ini kisi-kisi dalam rangka game Ranking 1 di sekolah anak saya |
Kisi-kisi itu
apa sih? Menurut salah satu KBBI versi online, ada beberapa arti dari kisi-kisi
tersebut. Berikut saya tampilkan ya :
ki.si
[n] ki.si-ki.si n (1) kayu atau besi yg dipasang berdiri dan berjarak sehingga terdapat celah-celah (pd tingkap dsb); terali; jeruji; (2) jari-jari (roda); (3) celah; ganggang (pintu dsb)
Sepertinya dalam hubungannya dengan gambar yang saya tampilkan di awal tadi, arti ketigalah yang diambil. Celah. Dan siapakah gerangan yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut untuk konteks sebuah ujian? Ada yang tahu?
[n] ki.si-ki.si n (1) kayu atau besi yg dipasang berdiri dan berjarak sehingga terdapat celah-celah (pd tingkap dsb); terali; jeruji; (2) jari-jari (roda); (3) celah; ganggang (pintu dsb)
Sepertinya dalam hubungannya dengan gambar yang saya tampilkan di awal tadi, arti ketigalah yang diambil. Celah. Dan siapakah gerangan yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut untuk konteks sebuah ujian? Ada yang tahu?
Ketika saya di
posisi sebagai seorang murid, yang namanya kisi-kisi sungguh sangatlah berarti
ketika tiba masa ujian. Jika guru tengah menyampaikan kisi-kisi maka saya akan
serius menyimak, mencatat hingga memfotocopy bahan-bahan yang MUNGKIN saja akan
muncul dalam ujian nanti. Entah daya magis apa yang terkandung dalam sebuah
kisi-kisi, yang jelas dengan adanya kisi-kisi di tangan, kepercayaan diri untuk
menghadapi ujian tiba-tiba menaik. Itu saya, bagaimana dengan kawan?
Memang, saat ini
saya sudah jauh dari yang namanya bangku sekolah, namun generasi penerus saya,
para bocah, sangatlah dekat. Dan dari merekalah saya tahu bahwa rupanya yang
namanya istilah kisi-kisi itu tak lekang oleh waktu. Hingga kini ternyata menjelang
ujian tetap saja ada. Meski terkadang namanya berubah menjadi latihan pengayaan
atau semacamnya. Tapi tetap saja intinya adalah ‘persiapan’ menuju ujian.
Menurut kawan, bagaimanakah
sebenarnya keberadaan kisi-kisi ini? Baik atau tak baik? Perlu atau tak perlu?
Sempat tebersit dalam benak saya, menempatkan diri sebagai orang luar maksudnya
di luar sistem pendidikan, jika ada kisi-kisi lalu untuk apa ada ujian? Bukankah
keberadaan si kisi-kisi ini justru akan merusak hakikat ujian itu sendiri? Terlebih
lagi jika ia hanyalah kedok, maksud saya kebocoran yang disamarkan dalam
istilah kisi-kisi. Bukankah ujian seharusnya murni ditujukan untuk menguji
keseluruhan sistem pendidikan yang diterapkan selama ini, bukan semata menguji
otak murid?
Sangat menarik
apa yang dipaparkan oleh A. Fuadi dalam bukunya N5M, tentang ujian. Betapa para
santri di Pondok Modern Gontor eh Pondok Madani, ketika menghadapi musim ujian,
mereka benar-benar berkutat dengan seluruh buku pelajaran, berdiskusi dengan
para ustadnya, belajar berkelompok-kelompok, dari pagi hingga pagi lagi,
berhari-hari. Dengan keadaan seperti itu, meskipun misalnya gagal dalam ujian
sekalipun bayangkan betapa banyaknya ilmu yang akan berhasil diserap oleh
murid, mengingat betapa seriusnya mereka belajar dan melalap semua ilmu.
Saya tidak
hendak menyatakan secara frontal dan prematur bahwa sebaiknya hentikan
pemberian kisi-kisi itu, tidak selaras dengan tujuan pendidikan! Tidak. Pemikiran
saya ini masih terlalu dangkal. Tidak melalui studi maupun riset-riset ilmiah. Sekadar
bahan renungan saja. Toh, ketika saya hendak mengajukan komparasi, antara ujian
sekolah dengan ujian hidup yang saya pikir terjadi pada setiap manusia tanpa
kisi-kisi, sepertinya pemikiran saya kurang tepat. Saya baru ingat bahwa dalam
kitab suci, bahkan Tuhan rupanya memberikan ‘kisi-kisi’ ujian hidup kok! Simak saja
dalam beberapa ayat berikut :
“Allah tidak
menguji seseorang melainkan sesuai kesanggupannya …” (Al-Baqarah, 286)
“Dan ketahuilah
bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan …” (Al-Anfal, 28)
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, 155)
Nah. Tadinya
saya pikir andai ujian hidup itu seenak ujian sekolah yang berkisi-kisi. Sehingga
sebagai manusia tinggal siap-siap saja, toh ujian hidup ‘paling’ itu-itu juga,
sesuai kisi-kisinya. Tapi sepertinya saya keliru. Ujian manusia dalam hidup ini
ternyata memang sudah berkisi-kisi. Namun meski ternyata ujian hidup telah
terkisi-kisi dengan jelas seperti itu pun terkadang saya sebagai manusia ketika
diberi ujian, masih juga tetap menjerit padaNya, “Mengapa aku? Mengapa
menurutMu aku sanggup menjalani ini?” dan semacam itu. Padahal kisi-kisinya
sudah jelas. Jadi malu….
Hmmm.... Baiklah, manusia
tak pernah lepas dari khilaf. Jika ada yang keliru atas pemikiran saya dalam
postingan ini, mohon dimaafkan ya J
heheh klo ujian hidup semudah ujian sekloah apah jadi nya yah...?
BalasHapusmari kita berfikir......^_^
hehehe ^^
HapusKisi-kisi menghadapai ujian sekolah, jaman saya sekolah dulu kok gak ada ya Mbak? Karena itu saya dulu belajarnya mendahulukan pelajaran kelas 3 dulu {saat SMP-SMA} karena pridiksi saya pelajaran kelas terkahirlah yg porsinya akan lebih banyak dikeluarkan dlm ujian.
BalasHapusDA Seandainya ujian hiudp ada kisi-kisinya? sungguh saya tidak bisa berasumsi akan spt apa hidup ini...apakah akan spt skenario sinetron?
weits keren berarti sekolahnya ririe .. :)
Hapuskyknya gak enak kl hidup ada kisi2nya jadi mudah ketebak :D
BalasHapushehehe ... ;p
Hapustapi kan ada ujian sekolah yang suliiiiiiiiit banget...
BalasHapusiya apalagi fisikia, kimia ... haduuhhh :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusberarti kisi kisi sama saja membocorkan pertanyaan ulangan/ujian ya,akhirnya saya tau juga hehehehe....
BalasHapussalam kenal