(Supernova)
Gelombang : Sebuah Review
Sejujurnya saya belum pernah membaca
satu pun novel dari serial Supernova
karya Dee Lestari. Saya sempat ragu, akankah saya sanggup mencerna Gelombang?
Namun demi agar bisa terpilih ikut Dee's Coaching Clinic, nekatlah saya
memboyong Gelombang pulang. Mulanya saya lumayan terpana dan rasa ragu kembali
datang ketika membuka lembaran daftar isi. Bayangkan, untuk novel setebal 400an halaman, sub judul hanya ada dua!
Keping 43 dan Keping 44. Apa pula itu? Apa yang terjadi di dalam keping 1 - 42?
Meringis saya. Tapi apa mau dikata, saya pasrah saja :D
Membaca keping 43, yang ternyata hanya
beberapa lembar saja, sungguh saya semakin cemas. Meski saya langsung terpikat
dengan cara bertutur Dee (seperti halnya ketika saya membaca Madre) tapi tetap
saja saya bingung, siapakah gerangan tokoh-tokoh ini? Kenapa ringkas sekali
keping 43 ini? Paniiikkk rasanya.... Kemudian memasuki keping 44, dari setting
Amerika Selatan dalam keping sebelumnya, mendadak beralih ke Sianjur Mula-mula.
Lalu tokoh-tokohnya tidak ada satu pun yang disebut dalam keping sebelumnya.
Baiklah. Sepertinya petualangan baru akan dimulai.
Adalah seorang anak lelaki bernama
Thomas Alfa Edison, dari marga Sagala, dengan huruf f bukan v, yang menjadi
tokoh istimewa dalam cerita ini. Menginjak umur
12 tahun, bocah ini menjadi seorang yang terpilih untuk disinggahi roh
leluhur dalam sebuah ritual adat Batak. Atas sebab itu Alfa diperebutkan oleh
dua petinggi adat untuk dijadikan murid. Sebagai seorang bocah, sungguh
merepotkan baginya yang tiba-tiba saja harus berurusan dengan para tetua adat. Salah
satunya adalah jadwal bermainnya menjadi terganggu karena ia jadi sering
dipanggil oleh para guru spiritualnya itu. Terlebih lagi, sejak malam itu Alfa
menjadi sering dihantui mimpi buruk. Mimpi yang selalu sama, hingga akhirnya
mengubah Alfa menjadi seorang insomnia. Ia sengaja menjauhi tidur demi
menghindari mimpi. Perebutan status murid atas dirinya pada suatu titik
akhirnya berpuncak pada sebuah tragedi percobaan pembunuhan. Salah satu calon
gurunya berniat melenyapkan Alfa dengan menenggelamkan dirinya ke danau!
Alih-alih menjadi gangguan, Alfa
Sagala justru menjadikan insomnia menjadi sebuah potensi positif. Memiliki
jumlah waktu bangun yang lebih banyak ketimbang orang kebanyakan, ia justru
mengisinya dengan belajar lebih banyak hal, membaca lebih banyak ilmu
pengetahuan. Hasilnya tingkat intelegensi Alfa menjadi di atas rata-rata. Hal
ini sangat berguna ketika dengan modal nyaris 100% nekat ia ikut seorang
kerabat jauh merantau ke Amerika. Seorang anak remaja tamatan SMP mengarungi
hampir separuh bola bumi, mengadu peruntungan di negeri orang dengan predikat
sebagai pendatang ilegal. Sungguh sebuah mimpi buruk sempurna yang nyata.
Meski raganya telah jauh dari tanah
tempat kelahirannya, namun mimpi-mimpi Alfa yang telah menghantuinya sejak
berumur 12 tahun rupanya masih tetap mengikutinya. Mimpi buruk yang biasanya
terjadi jika Alfa sampai tertidur lebih dari satu jam. Mimpi buruk yang selalu
berakhir dengan dirinya nyaris mati kehabisan oksigen akibat tanpa sadar
dirinya sendiri menutup erat wajahnya dengan bantal.
Mencerna Gelombang, seolah kita tengah menyantap sepiring hidangan lezat.
Gaya bertutur yang memikat khas Dee, kedetilan, dan kaya referensi. Setting
serta latar kebudayaan Batak, yang banyak digambarkan di awal cerita,
benar-benar terasa feel-nya. Selain
karena ada darah Batak yang mengalir dalam diri penulis, riset langsung rupanya
benar-benar membuat penggambarannya akan tanah leluhur ini menjadi begitu
dalam. Demikian pula ketika menggambarkan setting-setting lain, deskripsi
penulis benar-benar hidup. Salah satunya adalah gambaran kehidupan Alfa yang tinggal di apartemen tua di Hoboken yang
menjadi sarang gangster dari aneka negara, menggelitik untuk dibaca.
Selain setting, karakter tokoh juga
menjadi kekuatan novel ini. Alfa Sagala dengan ketakutannya akan mimpi buruk,
sehingga memilih untuk terjaga di sebagian besar waktu hidupnya. Yang dengannya
hal ini justru menjadikan Alfa sebagai seorang yang jenius. Cukup jenius hingga
ia berhasil memperoleh beasiswa penuh dari beberapa universitas di Amerika.
Lalu orang-orang di sekeliling Alfa, mulai dari Bapak dan Mamaknya juga
saudara-saudaranya di tanah air, hingga sahabat-sahabatnya di Amerika hingga ke
Tibet. Semua memiliki peran yang khas untuk mendukung eksistensi Alfa sebagai
tokoh sentral.
Jika boleh mengajukan keberatan atas
novel ini, mungkin hanya soal porsi percakapan dalam bahasa Inggris yang cukup
banyak saja yang kadang membuat saya berpikir, mengingat kosakata. Kalau soal
adegan dewasa, apa mau dikata novel ini peruntukannya memang untuk orang dewasa
(yang oleh karenanya saya terpaksa melarang putri saya untuk membacanya).
Dan, ya, sebagai novel serial yang
saya baca lepasan, maksud saya membacanya tanpa tahu cerita serial sebelum-sebelumnya,
rupanya tidak masalah. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang Alfa Sagala,
novel ini adalah tentang pencarian, tentang menemukan.
(Supernova) Gelombang :
Sebuah Review ini
ditulis untuk diikutkan sebagai syarat Dee’s Coaching Clinic, wish me luck!
Kalo gak salah Dee's coaching clinic ini ditunda ya? Krn sy sempat mau ikutan lomba reviewnya deadline akhir februari kemarin tp dak jadi krn hal2 lain. Padahal sudah baca novelnya dari Supernova sampai Gelombang. Mmh.. mungkin kalau sempat saya ikutan juga. Deadline tanggal 8 April kan?
BalasHapusTanggal 3 setahuku, vit.. ayo mi sapa tau bisa ketemu ntar di sana *harus optimis :D
BalasHapuspingiin banget ketemu Dee
BalasHapussomeday, mba lid... insya allah hehehe
Hapuswaduh tersapu gelombang sampe lupa ngeblog lagi :D
BalasHapushuwaaaa, isin aku ... :D apa kabar, mas? jadi kangen aku main ke blogmu :p
Hapus