditujukan untuk menguji keseluruhan sistem pendidikan yang diterapkan selama ini, bukan semata menguji otak murid?

Sangat menarik apa yang dipaparkan oleh A. Fuadi dalam bukunya N5M, tentang ujian. Betapa para santri di Pondok Modern Gontor eh Pondok Madani, ketika menghadapi musim ujian, mereka benar-benar berkutat dengan seluruh buku pelajaran, berdiskusi dengan para ustadnya, belajar berkelompok-kelompok, dari pagi hingga pagi lagi, berhari-hari. Dengan keadaan seperti itu, meskipun misalnya gagal dalam ujian sekalipun bayangkan betapa banyaknya ilmu yang akan berhasil diserap oleh murid, mengingat betapa seriusnya mereka belajar dan melalap semua ilmu.

Saya tidak hendak menyatakan secara frontal dan prematur bahwa sebaiknya hentikan pemberian kisi-kisi itu, tidak selaras dengan tujuan pendidikan! Tidak. Pemikiran saya ini masih terlalu dangkal. Tidak melalui studi maupun riset-riset ilmiah. Sekadar bahan renungan saja. Toh, ketika saya hendak mengajukan komparasi, antara ujian sekolah dengan ujian hidup yang saya pikir terjadi pada setiap manusia tanpa kisi-kisi, sepertinya pemikiran saya kurang tepat. Saya baru ingat bahwa dalam kitab suci, bahkan Tuhan rupanya memberikan ‘kisi-kisi’ ujian hidup kok! Simak saja dalam beberapa ayat berikut :

“Allah tidak menguji seseorang melainkan sesuai kesanggupannya …” (Al-Baqarah, 286)

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan …” (Al-Anfal, 28)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, 155)

Nah. Tadinya saya pikir andai ujian hidup itu seenak ujian sekolah yang berkisi-kisi. Sehingga sebagai manusia tinggal siap-siap saja, toh ujian hidup ‘paling’ itu-itu juga, sesuai kisi-kisinya. Tapi sepertinya saya keliru. Ujian manusia dalam hidup ini ternyata memang sudah berkisi-kisi. Namun meski ternyata ujian hidup telah terkisi-kisi dengan jelas seperti itu pun terkadang saya sebagai manusia ketika diberi ujian, masih juga tetap menjerit padaNya, “Mengapa aku? Mengapa menurutMu aku sanggup menjalani ini?” dan semacam itu. Padahal kisi-kisinya sudah jelas. Jadi malu….

Hmmm.... Baiklah, manusia tak pernah lepas dari khilaf. Jika ada yang keliru atas pemikiran saya dalam postingan ini, mohon dimaafkan ya J

10 komentar:

  1. heheh klo ujian hidup semudah ujian sekloah apah jadi nya yah...?
    mari kita berfikir......^_^

    BalasHapus
  2. Kisi-kisi menghadapai ujian sekolah, jaman saya sekolah dulu kok gak ada ya Mbak? Karena itu saya dulu belajarnya mendahulukan pelajaran kelas 3 dulu {saat SMP-SMA} karena pridiksi saya pelajaran kelas terkahirlah yg porsinya akan lebih banyak dikeluarkan dlm ujian.

    DA Seandainya ujian hiudp ada kisi-kisinya? sungguh saya tidak bisa berasumsi akan spt apa hidup ini...apakah akan spt skenario sinetron?

    BalasHapus
    Balasan
    1. weits keren berarti sekolahnya ririe .. :)

      Hapus
  3. kyknya gak enak kl hidup ada kisi2nya jadi mudah ketebak :D

    BalasHapus
  4. tapi kan ada ujian sekolah yang suliiiiiiiiit banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya apalagi fisikia, kimia ... haduuhhh :D

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. berarti kisi kisi sama saja membocorkan pertanyaan ulangan/ujian ya,akhirnya saya tau juga hehehehe....
    salam kenal

    BalasHapus