14.6.12

Flu Singapura : Menurut Catatan Seorang Ibu

“Gatal lidahku, Ummi!” gerutunya ketika mengunyah makan siangnya. Aku menatapnya putus asa. Lalu kuminta ia membuka mulut untuk mengecek lidahnya. Semua tampak baik-baik saja, tidak ada yang berbeda, normal. Aku menghela napas. Di antara sekian banyak alasannya malas makan hal tersebut, lidah gatal, adalah alasan paling baru yang pernah diutarakannya. Dan tentu saja aku tak bisa merasakan benar tidaknya. Biasanya ia menyebut sakit perut atau apalah ketika sudah merasa kenyang meskipun baru sedikit makanan yang masuk.

Satu hari, dua hari, kejadian ini masih berlangsung pada beberapa kesempatan makan. Hingga di hari ketiga, siang itu lagi-lagi ia mengeluhkan lidahnya gatal setelah beberapa suap makanan masuk ke mulutnya. Karena merasa, antara gemas dan penasaran ada apakah sebenarnya, kali ini aku memeriksa rongga mulutnya dengan lebih saksama. Dan betapa kagetnya ketika kudapati langit-langit rongga mulutnya penuh dengan ruam-ruam kemerahan! Sungguh, selama lebih dari satu dekade aku mengasuh anak baru pernah aku mendapati kasus seperti ini. Panik? Tentu saja. Penyakit apakah gerangan yang menghinggapi putraku yang belum genap berumur 6 tahun ini? Aku ingin menduga sariawan, tapi biasanya sariawan tak seperti itu….

Akhirnya sore harinya kubawa ia langsung ke dokter spA langganan kami. Menurut dokter yang telah bertitel profesor tersebut, ruam-ruam itu adalah akibat infeksi radang yang meluas. Masuk akal, mengingat selama satu minggu anakku memang sedang batuk pilek. Tadinya aku ‘senang’ karena batuk pileknya selama seminggu itu tanpa disertai demam. Sebuah prestasi, karena biasanya ia batuk pilek pasti plus demam. Eh, tapi ternyata demamnya tak muncul malah berganti ruam-ruam di rongga mulut seperti itu, yang mana malah lebih menyeramkan tentunya.

Sembari meresepkan obat dan mengajariku cara penggunaannya, sang prof menasehatiku dengan nasehat paten khas beliau. Melarang anakku makan : nugget, sosis, snack ringan full MSG, minuman manis murmer favorit anak-anak dan sebangsanya. Kemudian memberitahuku bahwa yang masih dalam lingkup aman dikonsumsi agar anakku cepat sembuh adalah roti, biscuit dan susu (bukan yang dalam kemasan kotak UHT). Setiap kali anakku sakit dan kubawa ke sana selalu seperti itu nasehatnya, sampai hapal aku dengan segala petuah sang prof itu.

Lalu di akhir semua nasehatnya, sang prof sempat mengutarakan kekhawatirannya, “Hati-hati dengan penyakit KTM.”
“KTM? Penyakit apa itu, Dok?” tanyaku benar-benar tak mengerti.
“Kaki Tangan Mulut. Atau orang biasa menyebutnya Flu Singapura.”

***

Esok harinya, ketika kuperiksa rongga mulutnya, ia mengeluhkan tangannya sakit. Katanya susah kalau hendak memegang apa-apa. Lalu kuperiksa memangnya ada apa di tangannya? Dan ternyata, kutemukan ruam-ruam seperti yang ada dalam rongga mulut itu di sana! Lemas rasanya hatiku. Aku langsung teringat dengan kata-kata sang prof kemarin. KTM. Buru-buru ku-browsing tentang penyakit tersebut. Dan dari beberapa situs yang kubaca (salah satunya ini : http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_Singapura) dengan sangat sedih aku berani menyatakan anakku telah terkena penyakit itu, KTM, Flu Singapura.

Setiap kali anakku sakit sering aku merasa gagal sebagai seorang ibu. Gagal menjaga. Apalagi kali ini penyakitnya cukup serius. Aku hanya bisa berdoa semoga virus yang menjangkiti anakku ini bukan versi ganasnya. Aku berpikir untuk kembali ke dokter itu lagi tapi aku takut anakku malah diterapi dengan obat kimia yang macam-macam. Akhirnya aku putuskan untuk melawan virus tersebut dengan meningkatkan daya tahan tubuh anakku ke level maksimal. Karena setahuku virus adalah soal kekebalan tubuh. Dan seperti yang tertera di situs-situs yang kubaca penyakit ini termasuk penyakit-yang-akan-sembuh-sendiri. Insya Allah.

Jadi, kuterapilah anakku ini dengan madu (aku pakai merek Al-Bayan, ini bukan iklan tapi semata karena merk itu mudah diperoleh di apotik mana saja hehe), habbats oil, vermint, zinc (resep dokter), nymiko (obat sariawan resep dokter) dan imboost force. Sembari tentunya pasrah padaNya Yang Maha Menyembuhkan.

Alhamdulillah, ketika catatan ini kubuat, ia sudah benar-benar pulih. Tapi meski begitu aku masih meliburkannya dari sekolah karena aku tak ingin kawan-kawannya terkena juga. Padahal minggu ini adalah minggu terakhirnya di Taman Kanak-kanak. Tapi tak mengapalah daripada menulari anak-anak lain, ya kan?


Siapa tahu ada blogger dokter yang sempat membaca catatan saya ini, just in case ada pemahaman saya yang keliru mohon koreksinya J



18 komentar:

  1. Wah Mbak Icha, anakku pernah kena pas masih TK kecil. karena mewabah, satu minggu libur dan guru-gure mensterilkan seluruh ruangan dan mainan. Tapi ada hikmah yang diambil, anakku berenti minum dari botol karena pas kejadian memang mulutnya sangat sakit apalagi harus menyedot susu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah bagus dong tuh kalau sekolahnya berinisiatif begitu ...
      ini aku juga bingung kena virusnya dimana kira2?

      btw, ikut seneng dengan sharing hikmahnya :)

      Hapus
  2. ceritanya bisa jadi referensi bagi semua orang Mbak..termasuk saya. Dr cerita Mbak Risa ini, saya baru tentang jenis penyakit TKM..dan ternyata bisa diterapi dengan ramuan back to nature ya MBak. SEmoga anaknya segera sehat dan kembali ke sekolah.

    BalasHapus
  3. aku suka banget dengan keputusannya untuk meliburkan anak, kadang ada orang tua yangtidak mengerti tetap menyekolahkan anaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak lidya .. sayangnya kadang masih ada ortu seperti itu ya

      Hapus
  4. flu singapura sempat heboh beberapa bulan silam di batam mbak, kebetulan anak tetanggaku ada yang pernah kena juga. Gejalanya memang mirip sariawan gitu mbak, anak tetanggaku itu malah sampe opname segala lho mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. berarti udah parah itu, mami zidane. mungkin si anak udah sampe ga bisa makan karena mulutnya perih itu. alhamdulillah kemaren si kecil masih mau saya paksa makan bubur .. meskipun sambil meringis2 begitu :(

      Hapus
  5. Alhamdulillah...., bila sudah benar-benar pulih, ikut lega rasanya, semoga semakin tambah sehat ya, Mbak Risa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin.. makasih doanya, kang azzet :)

      Hapus
  6. Penyakit ini juga sempat mewabah beberapa bulan lalu di Palembang Mbak :)

    Setuju Mbak, karena ini Virus maka daya tahan tubuh anak yang kita masimalkan, dan bagusnya anak istirahat total untuk dirinya dan aman buat lingkungan kelasnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe ...
      siyap, bunda dokter ;))

      Hapus
    2. Nah, bu dokter ini juga sebuku dengan saya dan mbak Leyla :)
      Di buku Ketika BUah hati Sakit, saya paling favorit sama tulisannya

      Hapus
  7. baru denger ada flu singapur.........
    ijin follow blog nya #97, di tunggu follback nya yah..^_^

    BalasHapus
  8. Aduh kodong .... moga cepat bugar ya. Sekarang masih ruam kah? Mudah2an tidak lagi. Oya, anaknya mbak Leyla Imtichanah pernah kena tuh Icha, ada kisahnya di buku Ketika Buah Hati Sakit. Saya sebuku sama mbak Leyla di situ ...

    BalasHapus
  9. aku malah baru tahu mba ada Flu KTM :(
    Yang penting penyakit tsb dijadikan batu pelajaran aja mba,supaya kedepan tidak jatuh ditempat yang sama

    BalasHapus
  10. hmm.. ada juga namanya flu singapur ya,
    saya sendiri baru tau mbak .. :P
    makasih udah share, jadi sekalian bermanfaat buat blogger lain, kalo kalo punya gejala kayak si adek .. lidah gatel, dsb
    syukur adek udah sembuh, semoga cepet fit dan bersekolah lagi

    BalasHapus
  11. saya hampir terjebak, tapi ketika saya baca sampai akhir akhirnya baru faham.he...

    saya aja hampir tiap hari flu...saya belum pernah periksa ke dokter, tapi mungkin ini karena alergi saja, karena flu akan menyerang ketika saya terkena hawa dingin, terkena air.

    BalasHapus